Berbuat dengan Keyakinan

Oleh. Drs. Jamhuri, MA[*]

Bila kita belajar memahami nilai apa yang terdapat dalam sebuah perbuatan, maka ada tiga hal yang perlu diketahui, yaitu : I’tiqadiyah, Qauliyah dan Amaliyah.

I’tiqadiyah artinya sebuah keyakinan bahwa  apa yang dilakukan merupakan perintah dan persetujuan Tuhan, apakah perintah tersebut secara langsung kepada perbuatan yang akan dilakukan atau juga persetujuan yang dimaksudkan berupa informasi umum yang tidak secara langsung berhubungan dengan bentuk perbuatan yang dimaksud.  Perintah tegas dan langsung dengan wujud perbuatan yang jelas serta tidak mempunyai alternative dalam pelaksanaannya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji.

Perintah yang tegas namun tidak jelas dalam penunjukan bentuk perbuatannya, untuk perintah ini biasa manusia diberi kebebasan memilih bentuk perbuatan yang akan dilakukan. Seperti perintah untuk berbuat baik kepada semua orang, berbuat baik kepada orang tua, mennuntut ilmu dan juga mengabdikan diri kepada masyarakat.

Dalam hukum Islam, pemilihan bentuk perbuatan dalam perintah Tuhan mempunyai alternative yang ditetapkan sebagai kebolehan, namun untuk melaksanakannya tetap dihukum sebagai kewajiban yang tidak boleh diabaikan. Sebagai contoh menuntut ilmu berdasarkan perintah Tuhan dan hadis Nabi adalah wajib, namun memilih sekolah atau perguruan tinggi untuk tempat belajar serta jenis ilmu yang akan dipelajari adalah sebuah kebolehan.  Mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan kewajiban semua orang, tapi jenis usaha apa yang harus dilakukan sesorang adalah kebolehan untuk memilih. Apakah sesorang mau menjadi politisi, birokrasi, akademisi, petani, pedagang dan lain-lainnya adalah alternative.

Adanya keizinan Tuhan untuk menggunakan kreatifitas dalam penentuan perbuatan,  di sisi lain menuntut manusia itu sendiri mempunyai kemampuan untuk menentukan apa  alasan atau pertimbangan yang harus digunakan ketika memilih satu kegiatan. Tampaknya sangat sederhana dalam menentukan pilihan, tetapi akibat dari pemilihan tersebut biasa akan merakibat pada kehidupan seseorang selanjutnya. Contoh untuk ini bisa kita sebutkan : Seseorang yang memilih Perguruan Tinggi tertentu sebagai tempat kuliah, memilih jurusan dan prodi pada perguruan tinggi yang ia pilih, bila tidak mempunyai pertimbangan dan alasan yang benar dari apa yang ia ambil maka satu saat akan sia-sia.

Qauliyah, untuk ibadah shalat dan haji Tuhan menentukan bacaan untuk mengiringi perbuatan tertententu, seperti membaca fatihah setelah takbir, membaca tahyat ketika pada duduk akahir pada rakaat kedua atau keempat.

Amaliah, Tidak cukup hanya dengan meyakini bahwa shalat, zakat, puasa dan haji serta perbuatan lain merupakan perintah Tuhan, kita pernah mendengar kata eling, yaitu pelaksanaan siatu ibadah hanya cukup dengan membayangkan dan mengingat Tuhan, dalam Islam hal seperti ini tidak dibenarkan. Tuhan juga memberi petunjuk melalui Rasul-Nya Muhammad SAW, bagaimana shalat itu harus dikerjakan dengan hadisnya : “Shalatlah kamu semua sebagaimana aku shalat”. Untuk haji juga disebutkan “Bercontohlah kamu kupadaku, bagaimana cara berhaji”. Demikian juga dengan ibadah-ibadah lain yang tidak hanya memadai dengan keyakinan akan adanya perintah dan selalu menyebutnya tampa merealisasikannya.

Masih melanjutkan contoh di atas seseorang yang mempunyai niat baik berdasarkan perintah Tuhan untuk memperbaiki nasib rakyat, ia memilih jalur,  menjadi pemimpin daerah dan dia berusaha untuk mendapatkan itu, mengorbankan harta, pikiran tenaga dan apa saja yang ia miliki. Sedangkan menurut orang lain ia tidak mempunyai kemampuan memilih profesi itu, akhirnya tidak banyak orang memilihnya, sehingga apa yang dia kerjakan untuk mencapai apa yang diniatkan menjadi sia-sia. Belum lagi orang yang menjadi pemimpin dan mempunyai niat yang baik juga, namun kebanyakan orang yang memiliki kemampuan terbatas menentukan pilihan kepada dia, sedangkan pada dasarnya orang yang dipilih tersebut mempunyai kemampuan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, juga kemampuan dan keahliannya tidak sesuai dengan ketersediaan Sember daya Alam (SDA), sehingga kehidupan rakyat tidak menjadi lebih baik, bahkan menjadi bertambah rusak.

Kita mungkin pernah merasa kecewa dengan tukang rumah, yang menerima pekerjaan dari kita, kemudian dalam pekerjaannya tidak memuaskan. Kita juga pernah kecewa dengan pekerjaan yang dikerjakan oleh bawahan, karena hasil yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Mahasiswa juga sering kecewa dengan dosen yang mengajar, karena tidak memiliki keahliah dalam mata pelajaran tertentu. Namun juga kita harus menyadari bahwa tukang yang mengerjakan rumah itu kita cari, bawahan yang kita suruh membuat surat kita yang tunjuk dan juga dosen yang mengajar karena tidak ada dosen lain yang ahli dalam mata kuliah itu.

Kerena itulah Tuhan menjadikan kewajiban alternative sebagai pendamping dan pelengkap dari kewajiban yang telah ditentukan, mereka yang gagal dalam mencapai tujuan dalam kewajiban alternative tetap akan dihukum dengan orang yang gagal. Tatapi mereka yang bergasil melakukan pekerjaan tersebut akan diberi nilai melebihi perbuatan yang telah ditentukan.

Tuhan menghargai profesi seseorang walaupun hasilnya kurang tepat, Tuhan akan memberi penghargaan lebih terhadap profesi yang dilandasi dengan keahlian, karena hasil yang didapat itu sebagai akibat dari kemampuan memilih profesi dan kreasi. Tetapi kita mempunyai keyakinan juga bahwa kegagalan yang disebabkan karena kejahilan (kebodohan) dan berakibat tidak hanya pada diri pemilih perbuatan bahkan juga pada orang banyak, akan mendapat hukuman dari Tuhan.


[*] Mahasiswa PPS IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.