Tulisan ini bercerita tentang perubahan yang terjadi pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Bebesen, Takengon maupun pada masyarakat, berkat upaya gigih Irsyad, Wakil Ketua Komite MIN 1 Bebesen Takengon.
Irsyad sangat berperan dalam menyelesaikan permasalahan kekurangan ruang kelas yang terjadi di MIN 1 Bebesen. Dia menginisiasi beberapa pertemuan wali murid untuk meyakinkan seluruh wali murid untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Melalui pertemuan tersebut, Irsyad berhasil meyakinkan seluruh wali murid untuk berpartisipasi. Dia juga berperan aktif dalam segala kegiatan yang dilakukan dan didampingi oleh LOGICA2; mulai dari penyusunan Rencana Aksi Unit Pelayanan (RAUP), pengelolaan dana hibah sampai dengan pelatihan komite madrasah.
Sama dengan sekolah lainnya, bulan Juni adalah masa sibuk untuk menerima murid baru. Ternyata, banyak masyarakat yang memilih mendaftarkan anaknya ke Madrasah, tidak terkecuali di MIN 1 Bebesen. Pada hari pertama saja, 25 orang calon murid telah mendaftar di Madrasah ini. Setiap calon murid yang mendaftar langsung mengikuti test kemampuan akademik yang dilakukan oleh pihak Madrasah.
Di hari terakhir penerimaan murid baru tercatat 125 orang yang mendaftar di MIN 1 Bebesen. Namun, kelas yang tersedia hanya 2 ruang, artinya hanya dapat menampung sekitar 80 murid atau 40 murid per kelas-nya.
Tanggal 27 Juni 2011 adalah hari pengumuman penerimaan murid baru dan hanya 80 murid yang akan diterima di Madrasah ini berdasarkan daya tampung murid yang tersedia. Namun sebelum hari pengumuman dilaksanakan, salah seorang Komite Madrasah, Irsyad mendengar permasalahan tersebut. Dia kurang setuju jika pihak madrasah tidak menampung semua murid yang mendaftar. Padahal, antusias masyarakat begitu tinggi dalam menyekolahkan putra-putrinya di Madrasah tersebut.
Irsyad kemudian melakukan inisiatif untuk bertemu dengan kepala MIN 1 Bebesen mewakili calon wali murid. Dia menyampaikan keinginannya agar pihak Madrasah menampung semua calon Murid yang telah mendaftar.
Kepala Madrasah (Kepmad) MIN 1 Bebesen, Drs. Armas memahami keinginan masyarakat itu. Namun, Dia juga meminta masyarakat dapat memahami kondisi Madrasah yang hanya mampu menampung murid baru untuk 2 ruang kelas saja.
“Sebenarnya sekolah kami memiliki 2 ruang kelas lagi bantuan dari APBN tahun 2011, namun kondisinya belum memungkinkan untuk ditempati. Karena lantainya belum selesai, dinding belum di plester, bahkan pintu dan jendelanya pun belum ada.” kata Drs. Armas.
Mendapatkan penjelasan tersebut, Irsyad mengambil inisiatif untuk mengumpulkan semua wali murid yang telah mendaftar di MIN 1 Bebesen dalam suatu pertemuan pada 28 Juni 2011. Komite Madrasah memfasilitasi pertemuan antara pihak Madrasah dan Wali Murid. Bersama-sama, mereka menyampaikan bahwa pihak madrasah tidak dapat menerima semua murid yang mendaftar di Madrasah ini, karena ruang kelas yang tersedia hanya 2 ruang kelas saja dan pihak Madrasah tidak mampu berbuat apa-apa selain “membuang” 45 dari 125 calon murid.
Tak kehabisan cara, Irsyad mencoba menawarkan solusi agar semua calon murid dapat ditampung di Madrasah ini dengan mengajak semua pihak mau berpartisipasi dalam menyelesaikan 2 ruang kelas lagi. Bantuan dari APBN tahun 2011, yang saat ini belum selesai dan butuh biaya besar untuk menyelesaikannya.
Hari itu juga, seluruh wali murid calon kelas satu memutuskan untuk masing-masing menyumbang sebesar Rp. 200.000. Sumbangan ini adalah tanpa paksaan dari pihak manapun; murni sebagai partisipasi dari wali murid. Pembayaran dapat dilakukan kapan pun. Jika ada wali murid yang benar-benar tidak mampu, maka tidak diharuskan membayar sumbangan tersebut dan anaknya tetap dapat menempuh pendidikan di Madrasah tersebut.
Bahkan Pak Irsyad juga meminjam dana dari pihak ketiga untuk menalangi sementara biaya pembangunan menunggu terkumpulnya dana sumbangan dari wali murid. Semua cara dilakukan Irsyad agar keinginan wali murid dan calon murid untuk dapat bersekolah di MIN 1 Bebesen tercapai.
Walau dana sumbangan yang terkumpulkan cukup besar yaitu 24 juta rupiah, namun belum juga mencukupi untuk membangun 2 ruang kelas tambahan. Dalam satu pertemuan yang dihadiri oleh Program Manager Government Management (PMGM) Aceh Tengah, Koordinator Fasilitator Inovasi (FI) Aceh Tengah dan FI Kecamatan Bebesen Arbie Misra ketika mengunjungi MIN 1 Bebesen, Irsyad meminta kesediaan LOGICA2 untuk turut membantu penyelesaian dua ruang kelas tambahan tersebut. Karena dengan dana yang terkumpul dari wali murid juga tidak mencukupi serta mengingat waktu dimulainya tahun ajaran baru masa bagi murid untuk kembali bersekolah semakin dekat.
Saat itu, PMGM Aceh Tengah berjanji akan mengusahakan sebahagian dana hibah LOGICA2 dapat digunakan untuk membantu penyelesaian 2 ruang kelas tersebut.
Akhirnya LOGICA2 mengalokasikan dana sekitar Rp. 22 juta untuk membantu penyelesaian dua ruang kelas dan sisa dari total 28,8 juta rupiah dana hibah akan digunakan untuk kegiatan lain guna meningkatkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di MIN 1 Bebesen. Semua itu tertuang dalam Proposal Dana Hibah untuk Pembangunan Masyarakat dan Inovasi Pelayanan Pemerintah (CAGSIS) yang diusulkan oleh Kepala Sekolah MIN 1 Bebesen bersama Komite Sekolah.
Saat ini (pada saat tulisan ini ditulis, medio Juli 2011), sudah satu kelas yang rampung dibangun untuk digunakan oleh murid kelas satu. Tinggal satu kelas lagi yang masih dalam proses penyelesaian.
Irsyad, sebagai Wakil Ketua Komite Sekolah MIN 1 Bebesen Takengon sangat berterima kasih dengan kehadiran LOGICA2. “LOGICA sangat membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan kami tentang standar pelayanan minimal yang harus terpenuhi di setiap sekolah dan madrasah. Dan dorongan yang diberikan agar komite sekolah berperan aktif dalam keberhasilan penyelenggaran proses belajar mengajar.” kata Irsyad.
Begitulah sekilas cerita Tokoh Perubahan di MIN 1 Bebesen Takengon, berkat kegigihan dan inisiatifnya dalam menggalang kerjasama antara MIN Bebesen, Komite Sekolah dan Wali murid proses penyelesaian dua ruang kelas di MIN 1 Bebesen dapat terlaksana dengan dukungan dana swadaya masyarakat/wali murid dan dana hibah LOGICA2 sehingga segera dapat digunakan dalam proses belajar mengajar.
Cerita ini dibeberkan Arbie Misra, Fasilitator Inovasi di Bebesen Takengon kepada Zainal Amri sebagai Koordinator Fasilitator Inovasi untuk wilayah Aceh Tengah. Arbie Misra bertugas sebagai Fasilitator Inovasi untuk MIN 1 Bebesen, Takengon sejak 1 April 2011 dibawah koordinasi Zainal Amri dari Lembaga PUSPA. Lembaga ini bermitra dengan LOGICA2 sebagai pendamping perbaikan pelayanan dari unit pelayanan pendidikan di Aceh Tengah. MIN 1 Bebesen merupakan salah satu sekolah yang didampingi oleh LOGICA2 dalam Program Paket Pekerjaan Kemitraan Pemerintah – Masyarakat Dalam Inovasi Pelayanan Publik tersebut. (*)