Liburan Akhir Tahun Berujung Kerja Sosial

Catatan : Muhammad Syukri

Umumnya, rekreasi atau liburan akhir tahun digunakan orang dengan menikmati fasilitas wisata disuatu tempat sambil menunggu masuknya tahun baru. Hari ini, Jumat (7/12), saya yang berperan sebagai guide untuk keluarga abang ipar yang datang dari Banda Aceh, sungguh dibuat bingung. Awalnya, rencana mereka akan berlibur ke Takengon sambil menikmati keindahan Danau Laut Tawar, namun akhirnya menjadi pekerja sosial memperbaiki pompa PDAM setempat. Ini liburan paling aneh selama saya menjadi guide bagi keluarga yang berkunjung ke Takengon.

Bang Yusuf (66), begitu saya memanggilnya. Nama lengkapnya adalah M. Yusuf Mahmud. Dia bersama keluarga telah tiba kemarin sore di Takengon. Malam itu, kami menyusun rencana untuk mengelilingi Danau Laut Tawar esok hari melalui sisi utara danau. Jarak keliling danau itu mencapai 45 Km dengan waktu tempuh sekitar dua jam jika tidak berhenti. Karena direncanakan akan mampir dibeberapa tempat untuk mengambil gambar danau, maka dipaskan shalat Jumat di Masjid Jamik Bintang, sebuah kota kecamatan diujung Timur Danau Laut Tawar. Rencana itu sudah sangat matang, barangkali karena tidak tertulis.

Pagi tadi, udara cukup cerah sehingga bukit-bukit sekitar danau terlihat sangat jelas, termasuk sejumlah nelayan yang sedang mengayuh perahu menuju ke tengah danau. Aktivitas nelayan di Desa Mendale menarik perhatian abang ipar dan keluarganya. Bang Yusuf meminta kenderaan dipinggirkan karena mereka akan mengambil beberapa foto danau dari jarak dekat. Lalu, saya membelokkan kenderaan ke stasion pompa milik PDAM Tirta Tawar yang terletak tepat dipinggir danau.

Bang Yusuf dan keluarga langsung menuju ke pinggir danau, sementara saya berbincang-bincang dengan beberapa petugas PDAM yang sedang memperbaiki motor pompa yang lagi ngadat. Kalau mesin pompa ini ngadat berarti warga kota Takengon tidak kebagian air. Tidak lama kemudian, disamping saya sudah berdiri Bang Yusuf yang langsung mengecek spesifikasi pompa air berukuran besar itu.

Saya tahu persis bahwa Bang Yusuf termasuk ahli dalam urusan pompa, karena beliau adalah pensiunan manajer workshop di Chevron, sebuah perusahaan minyak di Riau. ā€œIni kerja amal, harus dibantu karena air adalah kebutuhan masyarakat,ā€ kata Bang Yusuf mulai nimbrung membuka aliran arus listrik ke motor pompa nomor 1.

Menurut laporan petugas PDAM, tadi pagi fuse di box dekat travo terbakar. Dasar laporan itu, diceklah box fuse tersebut yang berada dibawah dua tiang listrik. Benar, salah satu fuse-nya sudah meleleh dan mengeluarkan asap putih. Pagi itu juga petugas PLN tiba dilokasi memperbaiki fuse tersebut, selesai dikerjakan mendekati shalat jumat.

Setelah aliran listrik jalan kembali, mulailah dilakukan pengecekan motor pompa nomor 1 yang tidak jalan. Begitu dihidupkan, suaranya hanya mendesis, berarti mesin pompa itu bermasalah dan tidak berfungsi mendorong air. Bagian yang menghubungkan antara pompa dengan motor harus dibuka supaya diketahui bagian mana yang rusak.

Selesai shalat jumat, Bang Yusuf minta diantar kembali ke stasion pompa PDAM tersebut, sementara keluarganya tinggal dirumah saya. Hasil pengecekan, ternyata motornya yang bermasalah. Menurut Bang Yusuf, masalah itu sangat mungkin disebabkan oleh dudukannya yang tidak pas. Dengan menggunakan alat seperti jangka, diukurlah dudukan mesin itu. Benar, dudukannya miring sehingga kemampuan motor untuk memutar pompa pasti terganggu, tidak stabil.

Dengan menggunakan alat seadanya, mulailah disetel dudukan motor pompa nomor 1 sampai kepada posisi yang benar-benar pas dan stabil. Dengan memakan waktu sekitar dua jam, akhirnya Bang Yusuf yang dibantu petugas PDAM itu berhasil menghidupkan motor pompa nomor satu. Petugas PDAM yang ada disana sangat gembira ketika menyadari bahwa mesin pompa yang sudah ngadat itu kembali bisa difungsikan.

Musliman (35), operator pompa PDAM itu mengaku sangat berterima kasih atas bantuan, petunjuk serta pengetahuan teknis yang diberikan Bang Yusuf. Selama ini, jika pompa itu bermasalah, mereka harus mengundang teknisi dari Medan Sumatera Utara. Selain butuh waktu yang lama, mereka juga harus dibayar dengan standar per jam kerja. ā€œBeberapa waktu lalu, kami harus membayar kepada teknisi itu sebesar Rp.8 juta,ā€ ungkapnya.

Ternyata, sebagaimana dituturkan isteri Bang Yusuf, liburan berakhir kerja sosial bukanlah kali pertama terjadi. Kami sudah sangat maklum, sebab setiap berlibur pasti kejadiannya seperti itu. Kalau bukan sound system masjid yang diperbaiki, ya listrik panti asuhan, kata isteri Bang Yusuf. Sebaliknya, bagi Bang Yusuf, rekreasi yang paling memuaskan bathinnya ketika dia mampu memperbaiki hal-hal teknik terkait dengan listrik untuk fasilitas umum. ā€œKalau liburan keliling danau, besok pun masih bisa. Kalau kebutuhan air masyarakat tidak bisa ditunda,ā€ imbuh Bang Yusuf. (Sumber : Kompasiana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.