Oleh: Hera Riszki*
PEREMPUAN suatu makhluk Tuhan yang sering disalah artikan sebagai makhluk yang lemah dan tak berdaya. Lemah dan tak berdaya ini terkadang perempuan menjadi objek dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kasus-kasus penyudutan terhadap wanita ini sering terjadi dalam realitas sosial dan menjadi berita media seperti, kasus pemerkosaan, penjualan wanita pekerja seks di bawah umur dan menjadi korban kekerasan rumah tangga. Inilah sebuah ilustrasi maupun gambaran sinis terhadap perempuan dari relaitas.
Sebenarnya bukan hal itu saja yang di alami oleh perempuan sempitnya akses keterlibatan publik pun yang semakin terpinggirkan, misalnya saja masih banyak perempuan yang tidak dilibatkan dalam sistem pemerintahan maupun pengambilan kebijakan. Ini membuktikan bahwa perempuan masih saja haknya sebagai manusia yang hidup normal sebagaimana manusia lainnya tereksploitasi.
Jika kita melihat lebih dalam perempuan memiliki peranan besar dalam kehidupan umat manusia dibalik peranannya sebagai ibu yang melahirkan, membimbing dan mengajarkan anak-anaknya untuk lebih baik, perempuan juga sebagai penasehat yang baik bagi pria yang berjuang dalam segala hal.
Hal ini telah pernah dibuktikan dalam sejarah umat manusia, seperti masa perjuangan Rasulullah yang mana istri nabi Khadijah salah seorang perempuan yang senatiasa memberikan ispirasi dan motivsai untuk perjuangan suaminya dalam kebenaran di muka bumi ini. Hal tersebut jelas dalam Islam wanita memiliki tempat dan peranan terhadap sebuah kemajuan bangsa.
Selain itu juga banyak tokoh-tokoh perempuan dunia salah satunya seperti Benazir Bhuto salah satu tokoh perempuan Pakistan yang memberanikan diri untuk terlibat politik ketika politik Pakistan yang tidak menentu sehingga ia harus menjadi korban. Tidak hanya di dunia pada hal kita di Gayo sendiri memiliki tokoh perempuan yang mungkin namanya tidak asing lagi seperti Datu Beru, yang kiprahnya di Kutereje pada masa Sultanah Ratu Safiatuddin pada saat itu sebagai dewan perwakilan di Kerajaan. Ini membuktikan juga bahwa beberu Gayo memiliki peran terhadap pembangunan bagi daerahnya maupun bagi daerah lainnya.
Miris jika hanya perempuan dijadikan sebagai komoditas cercaan, gosip maupun isu yang tidak enak dalam kehidupan sosial. Pada hal banyak masih persoalan-persoalan yang seharusnya menjadikan perempuan dituntut untuk kreativ dan partisipatif dalam segala bidang.
Sudah saatnya perempuan Gayo untuk mengambil sikap dan langkah untuk memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan pembanguan di daerah. Untuk pembangunan tidak hanya melihat perspektif perempuan dari streotip yang dibangun selama ini, melainkan harus dilihat dari sisi peran, kapasitas dan integritas.(riszki.hr[at]gmail.com)
*Mahasiswi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara