Kebijakan dalam Mempengaruhi Pola Pikir

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[i]

jamhuri

Seorang Mahasiswi asal Malaysia yang memiliki IPK 3.80 konsultasi tentang proposal skripsi. Menurut beliau banyak calon judul skripsi yang telah diajukan kepada Penasehat Akademik (PA)nya, diantaranya adalah pemikiran tokoh kontemporer tentang peminim dan fatwa (Majelis Fatwa) Malaysia tentang hakim perempuan di lihat dari sudut perbandingan antara Mazhab Hanafi dan Mazhab Syarif’i, akhirnya judul yang disetujui untuk diajukan adalah judul tentang hakim perempuan tersebut.

Banyak hal yang diskusikan tentang arah skripsi yang akan ditulis, saya menawarkan dua sisi penulisan untuk sebuah skripsi dalam kajian fiqh. Pertama sisi fiqh itu sendiri  yang selanjutnya akan ditulis tentang gambaran tempat hakim wanita bekerja (profile) Mahkamah Syariyyah sampai pada bagaimana cara peyeleksian hakim, karena selama ini di Malaysia tidak dibenarkan wamita menjadi Hakim (khususnya hakim agama) sedangkan hakim sivil tidak ada masalah. Kemudian model kedua mahasiswa tersebut dapat  menulis tentang kedudukan fatwa hakim wanita dalam pemahaman ulama fiqh atau kedudukan fatwa tersebut dalam perundang-undangan yang berlaku dan apa saja yang menjadi substansi fatwa yang akan ditulis.

Ketika dua alternatif tersebut ditawarkan, dia lebih memilih bentuk kedua yang mempunyai corak kajian yang mengandalkan pola atau metode kajian ushul fiqh. Yang dijadikan alasan ia lebih suka mengajukan skripsi tentang peminim dan hakim perempuan, karena suatu alasan bahwa bentuk pemikiran moderat, di samping ia ingin menikmati kebebasan berpikir yang ada di Aceh khususnya atau Indonesia pada umumnya. Karena kebebasan berpikir seperti di Aceh tidak ditemukan di Malaysia, karena negara Malaysia masih menjadikan satu mazhab (mazhab Syafi’i) sebagai mazhab negara.

Langkah selanjutnya yang dapat saya sarankan untuk dapat mengikuti model pemikiran moderat adalah dengan cara membaca buku-buku yang bealiran filsafat, tapi ia mengatakan bahwa di negara mereka juga dilarang membaca buku-buku filsafat, karena dalam pemahaman keagamaan negara mereka filsafat dapat merusak pemikiran seseorang. Alternatif selanjutnya disarankan utnuk membaca buku-buku yang menganut pola pikir mu’tazilah karena pemikiran ini lebih dekat kepada pola pemikiran rasional dan dapat membentuk pikiran orang yang membacanya menjadi memahami aliran rasional yang berkembang pada saat ini. Untuk membaca buku yang beraliran mu’tazilah juga di Malaysia sangat dibatasi,  sehingga para mereka yang memamahami agama sangat terikat dengan mazhab Syafi’i dalam aliran fiqh dan aliran asy’ari dalam aliran teologi.

Ketika apa yang saya gambarkan sangat sulit untuk dilaksanakan, sedang ia adalah orang yang lebih pinter dari kawan-kawannya maka terkadang hal seperti ini sangat disayangkan. Namun saya meyakini bahwa ketidak bebasan yang dirasakan dan dialami dalam pola pikiran keagamaan hanyalah pada tingkatan ketika seseorang belum mampu menganalisa kebaikan dan ketidak baikan dari sebuah pola pemikiran idealis dan materialis atau rasional dan moderat.

Menanya kecondongan pemerintah Malaysia dalam hal pendidikan guna menyonsong kecerdasan bangsa Malaysia, ia menjelaskan bahwa negara mereka lebih mendorong generasi mudanya kepada pendidikan yang berorientasi kepada sain (science) dan teknologi. Sedang untuk pendidikan agama dan sosial tidak terlalu diutamakan, ini juga terbukti dari pasilitas buku bacaan yang disediakan sangat terbatas. Informasi selanjutnya dikatakan bahwa buku-buku yang berdar dipasaran banyak berasal dari Indonesia baik itu buku terjemahan atau buku terbitan Indonesia dan ditulis oleh penulis Indonesia.

Memperperhatikan informasi yang didapat berdasarkan diskusi dengan mahasiswi tersebut, saya berkeyakinan bahwa kebijakan suatu negara atau daerah sangat berpengaruh kepada pola pikir warga atau penduduknya, baik di bidang agama atau juga di bidang sciense. Akibat dari kebijakan ini juga sangat menentukan arah kemajuan suatu negara atau daerah, sehingga bisa kita katakan bahwa maju mundurnya sebuah negara atau daerah sangat ditentukan oleh kebijakan pendidikan yang tetapkan.

Kita melihat kebijakan pendidikan agama dan sosial di Aceh khususnya yang tidak  diikat dengan mazhab atau aliran tertentu, maka karya tulis atau pemikiran dalam bidang agama dan sosial sangat luar biasa. Sedangkan kemajuan dalam bidang science dan teknologi masih sangat lamban dan jauh tertinggal dengan kemajuan pengetahuan keagamaan dan sosial.



[i] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.