Jakarta | Lintas Gayo : Setelah sukses diputar dibanyak tempat, khususnya di Aceh, Jumāat (3/6) film Dokumenter sejarah perjuangan Radio Rimba Raya di putar di ibu kota Negara. Film Rimba Raya yang masuk nominator Festival Film Indonesia 2010 tersebut menggambarkan peran RRR yang ada di tanoh Gayo, Aceh dalam mempublikasikan Indonesia kepada dunia bahwa Indonesia masih ada.
Acara yang dilangsungkan di Pasar Minggu, Jakarta Selatan tersebut dihadiri pelbagai kalangan, diantaranya pelajar, mahasiswa, dan pemuda Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Termasuk, hadir dalam kesempatan tersebut, Mursyid, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia asal Aceh. Juga tampak beberapa mahasiswa IPDN dari Bandung, perwakilan mahasiswa dari Yogyakarta, Bogor, dan Malang.
Ikmal Gopi, sang sutradara mengatakan bahwa dengan adanya film tersebut, orang bisa tahu rangkaian sejarah RRR yang sebenarnya. Walaupun sebelum, saat, dan setelah pembuatannya, Ikmal sempat didera masalah ekonomi dan beban psikologis.
āSalah satu kelemahan kita, adalah hilangnya peran Gayo baik di tingkat lokal, daerah, maupun di tingkat nasional. Karena, tidak adanya bukti-bukti sejarah, termasuk pelakunya,ā kata Mursyid. āRRR merupakan salah satu langkah awal untuk mendobrak bukti-bukti sejarah lainnya,ā tambah Mursyid.
Mantan Anggota Dewan Pewakilan Daerah (DPRD) Aceh Tengah Periode 1999-2004 ini mengharapkan agar saat seminar-seminar atau apa pun namanya, selain pembicara dari luar, perlu dilibatkan pembicara dari orang Gayo-nya sendiri. āDengan demikian, kita telah memperkenalkan Gayo kepada orang lain,ā jelas Mursyid.
Agustia Feriandi, salah satu peserta dari Jakarta yang menyaksikan film tersebut mengatakan salut dan angkat tangan dengan kerja keras Ikmal Kopi. Dia mengaku selama ini hanya membaca buku sejarah prihal RRR. Itupun kurang dapat dimengeri.
āDengan pengemasan film, saya lebih dapat mengetahui dan memahami sejarah RRR. Sehingga, perlu adanya pemutaran film ini sesering mungkin, terutama di sekolah-sekolah yang ada di Aceh. Lebih khusus lagi, di Gayo agar generasi muda tidak melupakan sejarah,ā pungkasnya. (Win Kin Tawar)