Catatan : Yan Budianto
Berkaitan dengan Berita media cetak Harian Serambi Indonesia Rabu Tanggal 18 September 2013 pada halaman 16 tertulis judul Garuda akan Buka Rute Nagan Raya – Medan. Menurut pimpinan Garuda cabang Banda Aceh, ini adalah wujud kepeduliaan kami untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang angkutan udara sehingga kami merencanakan akan membuka rute penerbangan Kuala Namo Medan menuju Bandara Cut Nyak Dhien Kabupaten Nagan Raya (PP) dengan menggunakan pesawat ATR 72 yang berkasitas 70 penumpang yang penerbangannya akan lounching di awal Januari 2014 bersamaan juga dengan pembukaan rute Medan – Lhokseumawe
(PP) dimana Garuda Indonesia untuk memperkuat armadanya sudah memesan 50 unit pesawat ATR 72 buatan Perancis dan Kanada yang telah dilengkapi dengan canggih.
Memang saat ini perjalanan menggunakan pesawat udara bukanlah sesuatu barang yang mewah tapi sudah menjadi hal biasa yang sangat berbeda di era tahun tujuh puluhan bisa naik pesawat adalah hal yang luar biasa ini karena biayanya sangat mahal dan jumlahnya masih terbatas, bandara Blang Bintang saja (sekarang Bandara Sultan Iskandar Muda) yang kini sudah naik pangkat menjadi Bandara Internasional pada waktu itu hanya melakukan penerbangan 2 x seminggu, tentu tak beda dengan bandara Rembele saat ini. Pada dasarnya transportasi udara adalah angkutan yang paling aman dan cepat bila dibandingkan dengan transportasi lainnya, hal ini terbukti dari data tingkat prosentase kecelakaan pesawat sangat jauh lebih kecil dibandingkan transportasi lainnya, walaupun teori ini belumlah dapat diyakini oleh sebahagian orang yang masih takut naik pesawat.
Di zaman super canggih ini, bisnis penerbangan terus meroket berkembang dengan pesat sehingga perusahaan penerbangan harus mampu bersaing menawarkan bermacam keunggulan seperti harga murah (low carrier), pelayanan, dll dan telah merambah seluruh tanah bumi pertiwi untuk melayani penerbangan jarak sedang di jalur domestik yang kini sudah mulai jenuh dengan banyaknya perusahaan dan pesawat sehingga tak heran bila air line papan atas setingkat Garuda saja sudah mulai turun gunung mengepakkan sayapnya melayani penerbangan di jalur jarak pendek dengan menggunakan pesawat ATR 72 yang memang efektif untuk penerbangan ini yang hanya menggunakan panjang landasan 1.600 meter pada ketinggian dibawah 100 meter MSL. Di wilayah provinsi Aceh selain bandara SIM hanya ada 2 bandara yang memenuhi kreteria pendaratan non instrument untuk pesawat ATR 72 yaitu Bandara Cut Nyak Dhien dan Bandara Malikulsaleh Lhokseumawe. Selain persyaratan teknis tentu kehadiran air line sebelumnya telah memperhitungkan peluang bisnis jumlah penumpang yang menjadi sasarannya yang pada akhirnya akan berkembang menjangkau daerah lain yang memungkinkan seperti Rembele dan Sinabang dengan jumlah pesawat mencapai 50 unit mereka akan mencari pasar ditambah lagi Lion Air telah memesan 60 tipe pesawat yang sama yang tentu akan bersaing ketat untuk penerbangan jarak pendek.
Ini adalah suatu peluang, kiranya perlu disikapi dengan proaktif oleh Pemerintah Daerah dengan memberikan ruang untuk meningkatan Bandara Rembele mengikuti laju perkembangan angkutan transportasi udara yang tentu dalam hal ini sangat berperan adalah Pemerintah Kabupaten Bener Meriah sebagai lokasi bandara. Memang dalam jangka pendek belumlah memberikan hasil yang optimal tapi sesuai dengan perjalanan waktu bandara tersebut akan menjadi tempat yang strategis sebagai transportasi udara untuk pengembangan Aceh di Wilayah Tengah, sehingga transportasi tersebut selain bermanfaat untuk wilayah Bener Meriah sendiri tentu akan membantu Kabupaten tetangganya Kabupaten Aceh Tengah dan bahkan Kabupaten Gayo Lues.
Dalam hal ini kita memikirkan dapat menyiapkan sarananya sebagaimana kata-kata orang yang bijak: dengan ketersediaan fasilitas akan lebih mudah mengajak teman untuk berjabat tangan (semoga).
**Penulis adalah Staf pada Bappeda Aceh Tengah.
Semoga saja Garuda membeli type ATR 72-600 seperti yang telah di operasikan oleh Wing Air. Sehingga bisa take/off landing di Rembele.