Oleh: Masykur Abdullah Badal, Lc. MBA
SERBUAN investor kakap global pasca mega krisis ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa, ke belahan benua Asia akhir-akhir ini semakin mencengangkan. Para investor kakap tersebut berusaha merambah ke berbagai sektor bisnis potensial. Pembelian surat utang negara, pembangunan hotel, shopping center, mal, pertambangan, perkebunan sawit dan infrastruktur merupakan diantara sektor yang sangat diminati. Seolah-olah kepercayaan terhadap negara asal mereka untuk berinvestasi semakin pudar, akibat krisis ekonomi yang terus mendera tanpa berkesudahan.
Di lain pihak, aktifitas investasi tersebut juga sangat dibutuhkan oleh negara-negara berkembang, demi mempercepat ketertinggalan pembangunan serta mengurangi jumlah pengangguran di negara yang bersangkutan. Karena diyakini, bahwa penyerapan tenaga kerja untuk setiap proyek investasi bisnis dan infrastruktur sangat besar. Sehingga dengan sendirinya, perbaikan taraf hidup masyarakat pun akan bergerak secara pasti ke arah positif.
Namun tidak pungkiri juga, aspek negatif yang akan ditelurkan oleh proses ini. Terkadang sudah bergesekan dengan nilai-nilai luhur, serta budaya dari masyarakat di negara setempat. Sehingga terjadilah penolakan massal terhadap proyek investasi yang bernilai milyaran dollar tersebut. Kasus semacam ini sudah banyak terjadi di berbagai pelosok nusantara, seperti Papua, Bima dll. Yang berimbas kepada jatuhnya korban dari rakyat sipil.
Baru-baru ini, masyarakat Aceh yang juga berjuluk sebagai daerah ‘Serambi Mekkah’ itu, baru saja dikejutkan dengan sebuah Grand Planning pembangunan hotel dan mal, dari jaringan hotel internasional Best Western. Best Western Hotel, yang bernaung dibawah perusahaan Best Western International, Inc. adalah perusahaan yang didirikan oleh M.K. Guertin pada tahun 1946 berpusat di Phoenix negara bagian Arizona, Amerika Serikat. Termasuk jaringan hotel ketiga terbesar dunia yang hingga saat ini telah memiliki 4195 hotel, yang tersebar di 80 negara. Jaringan hotel tersebut, juga dikenal sangat agresif dalam melakukan pengembangan investasi jaringan bisnisnya ke berbagai belahan dunia.
Kekagetan masyarakat Aceh tersebut bukan tidak beralasan, Grand Planning pembangunan dua belas tingkat Hotel Best Wastern & Mall, yang berlokasi hanya 150 m ke arah tenggara lokasi Mesjid Baiturrahman, yaitu mesjid kebanggaan masyarakat Aceh. Ternyata tanpa mereka sadari telah mengantongi IMB dari Pemerintah Kota Banda Aceh sebagai pihak berwenang. Tentu saja hal ini sangat melukai perasaan masayarakat Aceh, yang identik sangat taat dengan agamanya itu. Sontak, menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan masayarakat Aceh, bahkan MPU Aceh sendiri merekomendasikan untuk meninjau kembali proyek tersebut.
Mal dan hotel adalah dua unsur yang sangat kental dengan aroma hedonism dan poya-poya. Apalagi jika letaknya hanya beberapa meter saja dari lokasi mesjid kebanggaan masyarakat Aceh itu, yang selama ini sangat terkenal sebagai pusat keagamaan, peradaban, keilmuan dan perlawanan masyarakat Aceh. Tentu saja proyek ini, secara langsung telah melukai perasaan masyarakat Aceh, serta akan mengurangi kesakralan dari mesjid kebanggaan masyarakat itu sendiri. Walaupun dengan dalih investasi dan ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
Dalam laman Facebook group pendukung penghentian grand planning proyek Best Western & Mall, seorang member mem-posting; ” Masyarakat Aceh tidak anti investasi asing, silakan berinvestasi di seluruh bumi Aceh. Tapi hanya satu permintaan kami, jangan nistakan dan cemarkan Mesjid Baiturrahman yang merupakan kebanggaan masyarakat Aceh”.
Dengan melihat latar belakang sejarah perjalanan Aceh, yang penuh lika-liku serta konflik berkepanjangan. Peninjauan kembali akan lokasi proyek ini, merupakan suatu langkah yang sangat bijaksana bagi semua pihak yang berkepentingan. Masih banyak lokasi menawan yang tersebar di seluruh bumi Aceh. Mestikah kita harus melihat darah-darah anak bangsa kembali berceceran di bumi serambi mekkah ini, karena suatu hal yang seharusnya tidak perlu terjadi?
Mari kita lapangkan dada dan pikiran kita sejenak, singkirkan semua aral yang melintang demi persatuan dan kesatuan bangsa tercinta ini. Indonesia Bisa…
* Staf KBRI Cairo dan Wirausaha