DALAM proses pembelajaran di sekolah-sekolah bahwa supervise oleh pengawas dirasa tidak asing lagi bagi semua guru karena sudah barang tentu pekerjaan rutin supervisor setiap awal tahun ajaran baru atau setiap awal semester dipastikan para supervisor mengunjungi sekolah-sekolah guna untuk mensupervisi guru, kepala sekolah dan staf tata usaha sekalipun.
Fungsi utama supervisi adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik (Burton, 1955). Sedangkan Briggs (dalam Sahertian, 2000) mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tetapi juga mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru. Dengan perkataan lain, seperti apa yang diungkapkan Willes bahwa fungsi dasar supervisi ialah memperbaiki situasi belajar-mengajar dalam artian yang luas. Menurutnya situasi belajar-mengajar di sekolah dapat diperbaiki apabila supervisor dan atau pemimpin pendidikan memiliki lima keterampilan dasar, yaitu: Keterampilan dalam hubungan-hubungan kemanusian,
Keterampilan dalam tugas kelompok, Keterampilan dalam kepemimpinan pendidikan, Keterampilan dalam mengatur personalia sekolah dan Keterampilan dalam mengevaluasi, (Willes, 1967).
Ada analisis yang lebih luas yang dikemukakan oleh Swearingen (dalam Sahertian, 2000), ia mengemukakan tujuh fungsi supervise yaitu: Mengkoordinasi semua usaha guru dalam prosess pembelajaran, Memperluas pengalaman guru-guru terhadap pembelajaran, Menstimulasi usaha-usaha kreatif guru dalam proses pembelajaran, Memberi fasilitas dan penilaian terus-menerus dalam proses pembelajaran, Menganalisis hasil belajar dalam proses pembelajaran, Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap guru untuk meningkatkan diri dalam proses pembelajaran, Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru untuk mengaktifkan anak didik.
Oleh karena perubahan terus-menerus terjadi, maka kegiatan sekolah juga akan bertambah. Dalam menentukan kebijakan merumuskan tujuan-tujuan setiap kegiatan sekolah termasuk program sepanjang tahun pelajaran perlu ada koordinasi yang baik. Seorang supervisor perlu memperluas pengalaman guru, akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia selalu ingin mencapai kemajuan semaksimal mungkin. Seorang akan mampu melaksanakan perannya dengan baik, apabila ia mau belajar dari pengalaman nyata di lapangan, melalui pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya dirinya dengan pengalaman tersebut.
Di samping itu, semua orang percaya bahwa manusia diciptakan dengan memiliki potensi untuk berkembang dan berkarya. Supervisor bertugas untuk menciptakan suasana yang memungkinkan guru-guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam dirinya. Kemampuan untuk menstimulasi guru-guru agar mereka tidak hanya berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah pelaku aktif proses belajar-mengajar.
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya diperlukan penilaian terus-menerus. Melalui penilaian dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan proses pembelajaran. Penilaian itu harus bersifat menyeluruh, menyangkut semua aspek kegiatan belajar-mengajar, dan kontinu, dalam arti penilaian berlangsung setiap saat., yaitu pada awal, pertengahan, dan pada akhir melakukan suatu tugas. Supervisi diberikan dengan tujuan tertentu. Tujuannya ialah untuk memperbaiki situasi belajar-mengajar.
Agar usaha ini dapat dicapai, maka perlu analisis hasil dan pembelajaran. Memperoleh data mengenai aktivitas guru dan peserta didik akan memberi pengalaman dan umpan balik terhadap perbaikan pembelajaran, yang pada akhirnya memperbaiki pembelajaran dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan. Setiap guru memiliki potensi dan dorongan untuk berkembang. Kebanyakan potensi tidak berkembang karena banyak faktor., baik faktor objektif maupun faktor subjektif.
Supervisor memberikan dorongan, stimulasi, dan membantu guru-guru agar mengembangkan pengetahuan berkaitan dengan keterampilan mengajar. Mengajar itu suatu ilmu pengetahuan, suatu keterampilan, dan sekaligus suatu seni. Kemampuan itu akan dapat dicapai apabila ada latihan, mengulang, dan dengan sengaja dipelajari. Setiap orang menginginkan suatu yang baru. Motivasi untuk meperbarui itu merupakan fungsi dari supervisi pendidikan. Untuk mencapai suatu tujuan yang lebih maksimal harus berdasarkan pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada hirarki kebutuhan yang harus selaras. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur kemampuannya. Mengembangkan guru adalah satu fungsi supervisi pendidikan.
Berdasarkan gambaran di atas, pekerjaan seorang pengawas yang hadi ke sekolah-sekolah bukannya hanya menuntut kelengkapan administrasi mengajar semata, seolah tioritis yang utama, meninggalkan praktik lapangan (mengajar), kelengkapan adiministrasi mengajar disebut guru yang ideal, sementara guru yang administrasinya kurang lengkap adalah guru yang tidak mampu mendidik dengan benar (sela pengawas), pada hal yang paling utama dikerjakan oleh pengawas (supervisor) ialah memberikan contoh yang benar bagaimana melaksanakan pembelajaran di dalam kelas, bagaimana melaksanakan langkah-langkah yang jitu untuk menerapkannya pada anak didik, sehingga model yang dicontohkan oleh pengawas mampu memberikan aura pendidikan/pembelajaran yang tepat dan berguna bagi guru disamping kelengkapan administrasi.
Berarti pekerjaan supervisor dalam 10 tahun belangan hanya memeriksa kelengkapan administrasi dan memberikan penilaian hanya kepada kelengkapan administrasui saja padahal kelengkapan tersebut hanya satu bagian dari sekian banyak pekerjaan pengawas di lapangan. Saya berharap ke depan jangan lagi seperti model kunjungan pengawas 10 tahun ke belakang akan tetapi tolong dibaca opini singkat ini agar kerja pengawas bisa menjadi berubah.
Dengan kata lain, seorang supervisor harus berani tampil di hadapan guru untuk mengajar dalam arti memberikan contoh yang baik bagaimana menyajikna materi pelajaran sehingga besar kemungkinan akan bermanfaat bagi guru sendiri dan terhadap keefektifan siswa dalam mengikuti pelajaran. Model-model terapan seperti inilah yang diharapkan guru kepada para supervisor karena diyakini bahwa ilmu mengajar itu lebih banyak dikuasai oleh para supervisor. Harapan ini sekaligus merubah paradigma tioritis menjadi praktis dan efeknya adalah kepada alumni sekolah (anak didik) akan lebih berhasil baik dikalangan regional maupun di kancah nasional sekalipun.(ihsandarul@gmail.com)
*Guru SMAN 1 Takengon, Dosen STAIN dan Dosen PPs UT Takengon
Bapak yang baik, benar apa yang diutarakan Bapak,, tetapi sejauh mana sudah dilaksanakan dan berapa persen yang sudah dianalisis Gurunya.. dan pengawasannya…. Maju mundurnya pendidikan tergantung kepada guru…. dan propesional pengawasnya tergantung kepada Bidang Pengawasanya… dan bidang pengawasanya tergantung kepada yang memberi arahan masukan…. sehingga apa yang mau dikerjakan belum maksimal…. oleh karna itu… bila tidak keberatan kita analisis semua aspek yang ada disekolah melalui pengawas .. Berapa jumlah TK, SD, SLTP,SMU baru kita tentukan berapa besar untuk dibutuhkan seorang pengawas…. dan Bapak sebagai Dosen di STAIN yang mempunyai LITBANG perlu dirumuskan….dan Masukan buat bapak… Supaya kedepanya alumni STAIN bisa diperediksikan berapa persen dibutuhkan PEMDA dan selainya Upaya apa kita tempuh supaya tamatan STAIN Gajah Putih dapat terisi Alumnus Universitas Gajah Putih di PEMDA maupun pihak swasta…