SEPI
Oleh : Ayu Sundari Lestari
Selaksa alam beduyun sepi
seperti gelegam yang teduh
menyeduhkan tiap sudut hatiku
“Sebentarlah! temani aku di sini menunggu senja.”
jeruji itu adalah kerangkeng abadi yang menjerat kakiku
sendiri. Tersungkir di dermagamu.
tapi, kau pergi jua meninggalkanku
sebelum jejak berpamit, aku selipkan seamplop rindu di sakumu
agar kau kembali
sungguh, aku membenci ini
kelakar hangat seketika buyar
lenyap
MATAMU
Matamu selalu dapat menangkap gelegatku
meski aku membungkam dalam tirai persembunyian
duh! hati berdebar kencang
saat pandang bertemu di titik tatapan
;
BAIT
Bagaimana aku dapat menyimpulkan
tiap bait pesan yang kau kirim lewat
celah malam?
sedangkan aku masih berkelut bersama mimpi
berseteru dengan bait yang tak dapat kuejakan
GALAU
Gemertak ini seperti benih galau
yang meranjau
bunyi getar menggeligis tulang-belulang
menikam kepastian
membunuh tiap celah untuk
melangkah
RAPUH
Kesumat lidah angin terus bergejolak
ranting-ranting nyaris berkeriting
tak bergumam
jatuh mencium tanah kering
rerumputan menyenggol-nyenggol kerapuhan jiwa
Dunia KOMA
Kedai Durian, 5 Desember 2011
Biodata Penulis:
Ayu Sundari Lestari, gadis kelahiran Medan, 21 Agustus 1991. Tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan dan bergiat di Komunitas Pecinta Membaca dan Berkarya (KOMA). Karyanya pernah dimuat: diharian Analisa, Medan Bisnis, Waspada, Mimbar Umum, Sinar Harapan juga media online, Kompas.com dan Baltyra.com.