Imaga, Pertahankan Tanoh Tembuni dari Tangan Jahil

Takengen | Lintas Gayo : Untuk mengikat silaturahmi antar mahasiswa di perantauan, maka pada tahun 1970an dibentuklah sebuah wadah perkumpulan mahasiswa di Sumatra Utara dengan nama KGAT (Keluarga Gayo Lues Alas Aceh Tengah). Pada tahun 1978, mahasiswa asal Aceh Tengah mulai melihat, membaca perkembangan politik dan adanya peluang adanya otonomi daerah, maka mulailah dirancang sebuah wadah Ikatan Mahasiswa Gayo (IMAGA).

Terbentuknya Imaga, pada awalnya merupakan ketakutan mahasiswa akan teori  reforsi (pemusnahan) dan teori revolusi, dimana adanya pemusnahan identitas etnik Gayo dan suku minoritas akan habis dengan sendirinya. Demikian dijelaskan Ir. Tagore Abu Bakar Bintang, tokoh pendiri IMAGA yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Bener Meriah.

IMAGA didirikan dengan sifat universal, sehingga anggotanya bukan hanya orang bersuku Gayo namun ada juga yang etnis Jawa,  Padang maupun Aceh, “IMAGA bersifat Universal yang penting punya visi dan misi sama bisa bergabung dengan IMAGA”, kata Tagore (3/9).

Tujuan IMAGA salah satunya adalah mempertahankan Tanoh Tembuni (Gayo : tanah kelahiran) dari tangan-tangan jahil. Di daerah perbatasan Aceh Tengah dengan Gayo Lues kini ada pertambangan yang diperkirakan kandungan emasnya lebih besar dari Freeport di Irian Jaya, apakah kita aka sama dengan orang Irian, yang emasnya diambil namun kita masih memakai koteka?, pungkas Tagore.

Kiprah IMAGA yang fluktuasi tidak bisa dipungkiri sebagai sebuah organisasi, namun IMAGA juga telah banyak berbuat bagi Takengen sehingga perlu diteruskan cita-cita IMAGA oleh generasi baru. “kita memberikan apresiasi bagi pengurus IMAGA untuk meneruskan cita-cita IMAGA sejak tahun 1981 yang lalu”, ungkap Ir. Syukur Kobath alumni IMAGA tahun 1981.

Orang-orang di IMAGA pernah memberikan rasa aman bagi ratusan ribu warga di Aceh Tengah, dan hanya IMAGA yang bertahan. IMAGA juga pernah membangun jalan tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah, kisah Syukur dalam sambutannya selaku ketua Alumni IMAGA.

Syukur berharap adanya kaderisasi IMAGA, untuk meneruskan cita-cita IMAGA,“kaderisasi itu penting,bukan instan atau kader karbitan”, pinta Syukur (3/9).

IMAGA yang menunjukkan identitas sebagai orang Gayo hendaknya juga bisa selalu menggungunakan bahasa Gayo yang dirasa mulai ada kecendrungan tidak lagi berbahasa Gayo, dimana sesama mahasiswa saja sudah jarang menggunakan bahasa Gayo, “jangan tinggalkan bahasa Gayo sebagai ciri orang Gayo”, pinta Syukur lagi saat memberikan sambutan halal bihalal IMAGA 1432 H di Gedung Olah Seni Takengen (GOS), (3/9).

Pada kesempatan tersebut, Pengurus IMAGA periode 2011-2013 yang diketuai Nella Husna Tagore mendapatkan bantuan 100 juta rupiah dari pendiri IMAGA, “ini bantuan peribadi bukan selaku Bupati, ini dana halal, kalau bisa ini untuk dana simpan pinjam anggota IMAGA”, kata Tagore dan mendapat Rp10 juta dari Ir. Syukur Kobath untuk bantuan sekretariat.(Wen Rahman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.