Seminar LMS, Pang Uten, Lelongohen dan Deep-IX Diapresiasi Peserta

Pemaparan tentang Pang Uten | Foto Khalis

Takengon | Lintas Gayo – Tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi kerap terdengar di Gedung Olah Seni (GOS) Takengon saat berlangsung seminar nasional Learning Management System (LMS), Minggu (18/12/2011).

Munculnya apresiasi peserta dikarenakan sejumlah pemaparan dari para narasumber yang merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Informatika Universitas Gajah Putih tentang Pang Uten, Lelongohen dan Deep-IX merupakan terobosan baru dibidang IT dalam kaitannya dengan kelestarian hutan, peningkatan kualitas dan kuantitas kopi Gayo serta pemertahanan nilai-nilai adat, budaya, sejarah dan bahasa Gayo.

Dalam pemaparan di bagian pertama seminar, Neni Wahyuni, mahasiswa semester V bersama timnya memaparkan tentang perangkat Pang Uten. Dihadapan peserta, mereka juga sempat memperagakan cara kerja serangkai peralatan yang dihubungkan dengan program komputer yang kami buat untuk menjaga hutan siang dan malam.

Dijelaskan Neni Wahyuni, Pang Uten dirancang untuk mampu membaca kebakaran hutan dan penebangan kayu. “Pang Uten, akan segera  mengirimkan informasi koordinat lokasi kejadian kebakaran atau penebangan kepusat kendali, baik yang berada disekitar lokasi kebakaran maupun dilokasi-lokasi yang jauh dari titik api tersebut,” papar mahasiswa yang membiayai kuliah sendiri dengan bekerja sebagai penjaga Warnet di Takengon ini.

Pemaparan tentang Lelongohen | Foto Khalis

Melalui teknologi yang kami rancang, lanjutnya, informasi ini dapat diterima sesaat setelah kejadian di Ibukota Kabupaten, Provinsi bahkan di Jakarta atau dimanapun yang dapat mengakses internet. “Pang uten adalah alat yang simple, kami tidak menggunakan satelite untuk menyampaikan informasi,” katanya.

Namun sayangnya, mereka masih terkendala dana untuk bisa mengembangkan perangkat tersebut sehingga bisa dipakai dengan maksimal sebagaimana yang diharapkan.

Materi selanjutnya, tampil Hari Santoso dengan materi Lelongohen yang merupakan teknologi yang dapat ditanam di perangkat komunikasi telephone seluler dengan harapan semua petani akan dapat menggunakannnya dengan mudah tanpa harus belajar komputer terlebih dahulu atau tanpa harus mengakses internet.

Ide awalnya, dijelaskan mahasiswa semester VII yang sehari-hari bekerja sebagai Cleaning Service di salah satu hotel di Aceh Tengah ini adalah bagaimana upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi Gayo baik di Kabupaten Aceh Tengah maupun Bener Meriah.

Dengan perangkat ini nantinya, petani dapat mengetahui jenis kopi apa yang cocok dikembangkan dilahannya. “Dengan hadirnya Lelongohen ditengah petani kopi Gayo, kami berharap dimasa yang akan datang tidak ada lagi kopi dengan kualitas nomor dua yang diproduksi di tanoh Gayo ini,” serunya.

Untuk memasukkan data-data teknis yang diperlukan, pihaknya berharap masukan dari semua pihak yang berkompeten. Dia juga mengucapkan terimakasih kepada pihak Badan Penyuluh Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bener Meriah, Fakultas Pertanian Universitas Gajah Putih dan Forum Kopi yang telah membantu memberi data yang diperlukan.

Selanjutnya materi tentang Distro “Deep-IX”, sebuah Operating System berbasis linux untuk mendokumentasikan adat dan Budaya Gayo. Materi ini disampaikan oleh 2 orang mahasiswa Buniamin mahasiswa semester V dan Taufik Mahyuddin semester III.

Diungkapkan, program tersebut digagas pada tahun 2009 dengan dilatarbelakangi kemirisan terhadap mulai pudarnya nilai-nilai ke-gayo-an seperti bahasa, adat, budaya dan sejarah Gayo.

Dengan program tersebut, diharapkan kedepannya generasi muda Gayo dapat dengan mudah mempelajari, memahami dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari nilai-nilai ke-gayo-an yang sudah terdegradasi seperti penerapan Sumang dan lain-lain.

Disesi ini, para peserta sempat diminta untuk berdiri dan diajak merenung sambil menyanyikan lagu Tawar Sedenge ciptaan (alm) AR Moese Sapdin.

Dr. Jonas Debian Officer dari Denmark, seorang pakar linux dari Eropa sedang melakukan registrasi peserta | Foto : Khalis

Disesi tanya jawab, umumnya para penanya tidak mengajukan pertanyaan yang bersifat teknis, tapi lebih kepada apresiasi atas munculnya gagasan berbasis IT tersebut. “Sumber Daya Manusianya sudah ada, sekarang kendalanya dana, jadi stakeholder harus ambil peran untuk wujudkan program ini,” seru seorang penanya disambut dengan tepukan tangan dari para peserta.

Setelah istirahat, shalat dan makan siang, para peserta kembali mengikuti materi inti seminar dengan judul Learning Management System (LMS) yang disampaikan Rusmanto.

Hadir dalam acara tersebut, Rektor Universitas Gajah Putih Takengon, Ir Syukur Kobath, Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga kabupaten Aceh Tengah, Muchlis Gayo SH, Sekretaris Yayasan Gajah Putih Takengon, Armia SE, sejumlah perwakilan dari dinas terkait di Aceh Tengah dan Bener Meriah, organisasi mahasiswa dan insan pers.

Seorang peserta istimewa juga nampak hadir, Dr. Jonas Debian Officer dari Denmark, seorang pakar linux dari Eropa. Dia akan membantu Mahasiswa FTi-UGP dalam penyempurnaan produk IT ini selama 2 minggu kedepan. (Kha A Zaghlul/03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.