(Tanggapan atas Tulisan Muhammad Edwin dan Wen Rahman)
Oleh : Win Wan Nur*
Menarik sekali membaca Lintas Gayo belakangan ini, tulisan di media ini semakin beragam sebaris sebangun dengan latar belakang kontributornya yang juga semakin beragam.
Satu tulisan menarik berjudul “Bingung adalah Awal Mula Pengetahuan” http://www.lintasgayo.com/29219/bingung-adalah-awal-mula-pengetahuan.html muncul di media ini tanggal 3 oktober kemarin. Ditulis oleh seorang anak muda yang bernama Muhammad Edwin Dianto.
Berbeda para mahasiswa kebanyakan yang biasanya cuma hafal teori, Muhammad Edwin terlihat memiliki kelebihan dibanding rekan-rekan seangkatannya. Di tulisannya ini, kita melihat bagaimana Edwin dengan jeli mengamati kejadian di sekitarnya menjadikannya sebuah sintesa untuk memahami dunia secara global dan membagikannya kepada kita semua para pembaca media ini. Cara berpikir analitis yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia berpendidikan, tapi sayangnya sudah sangat langka di negeri yang sistem pendidikannya sejak lama sudah dirusak oleh sistem hafalan ini.
Di tulisan ini Muhammad Edwin tidak lagi bicara di tataran hafalan dan teori, tapi penulis sudah bicara esensi dan gaya komunikasinya juga mudah dipahami. Kelihatan sekali kalau penulis memang sangat paham apa yang dia katakan.
Mudah untuk dimaklumi, kalau tulisan dari orang yang memiliki cara pandang jauh ke depan dan langka di tengah kawanan “orang terdidik” bermental “kerbau hidung tercucuk” ini, terasa bagai kerikil dalam sepatu bagi “orang terdidik” kelas kodian.
Terbukti, tulisan yang bernas ini langsung mendapat tanggapan bernada kecaman yang melecehkan dari Wen Rahman, yang secara formal akademis diakui oleh negara sebagai “orang berpengetahuan”.
Cuma sayangnya, tulisan yang dianggap hebat oleh penulisnya ini sendiri, oleh seorang komentator perempuan sebagai TULISAN KACANGAN.
Kenapa sampai ada orang yang menilai tulisan ini kacangan. Itu karena di sini Wen Rahman ElMajidi terlihat jelas cuma mampu pamer gelar, tapi dia sama sekali tidak paham apa yang dia omongkan.
Yang paling parah, Rahman ElMajidi COPY – PASTE penjelasan dari internet, tapi dia sendiri sama sekali tidak paham apa yang anda PASTE. Sehingga dari tulisan pamer gelar ini, apa yang dia lakukan sebenarnya adalah pameran tentang kedangkalan pemahamannya sendiri tentang sejarah sains dan berbagai penemuan penting.
Rahman ElMajidi di sini dengan modal gelar *Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Administrasi Pendidikan Unsyiah berani petentengan melecehkan pendapat Muhammad Erwin Dianto dengan mengatakan, bingung bukan awal dari pengetahuan.
Padahal Daniel E. Koshland Jr., seorang profesor Biokimia molekuler dan Biologi sel di University of California, dalam artikelnya membagi proses-proses penemuan ilmiah menjadi tiga kategori (Science vol. 317, hal. 761). Kategori tersebut adalah “Charge, Challenge, dan Chance”, yang kemudian disebutnya dengan teori Cha-Cha-Cha.
Penemuan yang termasuk dalam kategori Charge merupakan penemuan-penemuan yang didasarkan pada masalah-masalah yang sudah jelas namun belum ada penyelesaiannya atau penjelasannya secara ilmiah persis seperti definisi No. 5 di arti kata BINGUNG yang anda kutip. “(merasa) kurang jelas (ttg sesuatu)”; kurang mengerti:).
Koshland memberikan contoh untuk kategori ini adalah penemuan teori gravitasi oleh Newton.
Kategori kedua, Challenge merupakan penemuan yang muncul sebagai hasil dari adanya pertentangan atau anomali-anomali yang muncul dari suatu teori yang telah ada.
Contoh penemuan jenis ini adalah penemuan teori atom oleh Niels Bohr. Bohr melihat kelemahan-kelemahan pada teori atom Dalton dan Thomson yang telah ada sebelumnya, tapi dia BINGUNG karena tidak mampu memberikan penjelasan yang lebih baik. Untuk mengatasi kebingungannya, Bohr melakukan serangkaian pengamatan dan melalui pengamatan itu Bohr menelurkan teori baru tentang struktur atom yang dapat memperbaiki kekurangan dari teori yang telah ada.
Apa yang dialami Bohr persis seperti penjelasan No. 1 di definisi kata BINGUNG yang anda kutip “hilang akal (tidak tahu yang harus dilakukan)”
Kategori yang ketiga dari teori Cha-Cha-Cha adalah Chance, merupakan penemuan-penemuan yang terjadi karena ketidaksengajaan, ada unsur “kecelakaan”, biasa disebut dengan serendipity.
Penemuan yang termasuk kategori serendipity merupakan penemuan yang murni karena ketidaksengajaan, penemuan atas hal-hal yang sebenarnya tidak sedang dicari.
Salah satu contoh penemuan yang bernuansa serendipity adalah penemuan Teflon. Penemuan Teflon ini dimulai ketika Dr. Plunkett (ahli kimia Du Pont) sedang mencari suatu bahan pendingin yang tidak beracun. Pada suatu hari Plunkett membuka tangki yang berisi gas tetrafluoroetilen, berharap untuk dapat membuat bahan pendingin yang dicarinya. Tetapi Plunkett dan asistennya, Jack Rebok BINGUNG karena tidak ada gas yang keluar. Padahal dari berat tangki menunjukkan tangki itu seharusnya penuh dengan fluorokarbon dalam bentuk gas. Tapi bukannya membuang tangki dan mengambil tangki lain untuk melanjutkan penelitian bahan pendinginnya, Plunkett justru memutuskan untuk mengatasi kebingungannya.
Setelah memutuskan bahwa kesalahan tidak terletak pada katupnya, ia menggergaji tangki hingga terbuka dan melihat dalamnya. Di dalam tangki itu dia menemukan bubuk warna putih seperti lilin dan, sebagai seorang ahli kimia, ia menyadari hal tersebut pasti ada artinya. Molekul-molekul gas tetrafluoroetilen mengalami polimerisasi sampai pada tingkat tertentu sehingga molekul-molekul tersebut menjadi zat padat. Dan ditemukanlah TEFLON.
Di dalam komentarnya membalas tulisan tersebut Wen Rahman ElMajidi mengatakan tidak ingin menyatakan pendapat pribadi secara berlebihan, karena kompetensinya, padahal kenyataannya apa yang dia sampaikan semuanya Thok pendapat pribadi yang hanya mengandalkan kemampuan MENGHAFAL dan menunjukkan ketidak mampuan dirinya menganalisis persoalan.
Justur pendapat pribadinya soal Kompetensi dirinya pribadi itulah yang justru sangat berlebihan. Di sini terlihat sekali kalau modal Wen Rahman ElMajidi untuk meyakinkan orang hanyalah GELAR yang dia anggap sebagai KOMPETENSI. Padahal kenyataannya anda hanya BERKOMPETEN dalam pandangan pribadinya sendiri. Sebab Wen Rahman ElMajidi terbukti NOL BESAR dalam berargumentasi.
Dan ini menunjukkan jauhnya tingkatan kelas anda sebagai analis, dibawah penulis yang anda komentari. Penulis yang anda komentari itu sama sekali tidak menyinggung kompetensi pribadi untuk membenarkan pendapatnya, tapi murni memaparkan ARGUMENTASI
Kalau kompetensi dijadikan acuan, mana sebenarnya yang lebih berkompetensi?
Daniel E. Koshland Jr., seorang profesor Biokimia molekuler dan Biologi sel di University of California yang mengemukakan teori Cha Cha Cha, atau Wen Rahman ElMajidi yang Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Administrasi Pendidikan Universitas Syiah Kuala?
Mulai bingung?…
*Pengamat media