Oleh Dr. Darul Aman, M. Pd*
Masa depan yang menunggu kehadiran generasi potensial terhadap pengembangan hasil budaya manusia yang tepat guna. Budaya adalah hasil karya manusia yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan perkembangan masa. Era 1945, bangsa Indonesia merintis kemerdekaan dari penjajah asing dengan menggunakan fasilitas seadanya. Sementara pada saat ini bangsa Indonesia telah mengisi kemerdekaan dengan berbagai macam kemajuan sesuai dengan kebutuhan zaman dan memeiliki fasilitas yang serba ada. Dengan demikian, kita membutuhkan pemikiran yang maju dan bisa bermanfaat dalam kehidupan. Sisi yang penting adalah meningkatkan kualitas pendidikan dalam paket yang multi guna.
Sehubungan dengan itu, John Naisbitt memberikan kontribusi bahwa Megatrend yang berpengaruh pada pendidik dalam menyusun kurikulum. Maka penyususnan kurikulum pendidikan justru harus berorientasi kepada masa depan (memperediksi apa-apa yang akan muncul pada kehidupan yang jauh ke depan) dengan tidak tidak mengesampingkan fenomena saat ini. Adapun penyususnan itu dapat dikelompokkan oleh John Naibitt sebagai berikut:
- perubahan dari masyarakat industri ke informasi. Masayarakat yang hidup dalam era industry lebih cendrung berfikir kepada pekerjaan atau sering disebut dengan robotisasi padahal melakukan segala jenis aktivitas sangat terkait dengan pengetahuan yang mantap atau mengetahui informasi yang akurat.
- menjalani situasi yang membutuhkan teknologi tinggi berkaitan dengan intraksi manusia yang tinggi pula. Seorang yang terampil dalam melakukan aktivitas membutuhkan fasilitas yang tepat guna dan diiringi dengan penguasaan ilmu pengetahuan.
- pindah dari ekonomi nasional ke dunia. Pola berfikir yang global sehingga tidak kaku dalam mengikuti perkembangan zaman.
- merubah rencana dan aksi dari jangka pendek ke jangka panjang. Memiliki ilmu pengetahuan dengan keterampilan yang handal akan menghasilkan cita-cita yang jauh ke depan dan akan bermanfaat terhadap generasi penerus.
- berangkat dari sentralisasi ke pemerintahan dan pelayanan desentralisasi. Berpola fikir mandiri tanpa ketergantungan dari pihak lain sehingga aktivitas kehidupan terhindar dari intervensi.
- penekanan pertolongan sendiri dari pada institusi. Berupaya sendiri seoptimal mungkin dan sedikit berharap dari subsidi pihak asing (sekedar memiliki hubungan bilateral, regional dan internasional).
- bertolak dari demokrasi reperesentatif ke demokrasi partisipasi. Semua lini kehidupan berbudaya dan peradaban adalah selalu dalam kebersamaan, gotong royong, dan siap menerima perubahan yang baik.
- berubah dari organisasi yang menampilkan hirarki kepada organisasi yang dicontohkan dengan networking. Pekerjaan akan menjadi kuat dan akan mengalami perkembangan yang pesat bilamana selalu dalam kebersamaan.
- menarik minat pergeseran demokrasi. Azas kebersamaan mampu meningkatkan keberhasilan yang terencana dan ketepatgunaan terhadap perubahan pola fikir dari yang sempit menjadi luas dan supel. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan pola fikir yang berdasarkan azas kebersamaan.
- berangkat dari situasi pilihan atau tidak kepada multiple opsi. Mengutamakan spesifikasi yang handal sehingga sangat terkait dengan harga yang tinggi.
Melihat paradigma pendidikan yang berorientasi masa depan, maka sangat diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam meramalkan masa depan yang kemungkinannya jauh lebih rumit yang akan dirasakan oleh masyarakat. Tentu kecemasan ini bagi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selanjutnya, visi yang jauh ke masada depan maka disain kurikulum harus: 1) informatif. Artinya, kurikulum juga harus mempelajari cara-cara mempergunakan alat informasi komputer, karena dengan alat tersebut diharapkan peserta didik dapat mengakses informasi-informasi yang mereka butuhkan. Penggunaan internet dalam dunia pendidikan sangat terasa penting karena mampu memberikan jutaan kontribusi pengetahuan yang bisa diakses setiap detik. Komputer juga dapat dipergunakan untuk mencari informasi ilmu pengetahuan sehingga besar kemungkinan pengetahuan peserta didik jauh lebih tinggi dan produktif; 2) Masa depan harus menjadi konten kurikulum. Ada 6 hal penting yang perlu dijadikan sebagai faktor utama dalam mendisain kurikulum masa depan (Drapper Kauffman), yakni; 1) memiliki akses kepada informasi. Karena lemah informasi bagi peserta didik maka akan ketinggalan jauh dalam segala bidang; 2) berfikir Jernih. Artinya, dalam persaingan masa depan diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang up-to-date.3) berkomunikasi efektif; 4) mengerti lingkungan manusia; 5) mengerti individu dan masyarakat; 6) memperkuat kompetensi personal. Era baru dari konten, tentu saja ada yang dapat diprediksi juga ada yang tidak. Keadaan yang bisa diprediksi misalnya pelajaran hybrid.
* Guru SMAN 1 Takengon dan Dosen Bahasa Inggris STAIN GP Takengon
Referensi:
Darul Aman, 2011. Kesiapan Guru Sekolah Dasar Aceh Tengah dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Siswa. Takengon.
Drapper Kauffman, 1999. The Human Sources’ Skills and Competency. New York.
Freire, Paulo, 2002. The Politic of Education: Culture, Power, and Liberation. READ (Research, Education and Dialogue).
John Naisbitt, 1998. Readiness to Face the Future Challenge. New York.
Untuk poin nomor satu (1) saya masih ragu, karena masyarakat Gayo belum pada masa industeri dan belum siap beralih kepada informasi. Masyarakat kita masih pada masyarakat yang agraris. Karena Alfin Tifler membagi tahapan manusia itu kepada tiga :
1. Masa Agraris
2. Masa Industri, dan
3. Informasi.
Akibat salah melihat possisi masyarakat penerapan kurikulum akan merusak generasi dan pendidikan