Bener Meriah | Lintas Gayo – APSBM(Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah) yang berdiri empat Tahun yang lalu merupakan perkumpulan pedagang sayur dari empat Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah (Bukit, Wih Pesam, Bandar, dan Permata) saat ini telah telah memiliki 90 anggota, 15 dari mereka telah mendiami 45 ruko yang di siapakan oleh Pemkab Bener Meriah beberapa Tahun lalu.
Menurut Wakil Ketua umum APSBM, Sabardi Yang kami temui pada Sabtu (13/7/2013) di tempat berniaganya menjelaskan bahwa, sebulan yang lalu kami di undang oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bener Meriah dan meminta kami untuk mengisi komplek ruko yang sudah di siapkan di Desa Bale Atu Bener Meriah, lalu pengurus dan pedagang melakukan rapat bagaimana tehknis mengisi ruko yang telah di siapkan kami melakukan pengundian dan hasilnya adalah 15 ruko telah terisi yang seharusnya 45 ruko.
Sekarang ini kami merasa kesulitan dalam merangkul para pelaku bisnis di bidang horticultura ini karena belum ada Regulasi apapun yang di sahkan oleh Pemerintah dan DPRK Kabupaten Bener Meriah baik berupa Qanun maupun Peraturan Bupati terkait dengan perdagangan dan pemasaran horticultura, padahal kami telah memohon sejak empat Tahun lalu kepada pihak terkait sampai harus berdemo dan beraudiensi dan sampai sekarang belum ada respon apa-apa, tuturnya dengan nada kecewa.
Selanjutnya Sabardi meminta kepada para pelaku bisnis khususnya Horticultura untuk dapat mengisi ruko yang masih kosong mengingat pentingnya pusat pasar khususnya di Kabupaten ini, salah satunya adalah bagaimana kita bisa menentukan harga pasar, kita bisa mengisi permintaan pasar, conothnya seperti ini “ jika saya memiliki 15 ton tomat sedangkan yang di butuhkan 50 ton, maka para pedagang lainnya bisa mengisi kekurangan barang saya”. Lain lagi dengan bantuan kepada petani yang di berikan pemerintah yang kebelakangan sering tidak tepat sasaran.
Dalam hal kelayakan ruko yang di sediakan Pemda Bener Meriah, Sabardi juga mengeluhkan kurangnya fasilitas yang layak seperti Lampu, Toilet dan Mushola. Kami juga ingin beribadah dan buang air di tempat layak.“Saat ini kami masih buang air ke semak-semak sekitar dan ini tolong di fikirkan juga,” jelasnya dengan nada meminta.(Konadi Adhani/LG010)