Oleh: Konadi Adhani
Kampung Serule terletak di ujung timur Danau Lut Tawar, setelah memasuki kawasan hutan dan jalan yang hancur-hancuran. Bila dari ibukota Kecamatan Bintang, jarak tempuhnya 28 kilometer. Dari ibukota kabupaten mencapai 48 kilometer. Namun walau hanya 48 kilometer, memakan waktu bila dengan mobil hampir dua jam lebih, karena ruas jalan matan KKA ini masih dipenuhi batu yang berserak di jalan, lubang dimana-mana, dan penuh lumpur.
Apalagi memasuki musim penghujan. Dari dank e Serule sangat sulit. Bila kemarau berdebu, namun ketika hujan bermandikan lumpur. Jalan berbukit dan menurun yang terjal, batu besar dan lubang di mana-mana membuat pengemudi harus ekstra hati-hati.
Kampung yang dielu-elukan masyarakat sebagai kampung asal ini terbilang terisolir dan jauh dari pengaruh modernisasi. Sampai saat ini untuk berkomunikasi dengan daerah lain via selular saja masih terkendala oleh jaringan. Selular belum aktif di daerah yang menjadi asal orang Gayo ini.
Pada Senin,(21/10/2013) saat Lintas Gayo menyambangi desa tertinggal ini, sejenak kami terhenti oleh alat berat yang sedang bekerja. Proyek yang dikerjakan PT.Waskita Karya dengan menyerap anggaran Otsus Aceh 2013 Rp 2,6 milyar, berupa pengerjaan jalan sejauh 2,5 Km, yang menghubungkan Kampung Serule dengan persimpangan Atu Payung.
Menurut Direktur PT. Waskita Karya, Ongong, pihaknya sudah menyelesaikan pekerjaan tersebut mencapai 550 meter. Pihaknya akan memburu pekerjaan itu sampai dengan batas waktu yang ditetapkan.
“ Ada persoalan dalam mengerjakannya, material yang dibutuhkan sangat sulit dilokasi pengerjaan jalan ini. Semuanya harus didatangkan dari Takengen, khusus untuk pasir harus diangkut dari Pante Raya, Jamur Ujung, Bener Meriah,” sebutnya.
Galian C di kabupaten Aceh Tengah belum ada yang memenuhi syarat. Kita berharap kepada pemerintah Aceh Tengah agar menertibkan lokasi galian C di kabupaten ini. Karena untuk pasir saja kita harus menghabiskan modal sekitar 1,2 juta permobil dumptruck diangkut dari lokasi ke Serule. Belum lagi material lain, kalau seperti ini kapan daerah terisolir ini, akan maju,” sebutnya.
Serule walau kampung tua dan disebut-sebut adik abang dengan Linge (belum dipastikan yang mana abang dan adik), hingga kini nasib perkampungan ini belum tersentuh pembangunan yang maksmal bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Aceh Tengah. Daerah yang baru berkembang saja di Aceh Tengah seperti ke kawasan selatan ( Jagong, Gegarang, Tanah Abu) kondisi masyarakatnya suddah membaik.
Namun nasib Serule sama seperti Linge, kampung asal yang terlupakan. Dua daerah ini penghidupan masyarakatnya masih belum baik, lebih ditentukan oleh faktor alam. Sementara sarana penunjang khususnya akses jalan belum baik. (AR/LG)
* Wartawan Lintas Gayo