Takengon | Lintas Gayo – Rendahnya produksi kopi arabika petani Desa Sinaman 2 , Pematang Sidamanik , Kabupaten Simalungun, membuat beberapa orang petani melakukan studi banding ke Dataran Tinggi Gayo.
“Satu hektar produksi kopi kami hanya menghasilkan 20 kaleng”, kata Nazaruddin Damanik. Senin (22/4).
Kopi petani kopi Pematang Sidamanik adalah jenis arabica verietas Sigaral Utang yang sudah ditanam sejak tahun 1998. Dikatakan Nazaruddin, rendahnya produktipitas kopi karena masih lemahnya pengetahuan petani bertanam kopi secara komersial.
‘Kopi yang ditanam tanpa pemangkasan dan tanpa naungan sehingga produksinya rendah”, jelas Nazaruddin Damanik.Selama ini, tambahnya, kopi petani disana adalah kopi robusta serta teh. “Kini sudah banyak yang beralih menanam arabica”, tambah Sidamanik.
Selama beberapa hari, beberapa petani dari Pematang Sidamanik, dilatih berbagai cara pengolahan kopi bersama kelompok tani di Dataran Tinggi Gayo oleh Conservation Iternational Indonesia.
Menurut Tovan Marhennata, dari, kegiatan pelatihan petani kopi dari Aceh Tengah dan Simalungun berlangsung selama beberapa hari. Petani diperkenalkan cara budidaya kopi hingga penanganan paska panen.
Selama beberapa hari mengikuti pelatihan kopi di Takengen, sebut Nazaruddin, mereka mendapat pengetahuan yang luas tentang kopi. Khususnya kopi gayo yang sudah dieksport ke mancanegara dan dikenal dengan kopi spesialti.
“Kedepan, kami ingin meningkatkan produksi dengan merubah cara bertani yang lebih baik, seperti saudara kami di gayo”, imbuh Nazaruddin. Selain belajar bertani kopi, Nazaruddin yang difasilitasi Aceh Stakeholders Engagement Officer (CI Indonesia) , juga mencoba melihat hasil uji cita rasa kopi Sigaral Utang.
Hasil cupping yang dikeluarkan Gayo Cupper Team, sebuah lembaga uji citarasa prrofesioanl yang diketuai Mahdi Usaty, diperoleh hasil dengan skor 80 lebih. Ditanya kenapa petani kopi di Simalungun menanam Sigaral Utang, Nazaruddin beralasan karena masa panen lebih cepat dan bisa segera membayar hutang (Win. RB)