Catatan Rahma Umar*
—
Semarak Tahun baru Masehi tidak hanya dirayakan orang-orang di kota-kota besar tapi sampai ke pelosok-pelosok desa. Kegiatan masyarakat pun bermacam-macam, mulai dari pesta kembang api, suara terompet yang ditiup sepanjang malam bahkan hingga azan subuh.
Muda-mudi yang bukan muhrim saling bercengkrama sampai larut malam. Kalau kita pikir-pikir ada manfaatnya tidak?. Yang ada mudharatnya yang lebih banyak. Sulit dipungkiri bahwa kebanyakan orang-orang merayakan malam tahun baru dengan minum khamar, berzina, tertawa, pemborosan dan berfoya-foya. Bahkan bergadang semalam suntuk menghabiskan waktu dengan sia-sia. Padahal Allah SWT telah menjadikan malam untuk berisitrahat, bukan untuk terjaga sepanjang malam, kecuali bila ada anjuran untuk shalat malam.
Pantau saja status disejumlah akun jejaring sosial di dunia maya yang dibuat para pencinta akun tersebut mulai sejak sebulan lalu kebanyakan mereka menuliskan status “buat acara apa ya tahun baru ini?, bakalan kumpul-kumpul dengan para sahabat buat tahun baru” dan banyak lagi.
Cafe-cafe yang menjadi tongrongan anak muda pun tidak mau kalah turut mempromosikan acara apa saja yang akan digelar dengan mengundang para band-band lokal,. Jauh hari rencana acara tahun baru sudah direncanakan.
Menurut Sheikh Youssef Al-Qardawi seorang cendekiawan muslim asal dari Mesir mengatakan bahwa tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk merayakan hari Natal dan Tahun Baru Masehi, serta tidak diperbolehkan bagi masyarakat Muslim untuk mengubah identitas Islam, wajah dan tradisi agamanya.
Perayaan malam tahun baru pada hakikatnya adalah ritual peribadatan para pemeluk agama bangsa-bangsa di Eropa, baik yang Nasrani atau pun agama lainnya. Sejak masuknya ajaran agama Nasrani ke Eropa, beragam budaya paganis (keberhalaan) masuk ke dalam ajaran itu. Salah satunya adalah perayaan malam tahun baru.
Bahkan menjadi satu kesatuan dengan perayaan Natal yang dipercaya secara salah oleh bangsa Eropa sebagai hari lahir nabi Isa AS.
Ingat tidak Rasulullah SAW pernah bersabda “Siapa yang menyerupai pekerjaan suatu kaum (agama tertentu), maka dia termasuk bagian dari mereka. (HR. Abu Daud).”
Dalam Al-Qur’an ALLAH mengatakan dalam QS: Al Baqarah 120 : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang hingga kamu mengikuti millah mereka.”
Perayaan ini tidak hanya dilakukan dikota-kota besar, tapi banyak masyarakat Takengon juga merayakan, padahal penduduknya mayoritas besar beragama Islam, yang seperti tahun-tahun sebelumnya jalanan akan mulai ramai sejak ba’da maghrib, sepeda motor yang berlalulalang yang banyak ditumpangi para muda-mudi yang saya berpendapat kebanyakan dari mereka bukan pasangan yang halal, cafe-cafe yang penuh dengan para pengunjung dan nantinya pada tanggal 1 tempat-tempat wisata seputaran Takengon akan dipadati oleh pengunjung.
Untuk sekarang saja sepanjang jalan pasar Inpres Takengon para penjual terompet dan kembang api sudah ada di setiap sudut pasar, dengan berbagai macam bentuk terompet dan ukurannya. Acarapun akan sampai puncaknya saat jam akan menunjukkan pukul 00.00 tepat tanggal 1 (satu) nya.
Terompet akan berbunyi tanpa henti (sampai-sampai saya berpikir apa ne orang ngak kecapean niup terus). Kembang api terus dibakar dengan suaranya melebihi dentuman-dentuman amunisi, bahkan kebiasaan di Takengon jika tepat pukul 00.00 Wib maka akan terdengar suara tembakan.
Saudaraku, coba kita renungkan jika saat kita melakukan penghintungan mundur 5…4…3…2..1 ternyata ALLAH telah mengirimkan malaikat Izrail sang penyabut nyawa untuk menyabut nyawa kita, bagaimana?
Siapkah saudara meninggal dalam keadaan tengah merayakan apa yang dilarang oleh-NYA. Jadi ada baiknya kita berdiam diri dirumah dengan melakukan pekerjaan bermanfaat.
Kepada orang tua muslim, mari kita propaganda anak-anak kita, jika pergantian tahun Masehi itu sama seperti malam-malam lainnya. Islam punya malam-malam dan hari-hari istimewa. Katakan kepada mereka !
Tahun Baru kita sebagai orang muslim sudah lewat sebulan lalu, walau kita ketahui banyak yang umat muslimnya sendiri tidak mengetahui dan tanpa perayaan yang berarti hanya sebagian masjid dan menasah yang melakukan do’a bersama.
*Wartawati Lintas Gayo
.