POLITIK merupakan bagian terpenting dalam sebuah kehidupan bernegara. Politik adalah alat sebuah pencapaian kekuasaan maupun pelaksanaan dari kekuasaan tersebut. Tujuan dari politik itu tidak terlepas dengan tujuan dari Negara yaitu keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan dalam sebuah cita-cita Negara. Untuk mencapai sebuah cita-cita Negara yang didambakan oleh segenap warga maupun rakyatnya harus di atur dalam mekanisme berupa sistem. Kekuasaan yang dicapai bukanlah semata-mata hanya mementingkan kelompok, pribadi akan tetapi melainkan memberikan rahmatan lil alamin bagi segenap lapisan sosial masyarakatnya.
Hal ini juga sesuai dengan ungkapan seorang filosof aristoteles menyebutkan bahwa manusia ini adalah zoon politicon yaitu makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Pemahaman ini artinya manusia itu tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, memang manusia pada dasarnya harus membentuk keniscayaan makhluk yang peduli akan persoalan sekitarnya. Kepedulian satu sama lain adalah sebuah tugas dari kekauasaan tersebut.
Dalam konteks kepedulian dalam hal sosial kemasyarakatan berupa kemiskinan, penganguran, dan rendahanya mutu pendidikan ini merupakan tanggung jawab seorang pemimpin karena telah diberi amanah melalui undang-undang dalam menjalankan Negara. Pada hakikatnya keuasaan yang dicapai bukan hanya semata untuk mengkesploitasi kekuasaan dalam hal segala bidang, maka ini akan menjadi momok dalam hal urusan Negara. Eksploitasi kekuasaan secara besar besaran maka ini bisa menjadi gejolak bagi kehidupan sosial.
Berangkat dari logika di atas, ada sebahagian yang mengatakan bahwa politik itu kotor. Asumsi ini sempat menjadi bahan renungan bagi penulis sendiri, apakah benar politik itu kotor, sedemikan benci masyrakat terhadap politik. Pada hakikatnya politik itu mempunyai cita-cita mulia untuk memenuhi hajat orang banyak, dalam praktiknya akan tetapi bukan mengakomodir kepentingan rakyat melainkan kelompok saja. Sebenarnya politik tidak kotor akan tetapi melainkan orang-orang yang mengnahkodainya itu yang berjiwa kotor.
Pada hakikatnya kekuasaan yang digunakan adalah bagian dari pengabdian seorang pemimpin terhadap rakyat yang dipimpinnya. Karena tanggung jawab seoarang pemimpin ia harus tanggap terhadap berbagai persoalan masyarakat. Bukan hanya sebatas simbol kekuasaan melainkan ia seseoarang yang memenagkan hati rakyatnya.
Kedudukan politik itu suatu tempat kemuliaan baik di sisi manusia maupun disisi Tuhan. Karena kemuliaan seseorang itu juga biasa dilihat dari tanggung jawab yang ia emban terhadap sesamanya. Atas tanggung jawab inilah yang ia pertanggung jawabkan kelak kepada Tuhan. Untuk mengemban rasa tanggung jawab ini harus diemban oleh orang yang pantas dan layak dalam bidangnya, dan jika hal tersebut tidak dijalankan maka tatanan sebuah pemerintahan akan hancur begitu saja.
Trend yang mengherankan dewasa ini kebanyakan orang terjun ke politik untuk mendapatkan mata pencharian hidup, karena dengan politiklah menjadi jaminan sumber penghidupan yang lebih prospek di masa depan. Aliran politik seperti ini sangat berbahaya dan mencedrai makna politik itu sendiri. Jika hal tersebut dibiarkan begitu saja ini akan merambah kepada generasi kedepan, yang keniscayaan generasi kedepan menjadi seorang pemimpin masa depan.
Ini sebenaranya menjadi pekerjaan rumah bagi kaum intlektual sebagai tanggung jawab moral sebagai insan-insan terdidik dan terpelajar tidak hanya teori digunakan untuk sebagai bahan ajar di kampus akan tetapi bagaimana teori menjadi penyelesaian persoalan umat.
Sudah saatnya generasi intlektual untuk bangkit dari kemelut ini, serta ketidakpastian yang sehingga tergilas dalam kungkungan paradoxsi kekuasaan yang tidak bermoral. Sebenarnya asumsi kotornya politik harus dirubah kepada asumsi yang lebih baik, dan perlu diisi juga oleh orang-orang yang memiliki moral dan nurani. Kealpaan bagi kaum intlektual terhadap hal tersebut memberi ruang bagi pelaku politik yang jahil.(rizal_tkn[at]yahoo.co.id)
* Mahasiswa Pemikiran Islam, Program Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry