
Oleh : Alfiandi Zikra*
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jibril mendatangiku saat aku tidur dengan membawa secarik kain sutera yang di dalamnya terdapat tulisan,”.
Malaikat Jibril berkata: “Bacalah!”
Aku berkata: “Aku tidak bisa membaca.” Malaikat Jibril mendekap ku dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati kemudian ia melepas ku dan berkata: “Bacalah!”
Aku menjawab: “Apa yang mesti aku baca?” Malaikat Jibril mendekap ku dengan kain sutera itu hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepasku kembali dan berkata: “Bacalah!”
Aku berkata: “Apa yang mesti aku baca?”
Jibril kembali mendekap kembali diri dengan sangat kencang dengan kain sutera tersebut hingga aku merasa seolah-olah sudah mati, kemudian ia melepasku, dan berkata: “Bacalah!”
Aku berkata: “Apa yang mesti aku baca?” Aku katakan itu dengan harapan ia melepas ku sebagaimana yang sebelumnya ia lakukan terhadap diriku. Lalu ia berkata:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq: 15).
Aku pun mengucap apa yang ia baca kemudian setelah selesai Jibril pergi meninggalkanku dan aku bangun dari tidurku dan kurasakan ada sesuatu yang tertulis dalam hatiku.
Lalu aku keluar dari Gua Hira. Ketika aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba kudengar sebuah suara dari langit: “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah sedangkan aku adalah Jibril.” Aku dongakkan kepalaku ke langit, saat itu kulihat Jibril dalam sosok seorang laki-laki yang membentangkan kedua kakinya ke ufuk langit.
Jibril berkata lagi: “Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah sedangkan aku adalah Jibril.” Aku berdiri melihatnya di tempat bagaikan patung. Aku arahkan pandanganku pada di ufuk langit yang lain, tidaklah aku mengarahkan pandanganku ke arah mana pun kecuali aku lihat dia berada di sana. Aku berdiri diam terpana bagaikan patung hingga akhirnya istriku Khadijah mengirim pelayan-pelayannya untuk mencari ku. Mereka tiba di Mekkah atas dan kembali pada Khadijah, sementara aku tetap berada di tempatku semula. Lalu diapun menghilang dariku.
Aku pulang menemui istriku Khadijah, aku berbaring di pahanya bersandar merapat padanya.
Khadijah berkata: “Wahai suamiku, semalam kau kemana saja? Aku telah mengirim orang-orang ku untuk mencari mu hingga mereka tiba di Mekkah Atas, kemudian pulang dengan tangan hampa.” Maka aku ceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja aku alami. Khadijah berkata: “Suamiku, bergembiralah, dan kokoh lah. Demi Dzat yang jiwa Khadijah berada di Tangan-Nya, ku harap engkau diangkat menjadi Nabi untuk umat ini.”
Khadijah bangkit lalu membereskan pakaiannya kemudian pergi ke kediaman Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, saudara sepupunya. Waraqah adalah seorang penganut agama Kristen yang mengkaji kitab-kitab agama ini dan banyak belajar dari orang-orang Yahudi dan Kristen. Khadijah memerintahkan kepada Waraqah persis seperti yang dituturkan Rasulullah SAW, bahwa beliau melihat dan mendengar sesuatu. Waraqah bin Naufal berkata: “Quddus, Quddus (Maha Tuhan) Allah, Demi Dzat yang jiwa Waraqah ada di Tangan-Nya, jika semua yang engkau tuturkan benar, wahai Khadijah, sungguh dia telah didatangi Jibril (Namus) yang dahulu pernah datang kepada Musa. Dia adalah Nabi untuk umat ini. Katakanlah padanya hendaknya ia bersabar.”
Lalu Khadijah pulang menemui Rasulullah SAW dan menceritakan apa yang dikatakan oleh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah. Usai melakukan khalwat di Gua Hira’, Rasulullah SAW beraktivitas seperti biasanya. Beliau pergi ke Ka’bah lalu thawaf. Saat sedang thawaf itulah, beliau bertemu dengan Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal berkata: “Wahai sepupuku, tuturkan lah kepadaku apa yang engkau lihat dan dengar!” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menuturkan apa yang beliau lihat dan dengar kepada Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal berkata: “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh engkau adalah Nabi untuk umat ini. Sungguh Jibril yang dahulu pernah datang kepada Musa kini telah datang kembali padamu. Engkau pasti akan didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi. Seandainya aku masih hidup pada hari itu, pasti aku menolong Allah dengan pertolongan yang diketahui-Nya.” Kemudian Waraqah bin Naufal mencium ubun-ubun beliau. Setelah itu, Rasulullah SAW kembali ke rumahnya.
@.HR. Thabrani (1/535) dalam Tarikhnya, Baihaqi dalam al-Dalail pada hadits no. 451 dari Abu Ishaq Ubaid bin Umair: Disebutkan oleh Imam Bukhari bahwa Nabi bermimpi dan disebutkan oleh Imam Muslim tentang orang yang lahir di zamannya, bahwa Rasulullah tidak bermimpi. Dia termasuk salah seorang tabiin. Dengan demikian haditsnya adalah mursal. Ini disebutkan oleh penulis buku al-Tahshil fi Ahkam al-Marasil (1/234).
Peristiwa ini merupakan awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW dan menjadi titik awal kerasulannya. Dari kisah ini, terdapat beberapa poin.
1. Turunnya Wahyu Pertama, Malaikat Jibril menyampaikan firman Allah dalam QS. Al-Alaq: 1-5, meskipun Rasulullah awalnya merasa bingung dan ketakutan.
2. Keharuan dan Ketakutan Rasulullah, Setelah menerima wahyu pertama, beliau merasa cemas dan kebingungan hingga Khadijah menenangkan dan mendukungnya.
3. Peran Khadijah dalam Mendukung Rasulullah, Khadijah tidak hanya menghibur suaminya, tetapi juga mencari kepastian dari Waraqah bin Naufal, kemudian menegaskan Nabi Muhammad SAW Rasul terakhir.
4. Pengesahan dari Waraqah bin Naufal, Waraqah memastikan bahwa yang datang kepada Rasulullah SAW adalah Jibril, sebagaimana Jibril pernah mendatangi Nabi Musa. Ia juga memperingatkan bahwa Rasulullah akan menghadapi berbagai ujian dalam menyebarkan dakwah.
5. Awal Mula Dakwah Islam, Setelah peristiwa ini, Rasulullah SAW mulai menerima wahyu secara berkelanjutan dan memulai misi dakwahnya kepada umat manusia.
Kesimpulannya, peristiwa ini menandai awal dari perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW yang penuh tantangan. Dukungan Khadijah dan keyakinan Waraqah menjadi pendorong penting dalam menjalankan tugas kenabiannya.
Sehingga peristiwa ini diperingati dan di beri nama Nuzulul Qur’an oleh umat islam di seluruh penjuru negeri, dan khususnya Kabupaten Bener Meriah, negeri diatas awan.
*Penulis adalah Doktor Hukum Islam Alumni Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
*Warga Bener Meriah.