Mamaknai Kematian

Drs. Jamhuri, MA
Drs. Jamhuri, MA

Oleh: Drs. Jamhuri, MA*

MATI itu pasti, sesuai dengan firman Tuhan “kullu nafsin zaikatul maut” setiap yang bernyawa pasti mati. Bila kematian datang menghampiri seseorang maka tidak ada upaya yang mampu mempercepat dan juga tidak ada yang mampu memperlambat walaupun sebentar, berdasarkan firman-Nya “Faiza ja’a ajaluhum la yasta’khiruna saah wala yastaqdimun”.

Secara psikologi banyak orang yang ditinggalkan si mayit  tidak siap menerima takdir bahwa kamatian adalah kehendak Tuhan, karena itu Tuhan memberi jalan keluar kepada mereka melalui firman-Nya “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.

Itulah beberapa potongan ayat yang berbicara tentang kematian, tentu masih banyak ayat atau hadis yang lain, dari kesluruhannya dapat kita simpulkan bahwa kematian itu pasti.

Dalam sejarah perkembangan peradaban, pada awalnya manusia menganggap bahwa kamatian bukanlah hal yang penting tetapi hanyalah merupakan rutinitas proses dimulai dari kelahiran, besar,  dewasa, tua dan berakhir dengan kematian. Jadi kematian adalah  sebagai akhir dari kehidupan, tidak perlu ada upaya untuk menghindar dari kematian. Mereka yang berpendapat seperti ini beranggapan bahwa orang yang meninggal  hanyalah mengikuti proses yan berakhir dengan masa tua seblum datangnya kematian, sehingga mereka sangat terkejut ketika ada anak-anak atau orang dewasa yang meninggal dunia sebelum masa tua.

Karena dalam kenyataannya  kematian itu boleh jadi datang untuk  semua usia, tidak harus kepada orang tua atau orang dewasa tetapi juga anak anak bahkan pada saat dilahirkan. Bagi mereka yang berpendapat seperti ini tidak ada bedanya antara meninggalnya manusia dan matinya hewan atau makhluk lain, yaitu kematian merupakan akhir dari kehidupan.

Selanjutnya kematian tidak lagi dianggap sebagai hal yang biasa sebagai rutinitas dari proses akhir kehidupan, dimana pada saat ini kematian sudah dianggap penting, luar biasa dan menakutkan. Kematian dianggap sebagai hukuman dan pembalasan dari kejahatan yang pernah dilakukan, bencana alam yang sering terjadi yang mematikan banyak manusia selau dikaitkan dengan kejahatan yang dilakukan semasa hidup manusia. Tidak hanya bencana alam tetapi juga wabah penyakit yang melanda kehidupan manusia, sering menghilangkan nyawa banyak orang. Bencana alam dan wabah penyakit yang melanda kehidupan manusia, selalu dikaitkan dengan ulah manusia yang harus dipertanggungjawabkan ketika kematian.

Namun ketika bencana tidak terjadi dan wabah penyakit tidak berjangkit lagi ditambah dengan kemampuan ilmu pengetahuan, maka kesadaran manusia terhadap kesalahan yang pernah dilakuan sering dilupakan sehingga manusia itu lupa dengan akibat dari kejahatan yang dilakukan.

Islam menegaskan bahwa kematian adalah transisi untuk menuju kehidupan yang abadi setelah kematian, pada kehidupan abadi ini tidak ada pilihan tetapi yang ada hanyalah kepastian. Kehidupan abadi ini merupakan pertanggungjawaban dari kehidupan sebelum kematian, pada kehidupan ini manusia mempunyai kesempatan untuk memilih apakah berbuat baik atau berbuat tidak baik.

Tuhan memberikan al-Qur’an sebagai panduan dalam memilih, Tuhan juga mengutus Rasul untuk memberi contoh dan memberi penjelasan bagaimana memilih yang baik dalam kehidupan berdasarkan panduan al-Qur’an. Rasul berpesan, bahwa ketika dia tidak ada lagi maka ada dua panduan yang dapat dijadikan pegangan dalam hidup manusia dan dapat memberi keselamatan sampai pada kehidupan setelah kematian yaitu al-Qur’an dan Hadis Rasul.

Kematian yang pasti tetapi selalu menjadi rahasia Tuhan sehingga menuntut manusia  selalu berusaha menghindar dari kematian tersebut. Manusia selalu meraba-raba dan menduga terhadap sebab dari kematian, sebagian orang menjadikan sakit sebagai sebab kematian tetapi banyak orang yang sehat namun secara tiba-tiba menhembuskan napas terakhir, banyak orang menjadikan usia tua sebagai sebab kematian namun tidak sedikit orang meninggak pada usia muda. Karena itulah manusia katakan bahwa kematian merupakan rahasia Tuhan.

Dalam menyikapi rahasia Tuhan terhadap kematian ada anggapan dikalangan masyarakat bahwa merupakan keberuntungan atau kebaikan bagi seorang anak apabila melihat orang tuanya menghembuskan napas terakhir dan dianggap tidak baik dan beruntung bagi anak yang tidak dapat menyaksikan orang tuanya menghembuskan napas terakhir.

Dalam dunia tradisonal ketika seseorang menghadapi sakaratul maut banyak keluarga yang mendampingi dan biasa kematian itu banyak terjadi di rumah-rumah, berbeda dengan negara maju dimana lebih banyak orang yang menghembuskan napas terakhirnya di rumah-rumah sakit, sekali lagi ini terjadi disebabkan bagaimana masyarakat itu menterjemahkan kematian sebagai rahasi Tuhan.(jamhuriungel[at]yahoo.co.id)

* Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.