Marison: Demi Pendidikan Orang Gayo Rela Makan Terasi dan Ikan Asin

Jakarta | Lintas Gayo – Sebelum tahun 1980-an, Takengon dikenal sebagai Kota Pendidikan. Tak jarang, banyak dari daerah lain yang sekolah ke Takengon. “Takengon itu Jogjanya Aceh. Masa itu, hampir semuanya dari Takengon yang mendominasi. Tapi, sekarang sudah merata. Sudah ada dari daerah Aceh lainnya,” aku Marison, laki-laki asal Aceh Selatan di Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2012).

Alumni pertama STM Pegasing itu, menuturkan, ada nilai positif terkait pendidikan dalam masyarakat Gayo. “Mereka berlomba-lomba dalam pendidikan. Asal anaknya sekolah, orang tuanya, rela makan terasi dan ikan asin. Begitulah besarnya motivasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Saya nggak tahu keadaan sekarang. Karena, sudah lama tidak dari Takengon,” ungkapnya.

Makanya, dalam amatannya, sampai tahun 1990, orang Gayo hampir berkarir di semua bidang. Termasuk, sebagai birokrat, pejabat, di kementerian. “Dimana-mana (di Jakarta), ada orang Takengon (orang Gayo),” sebutnya.

Di tempat yang sama, Syeh Midin, pengusaha Gayo di Jakarta, mengaku, kalau nilai-nilai itu “menyekolahkan anak” masih melekat dalam masyarakat Gayo. Dari sisi kuantitas, sebutnya, saat ini, makin banyak orang Gayo yang berpendidikan. “Bahkan, hampir setiap disiplin ilmu sudah ada orang Gayo,” katanya (al-Gayoni).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.