Takengen | Lintas Gayo – Prof. Dr.M.Dien. Madjid, MA, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Jakarta menilai kebiasaan menulis masyarakat Gayo masih lemah. Berbeda dengan masyarakat Erofa, seperti Belanda, ungkap Prof, Dien, yang selalu mencatat semua hal dan peristiwa.
“Banyak catatan Belanda dahulu yang dipakai sebagai sumber berbagai tulisan sejarah Gayo. Berbeda dengan sejarah Gayo yang tidak ditulis”, papar M.Dien, kepada Lintas Gayo, (4/11) di Batas Kota Paya Tumpi.
Untuk itu, Guru Besar Sejarah UIN Jakarta ini berharap masyarakat Gayo membiasakan diri menulis sehingga bisa dijadikan catatan sejarah bagi generasi Gayo dikemudian hari. Selain lemahnya kemampuan menulis sehingga banyak “kisah sejarah” Gayo yang luput selain cerita dari mulut ke mulut, Prof. M.Dien juga melihat sedikit sekali penelitian ilmiah yang dilakukan di Takengon.
‘Banyak hal yang sangat sederhana yang idealnya diteliti secara ilmiah dan dapat dijadikan acuan pembangunan kedepan”, sebut M.Dien. M.Dien mencontohkan beberapa hal yang layak diteliti adalah profil bupati Aceh Tengah dari bupati pertama hingga sekarang.
“Penelitian tentang pemerintahan di Aceh Tengah dapat dimulai sejak tahun 1947, saat disyahkannya berdirinya kabupaten ini”, papar M.Dien. Selain itu, Guru Besar Sejarah asal Lelabu Bebesen ini, juga berharap penelitian ilmiah tentang Universitas Gajah Putih.
Dengan penelitian tersebut bisa dijadikan bahan perkembangan dan kemajuan Universitas Gajah Putih. Umpamanya, tentang peran UGP dalam peningkatan SDM di Gayo. Perbandingan jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan. Asal mahasiswa dan sebab banyaknya mahasiswa dari daerah tertentu.Apa penyebanya dan sejumlah parameter lain.
“Dengan demikian dapat dipetakan keadaan mahasiswa UGP, dosen dan langkah kedepan yang bisa dilakukan sebagai data base memajukan UGP”, rinci M.Dien. Sebagai Guru Besar Sejarah, Prof.Dr.M.Dien .Madjid , MA sering diminta mengisi berbagai seminar dan workshop serta sarasehan.
“Di bulan November nanti, saya diminta memberi makalah di Bireuen tentang Ketokohan Tun Sri Lanang. Dengan judul makalah Menyelusuri Tun Sri Lanang Dalam Lintas Sejarah Aceh”, pungkas Prof.M.Dien.
Lintas Gayo berharap kepada Prof. M.Dien agar ikut terlibat dalam menentukan penggunaan hurup vocal bahasa Gayo yang dibakukan agar bisa dipakai menulis berbagai tulisan berbahasa Gayo demi keseragaman pemakaian hurup dan menghindari multi tafsir.
Karena, menurut catatan Lintas Gayo, Domenyk Eades, pernah memberi solusi upaya penyelamatan bahasa Gayo dengan menulis buku, cerpen, cerita dan buku dalam bahasa Gayo agar bahasa Gayo tidak punah.
Prof. Dr.M.Dien menyatakan akan membantu kegiatan tersebut. (Win/03)