Mencari Populeritas dengan Kepopuleran Tuhan

Oleh. Drs. Jamhuri, MA*

Allah Maha Pencipta, Ia menciptakan seluruh yang ada di alam mulai dari yang nampak hingga yang tidak nampak atau ghaib, mulai dari yang paling besar sampai pada yang paling kecil, dari yang paling dekat sampai paling jauh, Ia tidak hanya menciptakan bagian yang besar tetapi  kesatuan yang terkecil dari yang besar. Kita tidak pernah melihat adanya satu ciptaan yang persis sama, bahkan kita selalu menemukan perbedaan diantara yang ciptakan tersebut. Tujuan dari keberagaman penciptaan adalah sebagai bukti ke-Maha Penciptaan-Nya dan selanjutnya akan menyembah Sang Pencipta. Diantara firman Tuhan dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang penciptaan :

Tidak Aku Ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah-Ku”

Semakin banyak dan beragam yang diciptakan maka semakin Agunglah Sang Pencipta dan semakin banyaklah yang menyembah kepada-Nya, kendati ada sebagian yang diciptakan tidak mau menyembah kepada-Nya. Seperti Jin dan sebagian dari manusia.

Dimana ada ciptaan-Nya seperti  manusia dan makhluk yang lain maka di situ Tuhan, tapi kita harus ingat bahwa Tuhan tetap satu dan tidak ada tuhan-tuhan yang lain. Pengakuan seperti itu jelas disebutkan dalam surat al-Ikhlash, lalu bagaimana memahami adanya Tuhan dimana-mana bahkan dikatakan Tuhan itu lebih dekat dari urat leher manusia itu sedniri, sehingga apa saja yang diminta Tuhan pasti mendengarkan dan akan mengabulkan. Akal sederhana dan awam mungkin sulit untuk memahaminya, tapi juga harus dipahami, karena hidup kita adalah mencari Tuhan dan mengadakan komunikasi dengan-Nya melalui ibadah. Perumpamaan sederhana bisa kita sebutkan sehingga keyakinan tentang keberadaan Tuhan ada dimana-mana tidak membuat kita ragu.

Kita harus yakin bahwa ketika kita hendak mengabdikan diri kepada Tuhan, kita mesti mengenal-Nya, kalau kita tidak mengenal maka penghambaan kita belum sesempurna  sebagaimana mereka yang sudah mengenal-Nya.

Seseorang yang membuat cermin dan meletakkannya pada satu sudut rumah, ketika ia bercermin nampaklah satu bayangan pembuat cermin di dalamnya karena cerminnya ada satu, kalaulah cermin itu dibuat dua buah maka bayangan juga aka ada dua dan jika cermin yang banyak dan diletakkan pada seluruh sudut rumah, maka pada setiap cermin itulah banyangan pembuat cermin akan ada. Itulah sebuah perumpamaan Tuhan menciptakan makhluk, dimana setiap makhluk yang diciptakan akan ada bayangan Tuhan pada makhluk tersebut termasuk di dalam diri menusia, sehingga ada juga ungkapan para pilosuf yang menyebut semua ciptaan Tuhan adalah bayangan-Nya dan kita katakan di dalam diri kita masing-masing ada Tuhan, semua perbuatan kita tidak pernah luput dari pantauan Tuhan, setiap denyut nadi kita diketahui oleh-Nya.  Manusia tidak dapat lari bahkan bersembunyi dari Tuhan, manusia harus selalu berupaya lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu semakin banyak Tuhan menciptakan sesuatu maka Tuhan akan lebih dikenal dan dia akan menjadi lebih populer.

Bagaimana dengan populeritas manusia ?

Tanpa berniat menandingi kebesaran dan kepouleran Tuhan, manusia juga dapat menggunakan metode tersebut, artinya Tuhan dikenal karena Ia mencipta dan melalui ciptaan-Nya ia dikenal. Manusia juga bisa dikenal melalui karyanya, keterkenalan atau kepopulerannya tergantung kepada besar-kecil serta luas sempitnya temuannya, sebuah karya yang ditemukan berguna untuk semua orang akan lebih dikenal dari pada karya yang hanya bermanfaat untuk sebagian orang, demikian juga dengan penemunya.

Sebagai contoh kita sebutkan : Thomas Alfa Edison penemu listrik yang dimanfaatkan oleh semua orang, semua pergerakan perekonomian akan terhenti, orang beribadah akan menjadi sulit dengan matinya lampu, akan lebih popular daripada mereka yang menemukan pesawat yang mampu menjelajahi ruang angkasa. Karena pesawat ruang angkasa hanya bisa digunakan oleh orang tertentu.

Demikian juga dengan ilmuan seperti Imam Syafi’I adalah Imam yang berkarya, diantara karyanya adalah kitab “al-Umm”, semua orang baik bermazhab Syafi’i atau mazhab lain mengenal Kitab al-Umm sebagai kitab yang dikarang oleh Imam Syarfi’i.  Lebih dari situ mereka tidak hanya mengetahui tetapi juga mengamalkan apa yang menjadi isinya, lalu dengan karya tersebut adakah orang yang tidak mengenal Imam Syafi’i dan adakah orang yang mengatakan Imam Syafi’i tidak popular, jawabannya pasti tidak.

Lalu bagaimana dengan kita, apakah kita sudah dikenal ? jawabannya sudah. Tetapi seberapa banyak orang yang mengenal kita dan seluas wilayah mana orang mengenal kita, ini tentu sangat tergantung dengan apa yang sudah kita hasilkan dalam hidup ini.

Seorang ilmuan yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain, akan mendapatkan populeritas selama orang yang diberi ilmu mengamalkan dan mengetahui sumber ilmu yang didapat dari pemberi ilmu. Ketika orang yang diberi ilmu tidak ada lagi maka populeritas dia sebagai ilmuan akan hilang.

Seorang hartawan akan menjadi popular ketika hartanya dapat dinikmati oleh orang lain yang membutuhkan harta, tapi seorang hartawan tidak akan popular ketika memberikan hartanya kepada orang yang tidak membutuhkan. Karena itu agama menyuruh mereka yang memiliki harta untuk memberikan kepada mereka yang membutuhkan, sehingga setiap saat orang yang diberi harta akan teringat dan akan menyebut sumber dari harta yang dia dapat.

Seorang yang memiliki generasi penerus yang dalam istilah lain disebut dengan kader, akan menjadi dikenal dan populer karena adanya pengkaderan. Demikian juga dengan orang yang yang mempunyai kekuasaan, orang lain akan melihat apa yang ia bangun atau ia kerjakan ketika masa kepemimpinannya. Banyak sekali pemimpin yang setiap priodenya berganti, tapi masyarakat tidak tau apa yang ia bangun dan kerjakan pada masa kepemimpinannya.

Berbeda dengan apa yang diciptakan Tuhan, dimana ciptaan tuhan dapan mempopulerkan Tuhan dengan ciptaan-Nya sendiri, seperti manusia yang ciptakan Tuhan dapat mempopulerkan  Tuhan dengan ibadah yang selalu dilakukan. Sedang karya manusia tidak bisa mempopulerkan manusia dalam waktu yang lama, tapi kepopuleran itu dapat kita dapatkan dari orang lain yang mengetahui bahwa itu adalah karya kita.

Suatu pengalaman yang mungkin tidak begitu berharga tetapi perlu ditiru, di Nagara Barat sudah menjadi tradisi ketika ia membangun sebuah gedung atau bangunan apapun dia untuk kepentingan public,  akan ditulis namanya dan semua orang akan menyebut dan mengingat bahwa yang membangun gedung tersebut dia.

Mungkin juga tidak harus di Barat, di Takengon ibu kota Kabupaten Aceh tengah di sana terdapat satu buah menasah yang disebut dengan “Mersah Padang”. Dalam benak semua orang pasti percaya kalau menasah tersebut dibangun oleh orang atau komunitas Padang. Lalu bagaimana kita hidupkan tradisi semua orang yang memiliki harta akan membangun pasilitas public dengan menggunakan nama pribadinya, seperti kepopuleran “Aman Kuba” sebagai orang yang kaya di Takengon dan dikenal di seluruh Aceh karena adanya satu toko di Pasar Aceh.

Bukankah sebuah penyesalan untuk Gayo yang tidak harus kita ulang, di mana sejarah Gayo hanya ada dalam cerita “kekeberen” yang tidak pernah di tulis, sehingga ketika saat ini orang Gayo mengatakan dirinya pernah besar dan pernah berkuasa, namun saat ditanya apa buktinya, semua orang tidak bisa menjawab, mungkin itulah artinya bahwa Gayo tidak populer lagi.



* Dosen pada Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.