Isi Waktu Luang, SMAN 1 Takengon Gelar Dialog Gayo

Takengen | Lintas Gayo : Berbeda seperti tahun yang sudah-sudah, saat ujian kenaikan kelas berakhir dan menunggu pembagian raport umumnya sekolah-sekolah di Takengon mengisinya dengan kegiatan ekstrakulikuler dengan mengadakan perlombaan sejumlah cabang olahraga. SMAN 1 Takengon justru memanfaat waktu tersebut dengan serangkaian kegiatan yang berbeda diantaranya dialog bahasa dan adat istiadat yang digelar Kamis (9/6).

Untuk narasumber kata kepala sekolah tersebut, Uswatuddin, pihaknya telah mengundang tokoh adat Gayo diantaranya ketua Majelis Adat Aceh Negeri Gayo (MAANGO) Mustafa AK dan ketua MPU Aceh Tengah yang juga sebagai pemerhati sejarah Gayo, Drs. Mahmud Ibrahim.

Tujuan diselenggarakannya dialog ini ujar Uswatuddin, adalah untuk melestarikan bahasa dan adat istiadat Gayo yang semakin hari semakin memprihatinkan saja, dan bahkan banyak yang memprediksikan bahwa bahasa dan adat istiadat Gayo ini akan punah. “Dengan kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap Gayo khususnya dikalangan generasi muda,” kata Uswatuddin.

Dan saat ini, lanjutnya, SMAN 1 Takengon telah membiasakan pemanggilan (Tutur) sehari-hari antara guru dan guru, guru dan siswa menggunakan tutur dalam bahasa Gayo.

Sementara itu, ketua MAANGO Mustafa AK mengatakan dua tahun lalu pihaknya telah merekomendasikan dua hal kepada Dinas Pendidikan Aceh Tengah, pertama sebelum jam pertama dimulai disemua sekolah wajib bercerita dalam bahasa Gayo (kekeberen). Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah kepunahan bahasa Gayo. Kedua kepada semua instansi pemerintahan kabupaten Aceh Tengah wajib sehari dalam seminggu menggunakan pakaian khas Gayo (kerawang), kata Mustafa disela-sela pembicaraannya dihadapan ratusan siswa-siswi SMAN 1 Takengen ini.

Amatan Lintas Gayo, Kedua nara sumber ini dihujani puluhan pertanyaan dari para siswa, animo para siswa sangat tinggi menggali terkait adat dan budaya Gayo. Kentara terlihat bahwa selama ini para siswa tersebut kurang mendapat informasi tentang Gayo.

Mahmud Ibrahim yang menjelaskan tentang adat mengatakan pepatah dalam bahasa Gayo, “edet kin peger, seriet kin senuen” yang berarti adat dan istiadat Gayo selalu berpatokan kepada agama dan syari’at dalam pengamalannya.

Sedangkan Mustafa AK, menambahkan bahwasanya urang Gayo memiliki tutur sapa yang baik seperti yang dikatakan pepatah Gayo, “sirem lemut kin penjamut, turut payu  kin pentalu” yang berarti bahwa seorang anak mempunyai etika dalam menyampaikan sesuatu kepada orang tua dengan timah lemut, dan mimik atau cara pengucapannyapun menentukan perkataan seseorang, kata Mustafa yang kemudian mendendangkan sebuah didong Gayo karangannya sendiri yang berjudul “Kutalu-talu” yang pernah di direkam oleh kelompok musik Laya pada masa sesudah tsunami ini.

Diakhir acara, Mahmud Ibrahim menyerahkan beberapa buku tentang adat istiadat, bahasa Gayo kepada SMAN 1 Takengon, yang langsung diterima oleh kepala sekolah yang disaksikan oleh beberapa dewan guru. (Wein Mutuah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.