Kisruh Pilkada dan Asketisme Elite Politik

Oleh: Muhamad Hamka*

KISRUH (politik) Pilkada Aceh Tengah memasuki babak baru. Seperti yang diberitakan oleh Media Online Lintas Gayo (8/10), sejumlah massa melakukan unjuk rasa di kantor DPRK Aceh Tengah dengan tuntutan menolak pelantikan pasangan calon Bupati/Wakil Bupati terpilih Nasaruddin dan Khairul Asmara.

Massa yang mengatasnamakan rakyat Aceh Tengah tersebut, juga meminta DPRK untuk mengirimkan surat rekomendasi kepada Presiden Republik Indonesia di Jakarta terkait dengan tuntutan mereka. Aksi unjuk rasa ini dalam perspektif komunikasi politik adalah penanda, bahwa ruang komunikasi elite politik Aceh Tengah tersumbat. Sehingga bola konflik kian bergelinding tak tentu arah.

Tersumbatnya ruang dialogis elite politik ini boleh jadi akibat terkikisnya sikap asketisme karena arogansi egoisme. Asketisme adalah sebuah paham dan sikap mental yang mencerminkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban seseorang (Donie Malik, 2011).

Sehingga kalau dikorelasikan dengan kisruh Pilkada Aceh Tengah yang kian tak berujung maka dapat disimpulkan bahwa para pemimpin (elite politik) ini mengalami degradasi sikap mental asketisme. Padahal kalau mereka mau mengedepankan sikap mental sederhana, jujur dan rela berkorban untuk kemaslahatan rakyat Aceh Tengah, maka saya optimis kisruh Pilkada akan selesai dalam hitungan jam di meja musyawarah.

Dampak dari arogansi egoisme ini adalah kita dijadikan bahan tertawaan orang. Kenapa, karena kita sibuk berkerumun merebut “kue” kekuasaan. Sementara ada pihak yang berdendang ria dalam barisan yang kokoh menggerogoti kearifan lokal tanoh Gayo. Karena itu kita mengajak para pemimpin (elite politik) terhormat ini untuk sejenak memikirkan dengan sederhana, jujur dan dengan spirit rela berkorban tentang dampak dari kisruh yang terjadi.

Ingat para pemimpin (elite politik) Aceh Tengah “janganlah lupa demi tujuan kita, bahwa para pemimpin berasal dari rakyat bukan berada diatas rakyat” (Cindy Adams, 2007). Kutipan pernyataan reflektif Bung Karno diatas patut direnungi oleh para elite politik yang “bertikai” ini, bahwa anda menjadi elite politik bukan sekonyong-konyong turun dari langit tapi atas dukungan rakyat.

Karena itu dalam mengambil dan membuat keputusan politik harus momosikan kehendak rakyat sebagai pendulum. Ingat kepentingan rakyat banyak, karena dengan kisruh yang belum ada titik terangnya ini akan berpengaruh pada program pembangunan yang notabene bersentuhan langsung dengan kesejahteraan rakyat.

Untuk itu kita mengajak elite politik yang merebut “kue” kekuasaan ini untuk sejenak merenung. Bahwa Aceh Tengah ternyata pernah punya pemimpin yang punya jiwa asketisme. Almarhum Mustafa M. Tamy, mantan Bupati Aceh Tengah ke-15 yang menghembuskan nafas terakhirnya, Minggu 7 Oktober 2012 sukses membangun Kabupaten Aceh Tengah dengan berlandaskan sikap mental sederhana, jujur dan kerelaan berkorban.

Oleh karena itu, pemimpin (elite politik) yang “bertikai” ini sudah sepatutnya mengenang almarhum dengan meneruskan dan membumikan spirit asketismenya. Semoga!(for_h4mk4[at]yahoo.co.id)

*Analis Sosial & politik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Poinya adalah kemaslahatan rakyat yang lebih besar. bukan malah terjebak pada normatifitas kebenaran. karena sudah jelas dengan segala ketidakpastian dari kisruh yang terjadi, program pembangunan yang notabene bersentuhan langsung dengan rakyat banyak menjadi terbengkalai. ingat, substansi demokrasi (Pilkada) adalah kesejahteraan rakyat. salam

  2. MEMANG KALAU SEKILAS DARI LUAR ATAU ORANG YANG MELIHAT KEGIATAN BERKUMPUL, ATAU DEMO ITU SEPERTI MEREBUT KEKUASAAN ATAU INGIN MENSINGKIRKAN YANG MENANG.(BERDASARKAN KECURANG..
    NAMUN LIHATLAH DAN MASUKLAH KEBARISAN TERSEBUT LIHAT APA YG SEBENARNYA TERJADI SECARA TULISAN DAN KENYATAAN..
    KARENA RAKYAT SEBAGIAN SUDAH TIDAK MAU DIBOHONGI ATAU TIDAK SUKA TERHADAP KETIDAK JUJURAN SECARA FAKTA…WALO HUKUM HANYA SEKEDAR CELAH DARI TINDAKAN UNTUK MEMBNARKAN YANG SALAH…
    JADI TIDAK PANTAS JIKA HANYA MEMANDANG SEBUAH KEJADIAN DR KULIT SEMATA…