Mencari Penyakit Untuk Menemukan Obat

Oleh. Drs. Jamhuri Ungel, MA[*]

Jamhuri-Ungel

Pada tahun 1980-an sampai era  1990-an orang-orang khawatir dengan pola tingkah para remaja atau generasi muda pada saat itu, sehingga muncullah istilah yang populer dalam masyarakat Indonesia umumnya dengan sebutan “kenakalan remaja”, banyak buku, artikel dan tulisan ilmiah di media massa yang ditulis oleh para akademisi dan penulis yang membahas tentang apa penyebab terjadinya kenakalan remaja serta bagaimana pula upaya untuk mengatasinya. Diantara penyebab terbesar munculnya kenakalan remaja pada saat itu disebabkan pleh tidak akurnya kehidupan rumah tangga atau broken home, dengan sebab ini anak-anak hilang panutan dari kehidupannya. Sebab lain adalah karena ketidak pedulian orang tua terhadap anak-anak mereka, dimana orang tua sibuk dengan pekerjaan kantor atau juga sibuk dengan kegiatan lain atau mencari uang, pada saat itu juga mulai banyak para wanita bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, karena telah banyak wanita yang mendapat  pendidikan dan seimbang dengan pendidikan yang laki-laki dapatkan sehingga muncullah istilah wanita karer.

Istilah kenakalan remaja tidak lagi menjadi pembahasan yang serius sebagaimana masa awal munculnya istilah tersebut, namun perilaku yang serupa tetap ada bahkan terus meningkat  dalam kehidupan masyarakat. Demikian juga dengan istilah broken home kini sudah menjadi budaya yang seolah-olah legal dalam masyarakat dan tidak malu untuk mempertontonkannya, setiap hari acara entertaimen di TV menayangkan para artis (publik figur) berpisah dengan suami atau isterinya, seakan tidak memberi efek negatif pada perkembangan psikologi anak mereka. Setiap tahun kita mendengar laporan dari Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar’iyyah bahwa jumlah perceraian pada setiap Mahkamahnya melebihi jumlah hari dalam setahun ditambah lagi dengan sejumlah perceraian yang tidak tercatat dan terjadi dalam masyarakat.  Ketidak pedulian orang tua kepada anaknya baik  karena alasan kesibukan dengan pekerjaan atau juga disebabkan karena ketidak mau tahuan orang tua dengan kondisi pribadi dan lingkungan anak-anak mereka, ditambah lagi dengan kekhawatiran orang terhadap remaja-remaja yang nakal pada tahun 80 dan 90-an yang kini mereka sudah menjadi orang tua dari anak-anak remaja pada saat ini.

Ketika  terjadi akomulasi antara kenakalan remaja, broken home, ketidak pedulian orang tua terhadap pribadi dan lingkungan anak serta ditambah lagi dengan ketidak baikan perilaku (moral) orang tua. Orang tua seperti itu tidak bisa lagi dijadikan contoh oleh anak anak dan generasi muda, maka muncul istilah yang disebut dengan rusaknya moral bangsa.

Ketika istilah kenakalan remaja digunakan, kita masih bisa megidentifikasi siapa yang melakukan kenakalan, dan ketika kita  katakan bahwa kenakalan  remaja disebabkan oleh broken home kita juga bisa menunjuk bahwa yang melakukan kejahatan terhadap masa depan remaja adalah orang tua mereka, demikian juga dengan kejahatan yang dilakukan oleh orang tua dengan cara tidak mempedulikan anaknya dari pengaruh lingkungan. Jadi dalam masa ini jelas siapa yang melakukan kejahatan dan apa penyebab kenakalan itu terjadi.

Dengan munculnya istilah rusaknya moral bangsa, maka semua orang tidak bisa lagi  mengetahui siapa yang menjadi penyebab dan siapa juga yang menjadi korban dari sejarah yang sedang berjalan. Pernah ada sebuah tawaran untuk mencari penyelesaian dengan tidak ingin lagi mencari siapa yang salah yaitu dengan cara taubat nasional, yaitu semua orang mengganggap diri bersalah dan semua orang berupaya bertaubat. Tetapi pelaksanaannya  berjalan dalam idea karena tidak mungkin untuk dilaksanakan.

Kalau ingin mengetahui apa yang menjadi solusi untuk memperbaiki moral bangsa, maka harus kembali lagi kepada budaya yang diajarkan oleh orang tua kita. Dimana orang tua kita  selalu bercita-cita agar anak-anak mereka tidak lagi hidup seperti mereka, mereka sudah bosan hidup dalam kebodohan, bosan hidup dalam kemiskinan, mereka juga bosan hidup dalam keterbelakangan. Mereka tidak pernah katakan kepada anak mereka bahwa kehidupan satu saat nanti jauh berbeda dengan pada saat mereka hidup, tapi mereka hanya katakan bahwa anaknya tidak boleh hidup sama seperti dia.

Kondisi kita sekarang tentu berbeda dengan masa orang tua kita dahulu, kita tidak bisa lagi mengatakan kepada anak atau adik kita bai mereka tidak bisa hidup seperti kita,  karena kita sudah mampu mengetahui sejauhmana lompatan yang sudah terjadi sejak masa orang tua kita sampai kepada kita sekarang ini, karenanya tentu juga kita bisa memprediksi sejauhmana lompatan yang akan terjadi untuk masa depan anak dan generasi penerus kita, lalu potensi apa yang ada di depan mata mereka.  Sehingga kita bisa katakan kepada mereka tentang apa yang harus dipersiapkan untuk masa menghadapi masa depan.

Allah melalui kitab suci al-Qur,an meneyebutkan kepada kita behwa tujuan hidup adalah menyembah kepada-Nya dengan firman-Nya : Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada Nya.Itulah tujuan hidup dalam agama Islam, tidak ada satu aktivitaspun yang luput dari upaya pengabdian. Kaum remaja harus meyakini bahwa perbuatan yang dilakukan selalu dipantau oleh Tuhan Sang Khaliq, kerukunan dalam rumah tangga hanya dapat dijelmakan oleh mereka-mereka yang memahami makna bahwa hubungan suami isteri dan anak-anak adalah dalam rangkan ibadah kepada Tuhan yang Maha Rahman, demikian juga bimbingan dan penentuan arah bagi seorang untuk merupakan tanggung jawab orang tua dibantu dengan lembaga pendidikan dan lingkungannya.



[*] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.