Memimpin, Pondasi Kehidupan Lemah

(Ironi  dari Test Baca Al-Qur’an bagi Bacaleg DPRA)

opini1
Oleh Husaini Muzakir Algayoni*

Aneh bin ajaib jika seorang pemimpin tidak bisa membaca Al-qur’an, itulah yang terjadi dibumi Syari’at Islam ini sekitar 42 orang bacaleg DPRA dari 12 parpol dan parlok tidak lulus dalam  uji baca Al-qur’an. Kemana dibawa daerah ini kalau pemimpin jauh dari kitab suci Al-qur’an.

Seperti yang kita ketahui tidak kurang dari 1.200 bacaleg dari 15 parpol (partai politik) lokal dan nasional  di Aceh diwajibkan mengikuti uji baca Al-qur’an yang merupakan syarat yang diatur dalam qanun Aceh tentang  pemilu pasal 3 tahun 2003 dan juknis KIP  Aceh nomor 13 tahun 2013.

Uji baca Al-qur’an tersebut merupakan langkah awal untuk menjadikan lolos atau tidaknya menjadi caleg 2014 yang akan membawa dia  ke kursi DPR, setelah tiga hari berturut-turut dilaksanakan  mulai dari tanggal 27-29 April 2014 di Asrama Haji  Banda Aceh maka KPU mengumumkan hasil dari  test tersebut,  alangkah  terkejutnya kita ada 42 orang  yang tidak lulus membaca Al-qur’an kalau dilihat dari jumlah 42 itu merupakan  angka yang sangat besar dan  ini menandakan banyak orang yang ingin menjadi pemipin tapi pondasi hidup  jauh dari kehidupan.

Kita tidak  menafikan  bahwa mereka adalah orang-orang yang pintar dan cerdas terhadap ilmu yang mereka kuasai dan  tentu saja cerdas dalam melobi tapi  alangkah sedihnya jika pemimpin tidak bisa membaca Al-qur’an. Al-qur’an merupakan sumber kehidupan kita menuju kebahagiaan dunia dan  akhirat, menjernihkan hati setiap bagi yang membacanya.

Tapi apa yang  dikatakan oleh Akmal Abzal selaku ketua Pokja Test Baca Al-qur’an beliau mengatakan  bahwa “dengan penilaian yang sedemikian ringan, namun para bacaleg tersebut ternyata tidak  lulus  itu menandakan rendahnya pemahaman terhadap Al-qur’an, namun dari bacaleg yang tidak lulus beliau enggan membeberkan  nama bacaleg yang tidak lulus. Jika pemimpin rendah  terhadap pemahaman Al-qur’an  tidak heran kalau pemimpin banyak yang korupsi, ilmu boleh banyak tapi agama kurang makanya korupsi meraja lela, dimasjid Allah ada dikantor Allah tidak ada makanya lagi-lagi korupsi meraja lela.

Sebuah ironi  yang  menyedihkan bagi bangsa ini jika pemimpin rendah  terhadap pemahaman agama apalagi di  Aceh ini yang merupakan daerah Syari’at Islam.

Memimpin Dengan Iman

Belajar dari  sejarah bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil menata dunia ini ialah ia yang  dekat dengan  Allah, dekat dengan Al-qur’an serta aqidah  dan iman  yang kuat seperti Nabi Muhammad saw beliau membawa ummat manusia ini dari kehidupan  yang hina menuju kehidupan yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan beliau juga merupakan orang yang paling berpengaruh nomor satu didunia ini sepanjang  sejarah, khalifah  yang empat memimpin penuh dengan tanggung jawab, kepemimpinan Nabi Musa menyentuh berbagai aspek kehidupan ummatnya.

Disamping dipatuhi  sebagai pemimpin politik dan spiritual, beliau juga dijunjung tinggi sebagai  seorang negarawan, ditaati sebagai penegak hukum, disegani  sebagai  sumber kewibawaan dan  diagungkan sebagai tokoh suci yang mampu melaksanakan  berbagai mukzijat.

Beliau  sanggup mengerahkan  seluruh pengikutnya untuk melaksanakan segenap gagasan politik dan keagamaan, Sultan Iskandar Muda menata rakyatnya dengan  kehidupan Islam dan bagi kalangan Mahasiswa Aceh dan umumnya masyarakat Aceh siapa yang  tidak mengenal Ali Hasjmy, sosok yang penuh  dengan Ilmu dan kata-katanya yang sarat makna membuat Ali Hasyjmy sebagai aset Intelektual yang  paling mahal yang pernah dipunyai Aceh dan sebagai aset sejarah yang tak pernah dilupakan oleh kalangan akademikus beliau memimpin  Aceh yang pernah menjabat sebagai Gebernur Aceh penuh dengan kewibawaan, beliau juga telah banyak berperan dalam memajukan Aceh dan dan beliau pernah mengatakan bahwa “saya tidak  meninggalkan harta benda kepada anak-anak, tetapi saya mendidik mereka sampai dapat mencari harta, saya juga tidak menngharapkan anak-anak  saya menjadi kaya raya,  yang saya harapkan kepada mereka adalah keimanan dan ketaqwaan.*Ucapannya  dalam wawancara dengan Ameer Hamzah 1995)…

Jejak rekam dari pemimpin-pemimpin yang diatas bahwa mereka mempuyai pondasi Aqidah dan Iman  yang kuat untuk menjadi pemimpin sehingga Allah memberi keberkahan terhadap apa yang dipimpinya, beda dengan pemimpin zaman sekarang lebih memprioritaskan keuntungan dan kepuasan bathin semata.

Alm K.H Zainuddin MZ Da’i sejuta ummat dalam pidatonya, waktu boleh berlalu, zaman boleh berubah tapi aqidah jangan goyah… zaman modern ini, banyak orang jauh dari kehidupan Islam, terutama jauh dari kehidupan Al-qur’an. Kepada bacaleg kita, kalau ingin jadi  pemimpin maka dekatlah dengan  Al-qur’an dan kehidupan Islam sehingga apa yang dipimpin mendapat keberkehan dari Allah swt dan jauh dari korupsi. (delungtue26[at]yahoo.co.id)

*Anggota DKMA (Dewan Kemakmuran Masjid Aceh), Peminat Politik dan Pendidikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments