Asrama Laut Tawar Riwayatmu Kini

Oleh Win NG*

Pada tahun 1959, atas niat yang tulus dari beberapa orang Gayo yang ada di Jakarta kala itu berdirilah satu bangunan yang terletak di Jalan Muria no 46 Setia Budi Jakarta Selatan yang kemudian di kenal dengan nama Asrama Laut Tawar Jakarta.

Bangunan diatas sebidang tanah dimaksudkan menjadi serambi bagi orang Gayo yang datang ke Jakarta, dan menjadi serambi pelajar dan mahasiswa yang tidak memiliki tempat tinggal di Jakarta maka dapat bertempat tinggal di bangunan ini. Tepatnya, berfungsi sebagai pintu masuk orang Gayo ke Jakarta, ibukota Negara Indonesia yang sempat menjadi kota impian para perantau dari seantero Nusantara.

Diantara sosok Urang Gayo yang memperjuangkan dibangunnya asrama Laut Tawar adalah Muhammad Hasan Gayo, Zulkifli Medan, Achmat Catur dan beberapa lagi di antaranya. Menurut salah satu pendiri asrama Laut Tawar yang masih hidup,  Achmat Catur menyatakan asrama ini di bangun atas dasar banyaknya orang Gayo yang datang ke Jakarta dan tidak mempunyai tempat tinggal maka banyak dari mereka tinggal di rumah Muhammad Hasan Gayo. maka dari itu kami berinsiatif untuk membangun asrama Laut Tawar ini.

Membangun dengan hati menjadikan Asrama Laut Tawar Jakarta bisa menaungi orang-orang Gayo yang datang ke Jakarta, baik itu kuliah, bekerja, belajar, maupun berkunjung, dengan niat yang tulus dan hati yang ikhlas, Asrama Laut Tawar  Jakarta ini banyak menghasilkan orang-orang yang sukses. sebagian dari alumni asrama Laut Tawar Jakarta sudah menjadi penjabat daerah. dan banyak juga di antaranya menjadi pengusaha yang sukses.

Bukan hanya di Jakarta saja tetapi juga Yogya dan Medan, itulah setelah Asrama Laut Tawar ini berdiri dan dapat di huni.  Dengan visionernya pemikiran orang-orang Gayo dulu yang memikirkan bahwa generasi ke depannya akan harus memiliki tempat untuk bernaung, dan tempat untuk belajar, berkumpul dan jika kembali diharapkan dapat memberi warna di Gayo.

Betapa mulianya hati orang-orang Gayo dulu. kalau mereka berpikir egois hanya mementingkan diri sendiri buat apa mereka susah payah membangun asrama mahasiswa. Tapi mereka tidak begitu. Mereka memikirkan bagaimana generasi Gayo lebih maju, lebih beradab, lebih berpendidikan agar dapat memberikan hal baru,warna baru, dan peradapan baru bagi Gayo.

Dengan begitupun niat tulus orang-orang terdahulu, kita banyak yang tidak menghargainya. Ada saja orang yang masih berpikir untuk menjual Asrama Laut Tawar  ini.

Pertanyaannya apa tidak malu oleh niat dan cita-cita para pendiri asrama ini,,,?. Bila tidak bisa membangun kenapa harus di jual ?.

Asrama mahasiswa yang sangat memprihatinkan, sangat menyedihkan bila di lihat dari sisi manapun. Beberapa tempat yang tidak layak huni dan juga tidak seharusnya ada di antara masyarakat Gayo yang berani mengatakan jual saja.

“Si ara wa i tamah, si gere ara wa i perah, enti si ara ni i juelli”, mungkin inilah bahasa yang cocok untuk menjawab pertanyaan orang-orang yang pernah melontarkan kata-katanya jual saja asrama Laut Tawar walaupun itu hanya candaan.

Lain lagi cerita dengan Asrama Laut Tawar Djogja keadaanya sama, tapi masalahnya bukan ingin di jual, tapi keadaan nya sangat memprihatinkan, genteng yang bocor dan keadaan dinding yang dapat menyebabkan penyakit. Dinding beton yang hancur lebur. Hanya beberapa orang yang mau tinggal di Asrama Laut Tawar Djogja.

Seperti dituturkan Zul Tampeng yang sempat singgah ke Asrama Laut Tawar Jakarta pada saat ada konser Seribu Ben, katanya untung ada gempa bumi , barulah Asrama Laut Tawar Djogja dapat di renovasi dengan baik. “Kalau tidak ada gempa bumi saya rasa tidak ada satu orang pun yang memperhatikan,” kata Zul.

Pertanyaannya, Apakah asrama-asrama ini menungu bencana alam dulu baru bisa di perbaiki ?

Sungguh ironis nasibmu Asrama Laut Tawar, bukankah kita sudah menyalahi amanah bila tidak prihatin dengan keadaan ini. Semoga niat tulus dari orang-orang terdahulu dapat menjadi amal. dan kita sebagai generasi penerus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan dipertanyakan di hari dimana setiap kita bertanggung jawab atas apa yang telah diamanahkan kepada kita.

Inilah yang terjadi bila keadaan pemikiran kita sudah dirasuki pemikiran buruk. Nafsu syaitan merasuk, keikhlasan hanya buah mulut hingga sebagian dari kita ingin atau berniat lain seperti yang di cita-citakan para pendiri asrama yang nyata-nyata hanya sekelumit yang mencintainya.

Benar yang dikatakan Mahatma Gandhi, Dunia ini cukup untuk menghidupi seluruh makhluk, tetapi tidak cukup untuk satu manusia yang serakah”.

Apakah kita manusia yang serakah ?. Tentu semua menjawab tidak dengan mulutnya. Diyakini Urang Gayo adalah orang-orang yang dapat berpikir bagaimana anak keturunan kita nanti bisa menjadi lebih baik, lebih paham, lebih mengetahui apa yang tidak kita ketahui saat ini, dan lebih membaca apa yang tidak terbaca oleh kita saat ini.

—–

*Mahasiswa Gayo di Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.