Win Ruhdi Bathin dalam Puisi Tiga Bahasa Antologi “PASA”

WIN RUHDI BATHIN

Ramadhan

Terih aku mudemu ramadhan
Kerna gere pané aku munisié lagu sikenak den iconton Rasulullah
Aku terih mudemu ramadhan
Kerna gere mampu aku mumelienné, lagu mulieni ramadhan
Aku terih mudemu ramadhan
Kerna pasaku lagu pasa ni jema awam
Aku terih mudemu ramadhan
Kerna lebih mugalakki nesu dari pede Wé
Aku terih mudemu ramadhan
Kerna hinedi ilen munyamutté
Aku terih mudemu ramadhan
Kerna kemel aku ke Wé…..

Ramadhan

Aku takut bertemu ramadhan
Karena aku tak pandai mengisinya seperti yang diinginkanNya serta yang dicontohkan Rasulullah
Aku takut bertemu ramadhan
Karena aku tak mampu memuliakannya, seperti mulianya ramadhan
Aku takut bertemu ramadhan
Karena aku baru berpuasa seperti puasanya orang awam
Aku takut bertemu ramadhan
Karena lebih mencintai nafsu dari pada Dia
Aku takut bertemu ramadhan
Karena masih begitu hina menyambutnya
Aku takut bertemu ramadhan
Karena aku malu kepada Dia…..
Paya Serngi, 16 Juli 2012

Ramadhan

I was rather afraid to see ramadhan up
Because I’m not good at in filling
then it as the ALLAH wants and who exemplified the Prophet
I was afraid to see Ramadhan up
Because I was unable to honor of ALLAH, like a ramadan’s noble
I was afraid to seet ramadhan up
Because I’ve fasted as fast layman
I was afraid to see ramadhan up
Because more than ALLAH loves passion
I was afraid to see ramadhan ALLAH
Because it was so insulting for welcoming
I was afraid to see ramadan up
Because I’m ashamed to ALLAH …..

WIN RUHDI BATHIN

Penulis, penyaji racikan kopi dan pemerhati seni serta seorang pecinta Gayo ini adalah alumni dari sebuah perguruan tinggi di Bandung Jawa Barat. Lahir di Takengon 17 Oktober 1967 sebagai putra ke 7 dari 10 orang bersaudara.  Menekuni dunia jurnalistik sejak tahun 1999 hingga kini. Pernah bekerja diberbagai media cetak seperti tabloid Takengon Express, Gayo Tribune, Berita Sore, Warta Aceh Tengah, Teganing, Harian Rakyat Aceh/Metro Aceh, media online Gayolinge.com, LKBN Antara dan lintasgayo.com sebagai Pemimpin Redaksi sampai sekarang. Suami dari Muharnida Abd Wahab ini dalam kesehariannya bekerja mandiri sebagai BARISTA kopi Arabica Gayo menggunakan mesin espresso, mengolah biji kopi menjadi bubuk kopi dalam berbagai merek dengan citarasa khas dataran tinggi Gayo. Lelaki berjenggot yang melingkari dagunya ini akrab disapa dengan Aman Syafa, berpandangan bahwa “Zaman sekarang bukan waktunya lagi kita banyak bicara, tetapi perkenalkan segala sesuatu dengan karya dan budaya, kalau banyak bicara orang tidak lagi melihat kita, bila dengan karya dan budaya orang akan mencari kita”.
Win Ruhdi Bathin sempat memutuskan keluar dari wartawan dan beralih profesi dengan membuka usaha kafee kopi mendedikasikan diri memajukan dan meperkenalkan tanah kelahirannya pada dunia luar dengan karya.
Puisi tiga bahasa (Gayo, Indonesia dan Inggris) ini adalah bagian dari isi buku Antologi Puisi PASA The Gayo Institute (TGI) 2012, dengan interpretator bahasa Joni MN dan Salman Yoga S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.