Takengon | Lintas Gayo – Seorang putra Gayo pengrajin beberapa jenis miniatur mencoba mendisain dan membuat miniatur tugu sekaligus museum “Kopi Gayo” untuk kabupaten Aceh Tengah.
“Sekitar sebulan saya mencoba membuat miniatur togo sekaligus museum kopi Gayo ini setelah mendapat ide dari bang Jilan, tetangga saya ini,” kata Zulfadhly didampingi Jilan, Jum’at 19 April 2013 malam. Keduanya warga Simpang Kelaping Pegasing Aceh Tengah.
Dia juga mengungkapkan sedang menggarap beberapa miniatur model lain sebagai pilihan bagi penentu kebijakan di Aceh Tengah jika gagasan pembangunan tugu dan museum tersebut disetujui.
“Ini salah satu model yang sudah hampir rampung, ada beberapa bentuk lain yang sedang saya buat,” kata Zulfadhly.
Selain tugu sekaligus museum Kopi Gayo, Zul juga sedang menggarap tugu Pegasing, nama kecamatan kampung halamannya. Dan pengakuannya, atas gagasan rekannya Jilan, dia juga sedang mencari ide disain tugu Peteri Ijo, Tugu Gajah Putih, dan tugu-tugu lainnya.
“Saya sepakat dengan bang Jilan, tugu khas tentang kekayaan budaya Gayo perlu dibangun sebanyak-banyaknya di Aceh Tengah dan Gayo umumnya,” kata Zul.
Gunanya, menurut Zul dan Jilan untuk penarik wisatawan sekaligus sebagai salah satu upaya pemertahanan warisan budaya Gayo.
Zul, panggilan akrab bujangan yang lahir dan besar di Jakarta ini mulai menciptakan bangunan-bangunan miniatur budaya berupa rumah Adat Gayo (Umah Pitu Ruang-red) dan miniatur lain yang bernuansa Gayo karena keingintahuannya tentang Gayo.
Diantara miniatur yang sudah pernah dibuat Zul antara lain alat-alat tradisonal Gayo seperti Keben (Lumbung padi), Penyangkulen (Alat untuk menangkap ikan di Danau Lut Tawar), Jingki (alat penumbuk padi khas Gayo), dan masih banyak lagi miniatur-miniatur yang dibuatnya. (LG003)