Ikan Depik Bisa Dibudidayakan

Dr. Husnah, M. Phil
Dr. Husnah, M. Phil

Takengon | Lintas Gayo – Peneliti senior dari Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Kementerian Kelautan dan Perikanan Palembang, Dr. Husnah, M.Phil menyatakan ikan Depik (Rasbora tawarensis) bisa dibudidayakan.

Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terarah yang dilaksanakan sebagai salah satu metode yang digunakan untuk menjaring data pada rangkaian penelitian terhadap sosial ekonomi perikanan di Danau Lut Tawar yang dilaksanakan atas kerjasama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah dengan BP3U Palembang di ruang Opsroom Setdakab Aceh Tengah, Senin, 27 Mei 2013.

Berdasarkan hasil penelitian Tim BP3U, ikan Depik (Rasbora tawarensis) yang selama ini dianggap sebagian masyarakat sekitar Danau Lut Tawar sebagai ikan keramat atau ikan suci yang tidak dapat dibudidayakan ternyata tidak benar.

Dipaparkan Husnah, telur ikan Depik yang diperoleh dari Didisen ternyata dapat menetas dalam waktu 24 Jam dan setelah menetas dua hari larva ikan depik yang berbentuk seperti kecebong berukuran sangat kecil mulai membutuhkan pakan berupa plankton.

Dr. Husnah menceritakan, banyak sekali telur ikan Depik terdapat disekitar lokasi didisen yang setiap hari dirusak dengan cara dikayuh oleh nelayan didisen agar dapat hanyut keluar dari didisen sehingga tidak mengotori didisen mereka.

Perlakuan seperti ini tentunya dapat merusak telur-telur ikan Depik yang sudah dibuahi itu keluh Husnah menyayangkan hal itu, yang kembali menerangkan bahwa ribuan bahkan jutaan telur atau larva ikan Depik akan mati sia-sia sehingga mengganggu proses reproduksi alami ikan Depik di Danau Lut Tawar yang tentu saja mempercepat turunya jumlah populasi ikan Depik, selanjutnya berdampak langsung terhadap semakin menurunnya produksi hasil tangkapan.

Sebagai solusi agar nelayan Didisen dapat berkontribusi terhadap upaya pelestarian ikan Depik, Dr. Husnah menyarankan kepada para nelayan agar dapat membuatkan saluran khusus di Didisen agar telur-telur ikan Depik dapat menetas dan larvanya dapat tumbuh kembali menjadi dewasa.

“Saya rasa tidak banyak habis biaya untuk membuat saluran itu jika dibandingkan dengan penghasilan dari menangkap ikan Depik yang mencapai beberapa kaleng dan bernilai jutaan rupiah tiap bulannya,” himbau Husnah kepada para nelayan.

Dalam paparannya, Dr. Husnah juga menunjukkan video menetasnya telur ikan Depik menjadi larva anak ikan yang berhasil didokumentasikannya melalui pengamatanya dibawah mikroskop.

D&K (2)Jadikan Ikon Daerah

Dalam kesempatan itu, Dr. Husnah, M.Phil juga mencetuskan jika ikan Depik (Rasbora tawarensis) dan ikan Kawan (Propuntius tawarensis) sangat baik sekali jika dijadikan ikon daerah.

Dia mengaku juga telah menyarankan hal tersebut kepada Wakil Bupati Aceh Tengah saat mengadakan audiensi dan diskusi tentang kegiatan penelitian yang dilaksanakannya bersama tim di Danau Lut Tawar beberapa waktu lalu.

“Ini merupakan hal yang sangat luar biasa”, ungkap Husnah dengan nada haru. Kita harus bangga karena Danau Lut Tawar menyimpan sumberdaya ikan yang hanya ada satu-satunya di dunia. Bayangkan jika Depik dan Kawan punah maka dunia juga akan kehilangan. Timpal Husnah.

Kegiatan ini diikuti oleh pemangku kepentingan Danau Lut Tawar yang terdiri dari Nelayan, Pembudidaya Ikan, Pemerhati Danau Lut Tawar, instansi pemerintah dan lain-lain. (Muna Ardi/Red.03).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Sekilas yang saya ketahui sebagai putra daerah pesisir laut tawar mengenai ikan khas danau lut tawar khususnya ikan depik. Menurut penuturan lokal masyarakat pesisir danau lut tawar bahwa ikan yang suci itu hanya ikan depik, jadi ada tiga spesies yang relative sama bentuknya tapi ukuran,warnanya dan prilaku bertelornya berbeda sekali antara ketiga jenis ikan tersebut. Ketiga ikan itu adalah :
    1) ikan depik, yang berukuran sedang artinya lebih besar dari relo dan lebih kecil dari eyas, umumnya depik bertelor di tumpukan batu yang disebut penyangkulen dengan cara menyeret perutnya yang bunting kebebatuan. Priode waktu bertelornya dimusim angin barat setiap tahun dan wilayah yang paling sering dikunjungi adalah penyangkulan yang ada dipertengahan pesisir selatan sampai ketimur. Kenapa ikan depik ini dianggap suci karena konon di era tahun 80an hotel renggali dibangun diujung baro sejak itulah ikan depik menghilang selama beberapa tahun setelah beberapa tahun ini muncul kembali tapi siklusnya tidak menentu dan kuantitasnya sangat sedikit. dimasa jayanya ikan depik pernah di ekspor kegayo lues dengan cara menunggang kuda (beben).
    2) ikan yas (eyas) jenis ini adalah yang paling besar ukurannya, warnanya keperak-perakan, bertelornya biasanya di didisen ( sejenis parit tapi memiliki sumber mata air tersendiri dan murni biasanya di pinggir danau sekitar 10 – 15 meter panjangnya, memang ikan ini sangat sensitive dan mencintai kebersihan atau pemilih, makanya pemiliknya biasanya galak-galak karena apabila ada yang cuci kaki di parit atau area pintu masuknya didisen dapat menyebabkan ikan eyas tidak mau datang lagi. Didisen ini sekarang sangat jarang konon katanya akibat pelebaran jalan yang menutup sumber mata airnya dan semenjak banyaknya pemakaian pestisida dan sejenisnya di area persawahan/ladang menyebabkan ikan eyas jarang bertelor kedidisen, yang terakhir didisen yang eksis saya dengar adalah didisen senang di dekat desa kelitu.
    3) ikan relo, jenis ikan ini adalah yang paling kecil dan ramping ukuranya, prilaku bertelornya sama seperti ikan pada umumnya tapi ikan ini sangat menyukai cahaya karena ikan ini memanfaatkan cahaya tersebut untuk menangkap serangga kalau istilah gayonya rengit,(bukan cemperle karena sangat jarang) dimana rengit juga sangat senang dengan cahaya, cara menangkap ikan relo biasanya dengan cara cangkul yaitu jaring yang khusus untuk menganggok dimana cahaya lampu petromaks di sorotkan di atas cangkul tersebut untuk memancing serangga tersebut dan apabila ikannya sudah beekumpul banyak maka cangkulnya diangkat.
    Jadi ini sekilas pengetahuan saya tentang ikan khas lut tawar, kebetulan saya pernah terlibat dalam proses penangkapan ketiga jenis ikan khas tersebut. Saya mendukung penuh kegiatan apapun yang berkaitan dengan pelestarian ekosistem danau lut tawar.