Ramadhan; Super Mall Pahala!

Oleh: Hanif Sofyan*

hanif sofyan
hanif sofyan

Layaknya sebuah Pusat Perbelanjaan, Ramadhan menyediakan segala macam “produk” bernilai pahala. Kita cuma diharuskan membayarnya dengan keikhlasan agar kita mendapatkan berkah  superdoorprize-nya berupa malam yang lebih mulia dari 1000 bulan. Begitupun tak semua orang mampu membelanjakan keikhlasan demi Super Mall Ramadhan yang hanya setahun sekali!.

Sebuah “Supermall” Pahala!.

Bagi para Shopaholic, penggila belanja, Ramadhan diibaratkan sebuah pusat perbelanjaan super lengkap, di dalamnya kita bisa memenuhi seluruh kebutuhan lahir dan batin kita untuk berbelanja pahala dan mendapatkan berbagai bonus. Ramadhan menyediakan “hadiah” setiap hari dan minggunya, dengan tiga jenis malam pada sepuluh pertama bernilai Rahmah (Kasih Sayang), malam keduanya bernilai Maghfirah (Pengampunan), malam ketiganya bernilai Ihkum Minan Nar (Malam yang membebaskan manusia dari siksa Api neraka) bahkan diantara malam yang dipenuhi dengan segala berkah dan kemuliaan itu, masih ada “super doorprize” berupa malam Lailatul Qadar, yang bisa mewujudkan seluruh keinginan yang tak bisa dijangkau dengan ukuran umur manusia biasa, berupa keutamaan malam yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan.

Jika Berhitung secara matematis itu artinya akan ada kalkulasi sekedarnya yang berarti setara dengan 84 tahun. Bayangkan dengan usia harapan hidup manusia yang di keluarkan biro statistic central intelligency agency  Amerika tentang the world factbook yang menyebutkan bahwa  usia harapan hidup  orang indonesia rata-rata 70 hingga 76 tahun, bahkan statistik terbarunya  memproyeksikan pada  2025 nanti  harapan hidup orang Indonesia hanya berkisar hingga 73  tahun.

Seluruh keistimewaan “paket belanja” ini hanya akan hadir dalam 30 hari kedepan dimulai di Rabu, 10 Juli 2013 kemarin. Agaknya tak ada alasan bagi siapapun untuk melewatkan hari “super sale”, untuk berbelanja pahala sebanyak-banyaknya hanya membayarnya dengan “keikhlasan” ibadah. Karena belum tentu di tahun depan kita masih bisa “berbelanja” pahala yang sama. Maka, “konsumtiflah” beribadah, penuhi semua waktu dengan harapan bonus pahala sebanyak-banyaknya.

Belanja dengan Keikhlasan

Hal yang paling menakjubkan dari puasa dengan begitu banyaknya bonus adalah bahwa seluruh aktifitas belanja di ‘super mall pahala”, cukup membayarnya dengan keihlasan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist riwayat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala), maka diampuni dosanya yang telah lalu” . Imam Bukhari menegaskan bahwa iman itu bukan semata-mata keyakinan dalam hati, tetapi juga dibuktikan dengan amal. Dan amal-amal yang disebutkan dalam hadits ini merupakan bagian dari iman. Jika hal itu dilakukan, maka amal itu menjadikan iman semakin sempurna. Sebaliknya, jika ia tidak dilakukan, maka itu menandakan imannya kurang.

Agaknya sebagai “pembelanja”, kita cenderung menjadi orang yang  menyukai hasil dan kejutan daripada proses. Meskipun setiap orang menyadari hikmah doorprize Lailatul Qadar, namun kita berharap pada keberuntungan, lucky. Orang menyandarkan hasil pada “tanda” ketika terlihat tanda bahwa doorprize akan dibagikan maka berbondong-bondong orang memenuhi tempat ibadah untuk bermunajat, berdoa, berzikir dan memohon, namun ketika tanda malam doorprize Laitul Qadar tak jelas, maka mereka berbondong-bondong pulang. Itu pula yang menyebabkan adanya euforia ramadhan. Di Minggu awal seluruh masjid akan dipenuhi para jamaah, seiring waktu jamaah akan berguguran dan tinggallah para “pembelanja pahala” yang terseleksi layaknya Teori Seleksi Alam ala Charles Darwin, konon lagi menjelang Idul Fitri ketika orang beralih dari “belanja pahala” menjadi “Belanja Lebaran”. Meskipun sebagian orang akan mengingkari argumentasi ini, namun bisa jadi karena  di awal ramadhan masih ada keinginan untuk bisa “berdamai dan berteman” dengan Ramadhan, kemudian dijalaninya Ramadhan sebagai ritual tahunan namun seiring bertambahnya tantangan menurunkan kadar ekspektasi kita tentang puasa dan Lailatul Qadar dengan segala nilainya menjadi lebih rendah dan dalam bahasa yang berbeda barangkali dipahami sebagai berkurangnya keihklasan kita berpuasa.

Padahal bagi para pecinta ibadah, Ramadhan adalah puncak kerinduan. Siang dan malamnya adalah rahmat. Meskipun ada konsekuensi yang tak mudah, karena didalamnya ada “peperangan” manusia dan hawa nafsu.

\

Dan dalam sejarah kejadian manusia yang panjang, perlawanan terhadap hawa nafsu adalah peperangan yang tak pernah berkesudahan. Dalam riwayat lain dikisahkan, ketika “nafsu”, dihadapkan pada Allah dan ditanyakan, siapakah Aku dan siapakah engkau?, nafsu menjawab, “aku ya aku, Engkau ya Engkau!. Tidak ada Tuhan baginya. Lalu dibenamkannya nafsu di dalam neraka 1000 tahun lamanya, lalu dihadapkan kembali dan diajukan dengan pertanyaan yang sama, namun jawabannya tetap sama. Hal itu terus berulang hingga kali ketiga, nafsu kemudian menjawab, aku adalah hambaMu dan Engkau adalah Tuhanku.I ni agaknya yang menyebabkan pertarungan “nafsu” menjadi sangat berat. Nafsu dikenal keras kepala dan hanya menuruti maunya sendiri. Namun dengan akal dan keyakinan manusia yang kuat terhadap Allah sajalah yang bisa “mengendalikan” nafsu tetap pada jalur iman dan taqwa.

Peperangan berat ini menjadi sangat penting karena Ramadhan selain menyediakan kemuliaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lain dan bahkan tidak dimiliki oleh umat lain selain umat Nabi Muhammad, Ramadhan juga menyuguhkan tantangan  yang berat bagi yang tak memahami esensi puasa. Ramadhan juga disebut sebagai ibadah rahasia, karena hanya Allah dan pribadi yang berpuasa yang tahu dengan persis bagaimana puasanya. Dan siapapun yang dengan sengaja tak berpuasa, tak akan dapat menggantikannya dengan puasa lain walaupun dijalani dengan seluruh sisa umurnya.

 

Tantangan Sesungguhnya

Jika kita mau memahami dengan benar tantangan ramadhan kita yang sesungguhnya adalah pada bulan-bulan setelah ramadhan berlalu. Karena setelah rutinitas belanja pahala yang spesial kita akan berhadapan dengan realitas “berbelanja” dengan harapan yang lazim. Dalam keseharian point kita yang bisa bernilai 70 kali lipat banyaknya menjadi hanya 1 point per ibadahnya. Ketika itu orang tak lagi mengindahkan “belanja pahala sebulan” yang telah dilaluinya apalagi ketika kita mendapatkan reward otomatis seiring datangnya Idul Fitri.

Hari-hari setelah Ramadhan akan mereflesikan apakah sesungguhnya kita termasuk dalam bagian orang yang telah “berbelanja” dengan benar atau hanya sekedar mengunjungi “super mall pahala” tanpa mendapatkan apapun kecuali hanya lelah karena berkeliling mall untuk mencari pahala sekedarnya yang dicari-cari tapi tidak dengan niat sungguh-sungguh dan ikhlas. Meskipun kecintaan dan kerinduan banyak orang kepada bulan Ramadhan tinggi, namun kita cenderung seringkali berlaku sebaliknya.

Semoga di sisa Ramadhan masih ada kesempatan “berbelanja pahala” sebanyak-banyaknya. Mulailah berdamai dengan Ramadhan dengan berniat hanya karena keridhaan Allah kita bisa mendapatkan seluruh “barang belanjaan” yang kita butuhkan untuk bekal hidup di akhirat kelak dan janji untuk bertemu ramadhan mendatang jika berumur panjang. Semoga kita berada diantara “mereka yang beruntung dan bertaqwa”, seperti yang difirmankan Allah dalam Al Baqarah 183-184″Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui”

*Pegiat; Aceh environmental justice [AEJ]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.