LAMBANG daerah Provinsi Aceh “Pancacita” yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1961 sudah diganti dengan Lambang Buraq dan Singa. Dan karya salah seorang putra terbaik Gayo, Almarhum Chairul Bahri itupun hilang.
“Pencipta lambang Provinsi Aceh adalah Chairul Bahri, seorang pelukis berdarah asli Gayo,” demikian dinyatakan pelaku seni dan budaya Gayo, Muchlis Gayo seperti diberitakan The Globe Journal edisi Selasa, 28 Juli 2009 silam.
Dan menurut seorang penyair asal Gayo, Aceh yang berdomisili di Jakarta, Fikar W Eda, saat peringatan hari jadi Provinsi Aceh tahun 1994, Pemerintah Aceh pernah memberi penghargaan berupa medali tanda jasa kelas satu kepada para dewan juri sayembara lambang Pancacita.
”Semua bukti keterlibatan dan peran Chairul Bahri sangat kuat dan masih ada sampai sekarang, tapi kenapa saat itu nama Chairul Bahri terlewatkan,” kata Fikar heran saat itu.
Prestasi Chairul Bahri tak hanya ditingkat Aceh, akan tetapi juga nasional. Ternyata tangan-tangan dan anggota raga Chairul yang terkubur di Taman Pekuburan Umum (TPU) Kemiri, Rawamangun Jakarta Timur sejak 23 Nopember 2008 ini juga berkarya membuat miniatur pulau-pulau yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Harapan Fikar, nama Chairul Bahri dan sejumlah tokoh seni budaya lainnya dari Gayo seperti AR. Moese dan lain-lain dapat menerima Anugerah Budaya dari pemerintah.
Makna Pancacita Merujuk wikipedia.org, lambang Aceh, Pancacita adalah lima cita, yaitu keadilan, kepahlawanan, kemakmuran, kerukunan, dan kesejahteraan. Lambang Aceh berbentuk persegi lima yang menyerupai kopiah. Dalam perisai itu terdapat dacin (alat timbangan), rencong, padi, kapas, lada, cerobong pabrik, kubah masjid (di antara padi dan kapas), kitab dan kalam.
Keadilan dilambangkan dengan dacin. Kepahlawanan dilambangkan dengan recong. Kemakmuran dilambangkan dengan padi, kapas, lada, dan cerobong pabrik. Kerukunan dilambangkan dengan kubah masjid. Sedangkan kesejahteraan dilambangkan kitab dan kalam. . (LG003)