Menyikapi Perubahan

Jum’at (08/06/12) Acara Keberni Gayo hadir kembali dengan tema “Menyikapi Perubahan” dengan narasumber Tgk. Jemarin (anggota DPRA utusan Gayo Lues). Dalam bahasannya narasumber membahas  kondisi masyarakat Gayo secara umum, dimana pada masing-masing daerah mempunyai banyak kebudayaan dan kesenian, tapi untuk masing-masing daerah tersebut juga mempunyai kesenian dan kebudayaan unggulan. Seperti di masyarakat Gayo Lues ada, saman, bines, melengkan, didong dan lain-lain. Untuk Aceh Tengah dan Bener Meriah tidak jauh berbeda seain dari saman dan ditambah dengan tari guel.

Untuk daerah Gayo Lues yang menjadi kesenian dan kebudayaan andalan adalah saman sehingga yang lain nampak hilang secara perlahan-lahan dan kalaupun tidak hilang maka gemanya sudah mulai surit, demikian juga di Aceh Tengah dan Bener Meriah yang menjadikan Didong sebagai andalan kesenian dan kebudayaan dan juga membuat yang lain lama-kelamaan semakin kurang diminati. Untuk itu menurut narasumber, semua orang/pihak harus peduli terhadap semua kesenian dan kebudayaan yang ada. sebab ketidak pedulian akan berakibat hilangnya jati diri.

Instansi pemerintah dalam hal ini belum secara maksimal berbuat, karena tidak mungkin masyarakat  akan mempertahankan budaya secara baik sedangkan dukungan dan mengkoordinir tidak ada. Sebenarnya Lembaga Majelis Adat telah banyak mengajukan program kegiatan padat tiap tahunnya, namun sebagaimana disebutkan bahwa komitmen pemerintah belum banyak dapat diharapkan.

Seperti saman yang telah menjadi milik dunia, kalau kita tidak serius mejaga dan mengembangkannya maka sangat boleh jadi akan lepas menjadi milik orang lain. Kendati hal itu untuk sekarang tidaklah mungkin, diamping karena terlah mendapat pengakuan dari UNISCO. Tapi apabila masyarakat dan Pemerintah tidak berupaya membuat kadersasi, sementara di daerah lain sudah mulai belajar saman tersebut.

Di sisi lain budaya masyarakat telah mulai berobah seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman. Seperti di bidang pendidikan, tidak ada lagi warga masyarakat yang tidak sekolah dan anak yang sekolah tidak banyak lagi diganggu dengan rutinitas orang tua mereka baik kesawah ataupu kekebun. Hampir tidak ada lagi orang tua yang memadai pendidikan anaknya sampai pendidikan SLTP, tapi paling kurang sampai dengan SLTA bahkan ke Perguruan Tinggi, Sehingga ada sebuah kebanggaan yang berbeda kikalangan masyarakat dari masa sebelumnya. Dimana pada masa dahulu orang tua bangga dengan banyaknya jumlah harta, tapi sekarang orang tua bangga dengan pendidikan anak mereka (Jamhuri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.