Oleh: Sabiqul Khair, S.HI, M.Si*
HASIL rilis media bisnis melakukan survei tahun 2010 jumlah masyarakat Indonesia yang berobat keluar negeri 2 juta orang, dengan asumsi keuangan yang dibelanjakan 40 triliun (suara pembaruan 2012), angka yang sangat fantastis, luar biasa. Dilanjutkan dengan survei jumlah masyarakat Indonesia dari 240 juta lebih yang mampu berobat keluar negeri 70 persen.
prosentase ini patut menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan Indonesia dan daerah, terutama pemimpin RS Umum Daerah. Data ini merupakan cerminan kritikan pedas atau “jeweran” kepada pelayanan publik RSU Daerah, yang harus segera melakukan perbaikan pelayanan yang humanis (melayani masyarakat dengan nurani), Fokus kepada keselamatan pasien (patien safety).
Sebuah organisasi seperti rumah sakit tentunya memiliki mimpi, target dan sasaran, untuk mewujudkan mimpinya. Tidak ada sebuah mimpi yang terwujud dengan tiba-tiba (bim salabim) tanpa sebuah usaha kerja keras, tanggung jawab, profesional, tim yang solid dan saling mendukung dan tentunya tidak kalah penting adalah menghargai sebuah proses. Jangan terburu-buru dengan hasil cepat (cenderung instan). Kalau ingin hasil yang baik, maka proses juga harus baik, singkatnya keberhasilan menggapai mimpi bukan diukur dari panjang dan pendeknya rentang waktu proses, tapi adalah kualitas dari proses itu sendiri. Komitmen dan budaya organisasi
RSUD sudah menentukan mimpi dan tujuannya, giliran hospitalia (keluarga besar RSUD – Manajemen, dokter, perawat dan manajemen) bekerjasama membangun dan bahu membahu dan memperkuat komitmen. Komitmen adalah sebuah kata yang cukup menakutkan bagi sebagian orang karena menjurus ke ikrar atau perjanjian dimana jika dilanggar akan terkena konsekuensi tertentu. http://noviantoagam.wordpress.com/2012.
Banyak orang yang sangat berhati-hati dalam membuat komitmen. Takut terikat. Takut tidak bisa menepatinya. Padahal dalam komitmen itu ada kemerdekaan. Banyak tingkat komitmen yang masih dibawah rata-rata. Banyak orang yang tidak punya komitmen penuh. Mereka sibuk kesana-kemari, dari sekian banyak hal yang mereka lakukan hampir dapat dipastikan tidak ada satu bagian pun yang excellent. Semuanya rata-rata. Cukup bagus, cukup oke, cukup kreatif, cukup representatif, ya hanya cukup. Tidak excellent. Karena pikirannya terbagi-bagi dan tidak sepenuh hati, sehingga hasilnya tidak memuaskan. Bagaimana dengan keluarga besar RSUD komitmennya? Hanya SDM dan menajemen RS yang mengetahuinya.
Pilihan mengabdi menjadi keluarga besar RSUD tentu berangkat dari komitmen dan rasa tanggung jawab yang besar untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Karena dari RSUD kita gantungkan hidup kita (keluarga, dapur ngebul, beli kendaraan, cicilan rumah dll). Komitmen yang baik harus diawali dengan perubahan maind set (pola pikir) yang maju dan mau menerima perubahan untuk menjadi lebih baik. Karena persaingan didunia kesehatan sangat ketat saat ini. Tentunya perlu upaya ekstra untuk mendorong gelombang perubahan perbaikan mutu dan pelayanan rumah sakit menjadi lebih baik.
Maind set ingin menang sendiri, untung sendiri, saling menyalahkan, tidak menghargai, saling menuding dan lain-lain perlu dirubah menjadi yang lebih positip, seperti mau mendengarkan, saling menghargai, saling menghormati dan tentunya saling mendukung guna mencapai tujuan bersama RSUD yang lebih maju dan humanis.
Budaya organisasi sangat erat hubungannya dengan pola komunikasi, cara pandang dan nilai yang dianut dalam organisasi (jujur, professional, amanah dll). Dalam konteks pola komunikasi misalnya, dalam sebuah organisasi harus saling terbuka dan efektif, sehingga mampu menghasilkan keputusan tepat, cepat dan akurat. Tentunya keputusan yang dihasilkan harus sesuai dengan visi, misi dan mimpi RSUD. Pola komunikasi terhadap pelanggan juga harus lebih assertif (mengkomunikasikan sesuatu tanpa menyakiti hati orang lain), karena pelanggan adalah asset RS. Tanpa pelanggan kita bukan siapa-siapa.
Loyalitas dan sinergi
Pelayanan yang baik, berkualitas dan bermutu merupakan bagian penting dari strategi pengelolaan asset RS yakni pelanggan (masyarakat), karena dengan ini kita mampu membangun kepuasaan pelanggan yang nantinya berujung pada lahirnya loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan kornya adalah trust (kepercayaan). Membangun sebuah kepercayaan masyarakat butuh proses, kerja keras, kesabaran tingkat tinggi, sinergi, tim work yang solid dan tentunya doa. Trust lahir dari sebuah proses interaksi dokter-pasien, perawat-pasien, manajemen-pasien dan seterusnya, singkatnya Pengabdian dan totalitas terhadap profesi adalah harus terinternalisasi dalam diri hospitalia
Loyalitas bukan hanya diperuntukkan untuk pelanggan, tapi juga untuk hospitalia RS RSUD (perawat, dokter, manajemen) terhadap rumah sakit. Loyalitas yang tinggi untuk meningkatkan pelayanan RS dan menjaga komitmen untuk tetap loyal kepada rumah sakit itu merupakan hal penting untuk dikedepankan. Karena cerminan seseorang yang bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya adalah loyalitas terhadap organisasi atau dimana tempat dia bekerja.
Selain loyalitas, sinergi dalam sebuah organisasi juga merupakan hal penting karena tanpa ada sinergisitas antara satu dengan lainnya, maka tujuan atau mimpi sebuah organisasi sulit akan tercapai. Sinergi atau dalam bahasa lainnya kekompakan adalah sebuah kekuatan yang luar biasa dimana mimpi dan keinginan bisa dicapai dengan cepat, tepat, berkualitas dan bermutu. Sinergi dapat terbangun ketika kedisiplinan diri dari setiap hospitalia RS bekerjasama menjadi team work yang solid.
Akreditasi langkah alternatif strategis meraih mimpi RSUD
Proses Akreditasi merupakan kepentingan bersama RSUD, untuk mengikuti suatu standar pelayanan yang bersifat nasional. Standar Akreditasi nasional baru versi 2012 Merupakan upaya Kementerian Kesehatan menyediakan suatu perangkat yg mendorong RS senantiasa meningkatkan mutu & keamanan pelayanan. Dengan penekanan bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka RS di stimulasi melakukan perbaikan yg berkelanjutan & terus menerus (http://kars.or.id/). Singkatnya butuh sebuah proses pembelajaran perbaikan kualitas pelayanan RS yang berkesinambungan.
Perubahan sistem akreditasi KARS dari versi 2007 menjadi 2012 juga diikuti dengan perubahan paradigma. Yang utama, terletak pada penekanan bahwa tujuan akreditasi adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, bukan hanya semata-mata untuk lulus. Selain itu dilakukan perubahan terhadap standar akreditasi, karena standar akreditasi harus memenuhi kriteria –kriteria internasional dan bersifat dinamis.
Standar akreditasi yang digunakan saat ini (versi 2012) akan menekankan pada pelayanan berfokus pada pasien serta kesinambungan pelayanan dan menjadikan keselamatan pasien sebagai standar utama. (http://kars.or.id/). Semoga semangat dan tujuan bersama untuk mencapai mimpi RSUD dapat di bangun bersama. Amien.(ppkd_indonesia[at]yahoo.co.id)
*Konsultan Pemerintahan