BERJALAN-JALAN memang hal yang mengasikkan bagi semua orang apa lagi anak muda yang baru mengenal dunia. Terlebih lagi bila di kunjungi kota atau tempat yang pertama sekali di kunjungi, di balik ini semua anak muda jaman sekarang banyak yang perjalanan nya kian jauh bukan lagi tempat-tempat dalam kota tetapi tempat luar kota. Hal ini memang di dukung oleh transportasi kita sekarang yang lebih moderen, yang memang jauh dari kota nya sendiri, bahasa keren nya weekand atau hari libur lah dan banyak lagi perjalan yang di lalui bukan hanya anak muda yang ingin seperti ini tetapi juga orang tua yang ingin menenangkan diri di luar sana, untuk menghilangkan stress dan atau sekedar kunjungan.
Banyak hal yang dapat di lihat di luar sana dan banyak juga hal-hal positif dan negatif yang bisa di lihat untuk di pelajari, mendokumentasi dan tampat-tempat yang bisa di ceritakan oleh teman, sanak saudara. Dan banyak sekali pengetahuan yang bisa di temui di luar daerah kita dan sebagian dari pengunjung mengambil ide-ide baru dan referensi yang dapat di terapkan oleh kita di daerah kita tercinta.
Kita sedikit mengintif daerah lain atau ingin melihat-lihat di kota lain. Berjalan di suatu daerah yang bernama Kota Bogor. Kota ini terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km², Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Dan di sini juga mempunyai susu yang dingin, dan wilayahnya banyak sekali villa dan penginapan, mayoritas kebanyakan dari pengunjung bukan dari turis-turis amerika atau eropah, tetapi banyak di singahi oleh orang-orang timur tengah dan turis-turis Arab, yang memang mereka mengiginkan bukan gurun, tetapi gunung yang hijau dan lebah-lembah yang sejuk di pandangan mata, karena memang mungkin mereka bosan melihat gurun pasir,
Bogor telah lama dikenal dijadikan pusat pendidikan dan penelitian pertanian nasional. Di sinilah berbagai lembaga dan balai-balai penelitian pertanian dan biologi berdiri sejak abad ke-19. Salah satunya yaitu, Institut Pertanian Bogor, berdiri sejak awal abad ke-20. Begitu penuturan syahirman hakim mahasiswa pascasarjana S2 dari aceh tengah, yang asli bintang dalam kesempatan ini menuturkan.
Setelah banyak berbincang dengan syahirman yang akrab di pangil “kil”, kami menuju ke tempat yang paling tinggi yang namanya puncak mas bogor kami banyak melihat kebun teh yang begitu luas, dan begitu hijau, karena memang ini masih musim ceding-ceding baru. Ada permainan menarik di daerah dingin ini, yaitu terbang bersama parasut, dan gantole, dalam bahasa mereka sebenar nya terjun payung dan flaying fox, yang biasa, tapi karena kabun di sini banyak yang indah, dan banyak sekali yang menyenangkan, sejuk dan menenangkan, di daerah ini, belajar banyak hal tentang, pengelolaan-pengolaan tempat pariwisata, dan tempat orang yang berjualan di sekitarnya, dan pengelolaan yang memang baik, tapi satu hal yang paling kami kagumi adalah, bila orang yang memakai KTP bogor maka tidak di kenakan biaya untuk masuk, di katakan oleh bapak penjaga pintu gunung mas bogor karena bila di mintakan juga bayaran maka mereka akan merasa asing di daerah mereka sendiri, itulah yang terjadi bila mereka juga di mintai untuk tiket masuk atau yang lain tetapi kalau daerah lain maka di mintai pembayaran,
Sudah cukup membicarakan Bogor, bagaimana dengan kita, di Aceh Tengah umumnya khusunya Takengon, yang memang terkadang hanya danau laut tawar yang sangat indah buat, tetapi hari ini orang Gayo sendiri merasa asing di daerahnya sendiri, bagi orang yang tidak bisa pergi ke luar maka hanya danau laut tawar lah yang bisa di kunjungi. ketika sampai di danau laut tawar juga. kita merasa asing di daerah kita sendiri, di seputaran Danau Laut Tawar kita parkir bayar, tiket bayar, dan kita juga seperti pengunjung dari luar kota keluh seorang yang mengunjung lokal, di tempat-tempat rekreasi di seputaran danau laut tawar seperti di bagian Mendale sampai Bintang, lalu ke Renggali, “aku asli urang kelaping le win” katanya sambil, menahan kesalnya, hingga, katanya tendape dem mal le..? Rp50.000, tenda oya pe, keluh seorang bapak dari simpang kelaping ini.
Ini lah salah satu yang bisa kita ambil pelajaran dari kota ini, masih banyak juga masalah-masalah yang datang jika berkembangnya sector pariwisata ini, misalnya di sini sendiri juga banyak maslah yang timbul seperti ikut-ikutan budaya luar karena terkontaminasi, dan nikah siri banyak juga terjadi di bogor ini, jadi masalah nya sederhana bagaimana untuk kita bisa menyiapkan Bukan hanya Faktor pariwisata saja yang kita majukan. Tetapi pendidikan juga ahlak juga dan moralitas generasi yang kita yang harus siapkan menjadi catatan penting jika adanya turis jangan sampai merubah budaya local yang hari ini masih kita pertahan kan.(Win Noto Gayo/red.04)