Takengon | Lintas Gayo – Pakan alami ikan Depik (Rasbora tawarensis) terungkap, namanya “Cemperle”, istilah yang tidak asing didengar dikalangan masyarakat Gayo untuk seranga kecil hampir seukuran nyamuk yang sering muncul pada saat malam hari, sering terdapat didekat perairan terutama Danau Lut Tawar dan sungai Peusangan.
Cemperle memiliki kebiasaan berkerumun atau seolah mengejar sumber cahaya atau lampu. Sebutan Cemperle juga sering digunakan sebagai istilah terhadap betapa kecilnya suatu benda atau barang, selain menggunakan kata “lemis” yang berarti nyamuk.
Pada kesempatan acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Balitbang-KP Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, di ruang opsroom Setdakab Aceh Tengah, Selasa (28/05/13).
Dr. Husnah, M.Phil sebagai narasumber pada acara tersebut menyatakan bahwa berdasarkan analisa terhadap kebiasaan makan ikan Depik (Rasbora tawarensis), diduga ikan Depik merupakan pemakan serangga air yang biasa disebut dengan “Cemperle” oleh masyarakat Gayo.
Serangga air ini banyak terdapat pada tanaman air seperti hydrilla atau orang Gayo menyebutnya dengan “Sepot”.
Secara terpisah sebelumnya dinyatakan juga oleh Iwan Hasri, M.Si yang merupakan salah seorang staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah dan juga telah pernah melakukan penelitian terhadap ikan Depik membenarkan bahwa ikan Depik menurut penelitiannya memakan serangga air namun belum memastikan jenis serangga air apa yang termasuk pakan alami ikan Depik di Danau Lut Tawar.
“Tahun ini Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah bekerjasama dengan Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Palembang akan mengadakan penelitian terhadap kelimpahan tunaman air di Danau Lut Tawar, karena dianggap berperan penting terhadap ekosistem perairan danau, terutama sebagai habitat serangga air, dan kegiatan ini telah berjalan sejak beberapa hari lalu,” ungkap Iwan Hasri. (Muna Ardi/Red.03).
Sekilas yang saya ketahui sebagai putra daerah pesisir laut tawar mengenai ikan khas danau lut tawar khususnya ikan depik. Menurut penuturan lokal masyarakat pesisir danau lut tawar bahwa ikan yang suci itu hanya ikan depik, jadi ada tiga spesies yang relative sama bentuknya tapi ukuran,warnanya dan prilaku bertelornya berbeda sekali antara ketiga jenis ikan tersebut. Ketiga ikan itu adalah :
1) ikan depik, yang berukuran sedang artinya lebih besar dari relo dan lebih kecil dari eyas, umumnya depik bertelor di tumpukan batu yang disebut penyangkulen dengan cara menyeret perutnya yang bunting kebebatuan. Priode waktu bertelornya dimusim angin barat setiap tahun dan wilayah yang paling sering dikunjungi adalah penyangkulan yang ada dipertengahan pesisir selatan sampai ketimur. Kenapa ikan depik ini dianggap suci karena konon di era tahun 80an hotel renggali dibangun diujung baro sejak itulah ikan depik menghilang selama beberapa tahun setelah beberapa tahun ini muncul kembali tapi siklusnya tidak menentu dan kuantitasnya sangat sedikit. dimasa jayanya ikan depik pernah di ekspor kegayo lues dengan cara menunggang kuda (beben).
2) ikan yas (eyas) jenis ini adalah yang paling besar ukurannya, warnanya keperak-perakan, bertelornya biasanya di didisen ( sejenis parit tapi memiliki sumber mata air tersendiri dan murni biasanya di pinggir danau sekitar 10 – 15 meter panjangnya, memang ikan ini sangat sensitive dan mencintai kebersihan atau pemilih, makanya pemiliknya biasanya galak-galak karena apabila ada yang cuci kaki di parit atau area pintu masuknya didisen dapat menyebabkan ikan eyas tidak mau datang lagi. Didisen ini sekarang sangat jarang konon katanya akibat pelebaran jalan yang menutup sumber mata airnya dan semenjak banyaknya pemakaian pestisida dan sejenisnya di area persawahan/ladang menyebabkan ikan eyas jarang bertelor kedidisen, yang terakhir didisen yang eksis saya dengar adalah didisen senang di dekat desa kelitu.
3) ikan relo, jenis ikan ini adalah yang paling kecil dan ramping ukuranya, prilaku bertelornya sama seperti ikan pada umumnya tapi ikan ini sangat menyukai cahaya karena ikan ini memanfaatkan cahaya tersebut untuk menangkap serangga kalau istilah gayonya rengit,(bukan cemperle karena sangat jarang) dimana rengit juga sangat senang dengan cahaya, cara menangkap ikan relo biasanya dengan cara cangkul yaitu jaring yang khusus untuk menganggok dimana cahaya lampu petromaks di sorotkan di atas cangkul tersebut untuk memancing serangga tersebut dan apabila ikannya sudah beekumpul banyak maka cangkulnya diangkat.
Jadi ini sekilas pengetahuan saya tentang ikan khas lut tawar, kebetulan saya pernah terlibat dalam proses penangkapan ketiga jenis ikan khas tersebut. Saya mendukung penuh kegiatan apapun yang berkaitan dengan pelestarian ekosistem danau lut tawar.