Banda Aceh | Lintas Gayo – Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut kian menjadi permasalahan di sejumlah daerah di Indonesia. Menurut data PDGI cabang Banda Aceh, sebanyak 67 persen dari 4,6 juta penduduk Aceh diketahui menderita penyakit gigi berlubang dan masalah gusi.
Meski kesadaran masyarakat di Provinsi Aceh tentang pentingnya menyikat gigi dengan benar telah mencapai 87,6 persen, tetapi baru 4,9 persen saja yang mengerti cara menyikat gigi yang benar yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Terbatasnya jumlah dokter gigi juga menjadi salah satu sebab bahwa kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi kepada masyarakat belum tersebar secara merata di Indonesia. Ini dapat juga dilihat dengan kondisi di kota Banda Aceh dimana 1 orang dokter gigi harus melayani sekitar 47.000 penduduk.
Menyadari kondisi tersebut, PT Unilever Indonesia, Tbk. melalui Pepsodent dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyelenggarakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) berkelanjutan tahap dua, sebagai komitmen untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut.
“Banda Aceh adalah kota PDGI cabang pertama tempat diselenggarakannya kembali Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2011,” ujar Ketua Umum PB PDGI Drg. Zaura Anggraeni, MDS pada pencanangan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) di Banda Aceh, Kamis (29/12).
Kegiatan ini akan menghadirkan narasumber diantaranya Drg. Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc (Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk.), Drg. Zaura Anggraeni, MDS (Ketua Umum PB PDGI) dan Drg. Zuraida Usman Bany, MKes (Ketua PDGI Cabang Banda Aceh).
Lebih lanjut, Zaura mengungkapkan, provinsi Aceh hingga saat ini masih kekurangan dokter gigi. Kondisi ini mengakibatkan banyaknya masyarakat Aceh yang mengalami sakit gigi, terutama gigi berlubang, gangguan gusi dan berbagai penyakit lainnya yang diakibatkan tidak sehatnya gigi.
Berdasarkan data sensus penduduk 2010 di Provinsi Aceh, sebanyak 250 tenaga dokter gigi masih harus melayani 4.485.730 orang warga. Penyebab kurangnya tenaga dokter gigi ini diantaranya karena terbatasnya penerimaan PNS dokter gigi di daerah, serta kurang meratanya penyebaran dokter gigi di sejumlah puskesmas.
“Kondisi ini mempengaruhi kontinuitas layanan kesehatan gigi bagi masyarakat setempat, baik yang berkaitan dengan konsultasi maupun edukasi,” ungkap drg Zaura Anggraeni.
(A.ZaiZa)
.