Presensi: Quadi Azam*
MENJADI seorang jurnalis bukanlah profesi yang susah, bukan juga bukan perkara mudah untuk mendapatkannya. Profesi yang sangat dihargai ini merupakan profesi yang wajib dilindungi oleh Negara untuk menjaga demokrasi dan membangkitkan pengetahuan dan pemahaman warga akan pentingnya mengetahui peristiwa dengan cepat (update news). Jika bercerita jurnalis, pastinya banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari ancaman, kekerasan fisik, depresi, ketakutan dan dampak psikologis lainnya. Bahkan, banyak kehilangan nyawa. Peristiwa yang dihadapi jurnalis tersebut sebaiknya disadari oleh pejabat negeri ini, dengan lebih beradab dan keberterimaan dalam melihat suatu peristiwa.
Profesi jurnalis telah banyak diminati oleh berbagai kalangan, apalagi dengan adanya media online yang saat ini merajalela, baik yang dikelola oleh salah satu media maupun secara peribadi dengan nama citizen journalism. Citizen journalism dapat diartikan dengan jurnalisme warga yang membuat sendiri berita, liputan, atau dialog, yang dibuat disela-sela kegiatan sehari-hari. Dengan bermodalkan peralatan media yang seadanya, warga atau masyarakat bisa membuat berita seperti yang diinginkan. Sambil berekreasi, beraktivitas, maupun sambil berkumpul dengan teman, keluarga, dan dengan siapa saja, tidak menutup kemungkinan bisa dibuat sebagai salah satu berita yang berkualitas sesuai dengan faktanya.
Menariknya, berita yang yang didapatkan, dan dibuat ini merupakan buatan dan kepunyaan sendiri. Seperti di Indonesia ada Kompasiana sebagai media online dan program Metro TV yaitu Jurnalisme Warga melalui media televisi.
Bagaimana menjadi jurnalisme warga yang baik?, tentunya harus memiliki kemauan dan kemampuan dalam hal menulis, wawancara, merekam, dan berkomunikasi atau berdialog secara baik. Hal ini tidak bisa didapat dengan mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Perlunya memahami dan mereduksi nilai-nilai dan prinsip jurnalis seutuhnya untuk bekal pemahaman pada saat ingin melakukan dan membuat salah satu peristiwa menjadi berita.
Fenomena kekinian banyak yang belum mumpuni dalam merumuskan salah satu peristiwa menjadi berita yang baik. Belum semua yang didapatkan para jurnalisme warga ini merupakan berita yang menarik untuk dilihat. Mengklasifikasi hasil yang didapatkan dan proses editing haruslah diperkuat yang berfungsi untuk membuat daya tarik berita yang dipubliskan nantinya. Membaca dan seringnya menulis adalah kunci menjadi jurnalis dan jurnalisme warga, kritis, komunikatif, serta kemampuan dalam bidang jurnalis harus dipelajari dan ditingkatkan agar peristiwa yang didapatkan dapat diolah secara baik.
Buku ini mengulas secara baik apa yang dikatakan dengan jurnalis dan jurnalisme warga. Kesannya, memberikan mamfaat yang sangat luas bagi masyarakat yang ingin menjadikan salah satu peristiwa menjadi pembicaraan hangat dimata pemerintah dan masyarakat umum. Sejauhmana peran masyarakat bisa menjadikan peristiwa, dan mengemasnya menjadi bacaan yang mudah dipahami menjadi awal yang sangat penting didapatkan.
Baiknya, buku ini menjadi referensi utama bagi semua profesi baik jurnalis, mahasiswa, penulis, dosen, pengusaha, dan profesi lainnya sembari menjalankan aktifitas kesehariannya. Juga tidak ketinggalan masyarakat pada umumnya, baiknya berperan aktif memberikan kontribusi peristiwa yang terjadi, dalam rangka membangun Indonesia yang beradab dan tegaknya pilar demokrasi yang utuh. Pun, menjadi kesadaran bagi aparat pemerintah untuk menyadari profesi jurnalis sebagai bagian tak terpisahkan dalam Negara yang demokrasi, setidaknya itu didapatkan setelah membaca buku ini.(azamrights@gmail.com)
Data Buku
Judul : Citizen Journalism pandangan, Pemahaman, dan Pengalaman
Penulis : Pepih Nugraha
Penerbit : Kompas
Terbit : Oktober 2012
Halaman : xvi + 192 hlm.; 14 x 21 cm
*Peneliti Pusat Studi HAM Unimed
