Takengon | Lintas Gayo – Danau Lut Tawar bukan milik personal, kelompok tertentu ataupun pemerintah karenanya apapun program yang bersentuhan dengan Danau Lut Tawar perlu pelibatan elemen masyarakat seluas-luasnya. Demikian pernyataan Muchlizin Zainal Abidin, salah seorang peneliti dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh melalui pesan singkat yang disampaikan kepada Lintas Gayo, Sabtu (24/9/2011).
“Positif atau negatif akibat dari program yang digulirkan ke Danau Lut Tawar, menurut saya masyarakat harus dilibatkan,” kata Muchlisin yang beberapa waktu lalu berhasil mengidentifikasi beda dan kesamaan ikan Depik (Rasbora tawarensis), Relo dan Eyas.
Untuk itu, lanjut sosok yang sangat kesal atas penanganan DLT selama ini, rentetan penelitian lanjutan terkait danau tersebut perlu dilakukan dengan ditempatkan sebagai program prioritas pemerintah. “Penelitian perlu mendapat prioritas sehingga dapat menjadi acuan perencanaan program lainnya di DLT. Dan hasil penelitian yang sudah ada harus dikumpulkan dan dipublikasi secara luas,” sarannya.
Selanjutnya terkait aspek sosial ekonomi nelayan di DLT, dia meminta agar program pemerintah misalnya terkait bantuan pemberdayaan ekonomi masyarakat agar disesuaikan dengan kebutuhan juga harus tepat sasaran.
“Aspek lainnya yang penting dilakukan adalah aspek ekologi termasuk survey Batimetrik, dampak introduksi ikan asing, untung rugi pembangunan tanggul, perlukah pembukaan jalan hingga kedalam hutan DLT dan pengkajian aspek biodiversitas flora dan fauna DLT. Itu dulu yang penting menurut saya,” ujarnya lagi.
Untuk informasi ilmiah terkait bioekologi ikan Depik, Muchlisin mengaku sudah 75 persen ada ditangannya. Namun dia tegaskan lagi DLT itu sangat kaya biota unik lainnya yang perlu mendapat perhatian dan dikaji secara mendalam. (Khalisuddin)
foto a kren…..