TAKENGON – Masyarakat petani tebu di 11 Desa di kecamatan ketol, Aceh tengah mempertanyakan keserius Bupati Aceh Tengah, Ir.H.Nasaruddin,MM, terkait keinginan pemerintah daerah mengembangkan usaha tanaman tebu di wilayah Ketol. Pemerintah hanya menjanjikan saja—seperti lahan 8000 hektar dari investor India dan Vietnam—yang hingga kini petani belum mengetahui persis dengan persoalan itu, terutama soal keperuntukan lahan 8000 hektar tersebut.
Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Petani Tebu Indonesia (APTRI) Pule Subahrin kepada the atjehpost diTakengon, Minggu (26/6). Menurutnya, tanah 8000 yang dibantu tersebut, pemerintah harus memperjelas status kepemilikan lahan.
“Apabila tidak ada keterbukaan dengan petani tebu, dikuatirkan dapat mengakibatkan petani menjadi buruh pada masa mendatang, persis kasus lahan yang terjadi di Singkil, petani bisa miskin dan bergantung pada pihak lain,” kata Pule Subahrin.
Menurut mantan anggota DPRK Aceh Tengah dari Kecamatan Ketol itu, untuk itu pemrintah harus terbuka dan tetapmem pertahankan petani rakyat. Selama ini, bupati selalu menekankan pada menghalau kemiskinan dan mengundang kemakmuran.
“Maka kalau ini salah mengelola dikuatirkanakan berbalik, mengundang kemiskinan dan menghalau kemakmuran,” tegas Pule.
Jadi, setelah pemerintahmenyampaikan maslah lahan 8000 hektar, sebaiknya dilakukan komunikasi dengan petani, baik soal sosialisasinya maupun masalah pengelolaannya. Petani Tebu sekarang was-was dengan investor yang dijanjikan bupati Aceh Tengah Nasaruddin, karena mendatangkan investor seperti wacana saja.
“sekarang petani was-was soal lahan itu, dan hanya Badan Usaha Milik Daerah yang gigih membantu petani, tetapi itupun terbatas lantaran tidak adanya dana. Yang diupayakan BUMD seperti halnya mencari investor. Tidak mulus,karena tidak tersedia dana. Kerana dinas yang terkait tidakpadu, dan kerap melakukan kerja sendiri, dan semua tau itu sambilan saja,” demikian kata Pule.
Kecamatan ketol, Kabupaten memikili11 desa. Sejak dahuluusaha peani sudah melakukanusaha tanam tebu ini. Sekarangdiparekirakan ada sekitar 4 ribu hektar lahan untuk tebu, sementara produksi terus bertambah. Sebelumnya, melalui media ini pernah diberitakan, bahwa Pemda Aceh Tengah dinilai kurang peduli pada petani tebu, sehingga perluasan lahan yangharusnya dilakukan, di abaikan. Kini petani tebu berharap, pemerintah terbuka dengan pengelolaan tebu rakyat kedepan. (Jauhari Samalanga/Atjeh Post)