Takengon | Lintas Gayo –Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan danau Lut Tawar masih sangat rendah, jika tidak segera dilakukan upaya-upaya konkrit, dikhawatirkan ekosistem danau tersebut akan lebih cepat hancur dari waktu yang seharusnya. Demikian dinyatakan Ketua LSM Tajuk, Isranuddin, Kamis 23 Agustus 2012.
Contohnya, kata Isranuddin, pengelola hotel Renggali yang berlokasi di Ujung Baro Kecamatan Lut Tawar, bagian danau yang berbatas dengan hotel tersebut sangat kotor. Sampah berserakan dan jorok sekali.
“Dilokasi-lokasi wisata lainnya juga demikian. Hampir tidak yang peduli dengan kebersihan dan kelestarian danau,” kata Isranuddin yang juga sebagai ketua Sentral Aliansi Pemuda Bintang, Kebayakan dan Lut Tawar (SAP-Biklar) ini.
Masyarakat yang berdomisili di sekitar danau juga seperti itu, rasa memiliki terhadap danau juga masih rendah. Buktinya, menurut Isranuddin banyak sampah rumah tangga masuk ke danau melalui sungai -sungai yang bermuara ke danau termasuk masyarakat yang berdomisili di bagian barat danau dari Mendale hingga Boom Takengon.
Pengunjung atau wisatawan juga sama, lanjutnya. “Warga yang datang ke danau umumnya dengan seenaknya membuang sampah ke dalam atau disekitar danau,” ujarnya kesal.
Dan yang paling membuat miris, penilaian Isranuddin kebijakan pemerintah juga hampir tidak ada yang berpihak untuk pelestarian danau tersebut.
“Setahu kami, kecil sekali alokasi dana yang dianggarkan yang berkaitan dengan pelestarian danau. Yang banyak hanya pembangunan fisik yang justru menghancurkan danau dengan dalih peningkatan ekonomi masyarakat setempat,” urai Isranuddin.
Dia berharap kedepannya pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat di Aceh Tengah dapat berupaya maksimal untuk terus mengkampanyekan penyelamatan kelestarian danau tersebut, terlebih ikan Depik merupakan ikan endemik danau Lut Tawar dengan nama latin Rasbora Tawarensis akan ikut punah seiring dengan rusaknya ekosistem danau tersebut. (Win Aman/red.03)