Catatan: Supri Ariu*
BANYAKNYA komentar yang keluar dari sejumlah masyarakat, mahasiswa, dan pelajar tentang kebingungan yang terjadi tentang hari jadi “Negeri Seribu Bukit” Gayo Lues, yang akhir-akhir ini menimbulkan sifat positif bagi saya. Sebab, dengan begitu, terbukti bahwa saat ini masyarakat Gayo Lues dari berbagai kalangan mulai kritis dan aktif terhadap mengawal perkembangan daerahnya untuk ikut menjadi salah satu daerah yang maju di Negeri Jamrud Katulistiwa ini.
Namun, walaupun tulisan ini saya buat ditengah-tengah kebingungan masyarakat tentang hari jadi Gayo Lues, saya memilih lebih membahas tentang perkembangan daerah Gayo Lues sejak berdirinya menjadi sebuah Kabupaten.
Diibaratkan, Gayo Lues itu adalah anak kecil yang lahir dari Ibunya yakni Aceh Tenggara yang juga merupakan anak dari Aceh Tengah. Selama berumur 11 tahun, sudah banyak perubahan-perubahan yang terjadi di Gayo Lues. Baik mengandung positif juga yang bersifat negatif.
Seperti banyaknya pembangunan infrakstruktur yang bermamfaat untuk masyarakat, perkembangan seni dan budayanya yang menjadi perhatian Dunia dan masih banyak lagi yang perubahan positif yang akhirnya membuat saya bangga untuk mengatakan kepada orang banyak bahwa “Saya Bangga Darah Gayo Mengalir di Tubuh Saya”.
Namun tak bisa dipungkiri, masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus dialami, seperti masih rendahnya jumlah angka kesehatan, pendidikan, kesejahteraan ekonomi rakyat, masih rendahnya jumlah lapangan kerja hingga insiden dunia perpolitikan yang kejam yang menjadikan masyarakat harus merasakan pahitnya.
Berkaca dari hal tersebut, tentunya saya yang saat ini berada di perantuan dalam rangka menempuh pendidikan juga ingin ikut serta dalam membangun Gayo Lues menjadi daerah yang patut dibanggakan. Mungkin itu alasan saya untuk selalu bersemangat untuk belajar menjalin ikatan sosial dengan masyarakat dalam dan luar, sehingga sedikit banyaknya ilmu yang saya terima bisa menjadi bekal untuk saya dalam memperkenalkan Gayo Lues ke mata orang banyak.
Sadar atau tidak, alasan sebagian banyak orang yang mengaku Gayo Lues masih terlalu muda dan tidak memiliki SDM yang kuat menurut saya adalah salah. Terbukti, selama ini sudah banyak kita lihat di sejumlah media tentang prestasi-prestasi yang didapatkan para pemuda dan pemudi Gayo Lues yang seharusnya patut kita hargai.
Tapi apa yang terjadi, banyaknya anak-anak asal Gayo Lues yang berprestasi di luar tidak pernah terjaring dan diberikan pembinaan yang khusus oleh pemerintah. Sampai hari ini saya tidak tahu, apa penyebab sehingga hal tersebut bisa terjadi. Mungkin ini yang menjadi bukti bahwa masih kurangnya kepedulian tentang komunikasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat.
Bagi saya, masyarakat Gayo secara umum yang juga menjadi suku mayoritas di Gayo Lues adalah suku yang beradab dan menjunjung tinggi nilai silaturahmi dan kebudayaan. Di Kota Banda Aceh cotohnya, hampir setiap bulan para masyarakat dan Mahasiswa Gayo menggelar berbagai bentuk acara, baik tentang sosial, pendidikan, agama, dan seni budaya.
Bagi saya Masyarakat Gayo saat ini sudah mempunyai modal besar untuk dikenal dunia seperti hebatnya Kopi Gayo, harmonisnya seni Saman dan Didong, besarnya pesona panorama alam dan pariwisatanya.
Kedepan, Gayo Lues harus bisa menjadi yang lebih baik lagi dari ini. Tentunya itu menjadi bahan pemikiran untuk semua masyarakat Gayo Lues. Mulai hari ini kita harus bisa lebih membuka diri, mendukung Tokoh yang kita anggap berprestasi, serta harus menanamkan dalam diri masing-masing bahwa Gayo Lues harus menjadi daerah yang besar.
Selamat Ulang Tahun Gayo Lues, semoga selalu sejahtera dan menjadi lebih baik lagi, Amin.
*Mahasiswa Unsyiah asal Gayo Lues