Penduduk usia sekolah di Kabupaten Gayo Lues relatif masih terkendala dalam mengakses pendidikan dibanding dengan kabupaten lain. Hal ini terlihat dari Angka Partisipasi Sekolah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Provinsi Aceh.
Pada tahun 2008, Angka Partisipasi Murni adalah 95,31 persen untuk usia 7-12 tahun, 68,35 persen untuk usia 13-15 tahun dan 57,70 persen untuk usia 16-18 tahun. Gambaran tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi usia penduduk, angka partisipasi sekolahnya semakin rendah.
Mengenai kemampuan baca tulis, penduduk laki-laki usia 15 tahun keatas di Kabupaten Gayo Lues seperti juga di daerah lain memiliki kemampuan baca tulis lebih tinggi dibanding perempuannya.
Kualitas pendidikan juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan masyarakat. Pada tahun 2008, dari penduduk usia 10 tahun keatas, sebanyak 16,38 persen sudah menamatkan sekolah pada jenjang SLTA sampai tingkat Diploma IV/S1/S2/S3. 18,70 persen tamat SLTP, 26,63 persen tamat SD dan 38,29 persen yang merupakan Persentase terbesar adalah penduduk yang tidak/belum tamat SD. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada tahun 2008 adalah Sebesar 8,70 tahun yang dapat diartikan secara rata-rata penduduk Kabupaten Gayo Lues baru menyelesaikan pendidikan sampai dengan taraf kelas 2 SLTP.
Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Pada tahun ajaran 2007/2008 untuk jenjang pendidikan SD, seorang guru rata-rata mengajar 17 murid. Pada jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang guru mengajar 27 murid dan di jenjang SLTA beban seorang guru mengajar sebanyak 18 murid.
Ketersediaan bangunan sekolah juga sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Hingga pada tahun ajaran 2007/2008 telah dibangun sebanyak 102 unit bangunan SD/sederajat, 27 unit bangunan SLTP/sederajat dan 15 unit bangunan SLTA/sederajat. Kesemuanya telah menyebar di setiap kecamatan kecuali bangunan SLTA dimana 3 kecamatan yaitu Dabun Gelang, Pantan Cuaca dan Tripe Jaya belum memiliki bangunan SLTA satu unit pun.
Kondisi ruang sekolah secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan pendidikan terutama dalam hal menentukan kenyamanan proses belajar-mengajar. Dari 555 kelas pada jenjang sekolah SD, sebanyak 477 kelas dalam kondisi baik dan 78 kelas lainnya rusak. Pada jenjang sekolah SLTP, dari 148 kelas, sebanyak 137 dalam kondisi baik dan 11 lainnya rusak. Sedangkan pada jenjang sekolah SLTA, dari 85 kelas, sebanyak 79 kelas dalam kondisi baik dan 6 lainnya rusak.
Pada akhirnya, pendidikan diharapkan tidak hanya menjadi konsumsi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan saja. Masyarakat di perdesaan juga mempunyai hak yang sama untuk mengenyam pendidikan. Untuk itu pembangunan prasarana dan sarana pendidikan di pelosok wilayah hendaknya tetap menjadi perhatian utama. (Buku Publikasi “Statistik Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2010” | BPS Kabupaten Gayo Lues)