Takengon | lintasgayo.com – Hentakan tangan seirama menepuk dada, diiringi ayunan kepala yang lincah, nyaris beradu, membuat manusia yang menyaksikanya berdecak kagum. Kini mata manusia di permukaan bumi ini tertuju ke Gayo, Aceh, Sumatra.
Tarian Saman yang merupakan warisan leluhur Gayo, keberadaanya sudah diakui dunia. Bahkan Unesco sudah mengeluarkan sertifikat untuk tarian yang mengandalkan kekuatan dada dan kelincahan kepala ini. Saman Gayo mendapatkan sertifikat dunia sebagai warisan tak benda.
Gayo, bukan hanya tari Saman yang membuat manusia dibelahan bumi ini kagum. Dari negeri dengan pesona alamnya yang indah ini juga muncul kopi dengan kualitas terbaik dunia. Budaya masyarakat di pegunungan ini juga unik, diiringi dengan kuliner yang khas.
Budaya, pesona alam dan hasil bumi di negei atas awan ini, sudah menjadikan Gayo sebagai kiblatnya Aceh. Kini beragam potensi yang dimiliki negeri laksana surga itu dikemas dalam sebuah agenda Gayo Alas Mountain International Festifal (GAMI fest). Agendanya berlangsung sejak 10 September hingga ahir November 2018 ini.
Empat kabupaten serumpun yang memiliki bahasa Gayo sebagai bahasa ibu, menyelenggarakan event yang louncingnya dilaksanakan di Banda Aceh, 3 September ini. Kegiatan GAMI Fest ini akan dipusatkan di empat kabupaten ini. (Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara).
Pembukaan GAMI Fest dengan suguhan tari masal budaya Gayo, akan dipusatkan di Takengon, Aceh Tengah pada 14 September. Di kabupaten dengan pesona Danau Lut Tawar diselenggarakan 14 kegiatan dari 26 agenda yang sudah disiapkan.
“Benar kegiatan Gayo Alas Mountain Festival Fest, kegiatanya lebih banyak dipusatkan diinduknya Gayo, yakni kabupaten Aceh Tengah. Ada 14 agenda yang dilaksanakan di Takengon. Kita sudah siap untuk menyukseskanya,” sebut Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar, menjawab media Kamis (11/9) via selular.
“Banyak yang bisa dijual Gayo untuk kesejahtraan rakyatnya, bukan hanya kopi yang diminati dunia, namun budaya dan alam Gayo juga sangat diminati dunia. Semua itu bila dikelola dengan baik, akan mensejahtrakan rakyat. Salah satu upaya itu kita lakukan melalui GAMI Fest,” kata Shabela.
Di Aceh Tengah, dalam GAMI Fest ini akan dilaksanakan pelatihan pariwisata, pembukaan dengan tari masal. Ada handycraf dan foto ekspo. Pentas wonderful Gayo Alas, pestifal kuliner dan caffe, jet ski eksibisi. Selain itu juga ada pawai budaya Gayo Alas, pacuan kuda tradisionil selama sepekan, kemping 100 tenda, rafting, lomba perahu dan gathering pesona Indonesia.
Di Bener Meriah kegiatan dikemas dalam bentuk; Burni Telong ekspedisi (pendakian gunung merapi dengan bunga edelwisnya), Aceh Biker coss country, dan festifal panen kopi. Sementara di Gayo Lues, Blang kejeren, si bungsunya Gayo akan diselenggarakan; festifal budaya Saman (Indonesiana), Aceh trail adventure, arung jeram, dan pacu kuda tradisionil untuk satu hari.
Untuk Aceh Tenggara, agenda yang sudah disiapkan antara lain; festifal Leuser Agara (hutan sebagai paru parunya dunia), serta arung jeram untuk menguji adrenalin di arus deras sungai Alas.
Agenda yang baru untuk pertama sekali dilaksanakan ini, akan terus diupayakan berlanjut setiap tahunya untuk empat kabupaten Gayo serumpun ini. “ Benar, kita akan upayakan agar setiap tahun Gamifest ini tetap diadakan. 4 kabupaten yang induk kabupatenya semuanya dari Aceh Tengah, sudah sepakat menyelenggarakan event ini setiap tahun,” sebut Bupati Aceh Tengah Shabela.
Saman Gayo, tari Bines, tari Sining, Tari Guwel, didong Gayo yang mengandalkan telapak tangan memainkan musik dikanvas, adalah budaya dari negeri dalam balutan awan ini.Demikian dengan pakaian adat khas Gayo (Kerawang Gayo dan Lut). Di negeri ini juga ada alunan lagu khas orisinil, yang berbeda dengan Aceh lainya.
Gayo juga dikenal dengan manusia tua di Aceh. Penemuan Arkeolog dari Balar Medan, membuktikan di sana sudah ada manusia sejak 8.500 tahun yang lalu dengan budaya Howabinh disusul kemudian budaya Austronesia. Bahkan budaya Austronesia tertua di dunia ini, dibuktikan dari Gayo.
Menurut Ketut Wiradnyana, ketua Balar Medan, di gua Loyang Mendale, juga ditemukan tembikar black ware yang sudah berusia 4.000 tahun. Tembikar ini lebih tua dari yang ada di India dan Taiwan serta Campa. Semua ini menandakan di Gayo itu sudah berlangsung proses budaya yang sangat tua.
Budaya tua itu kini dikemas dalam sebuah Festifal Internasional (GAMI Fest). Gayo bukan hanya mempesona dengan kemampuan manusianya dalam menciptakan budaya yang unik, namun Tuhan sudah memberikan negeri ini sangat indah dengan hasil alamnya yang menjadi incaran dunia. (Rel /LG010)