Politik Hitam-Putih ala Jokowi-Ahok

Oleh : Azmi *)

Dalam beberapa minggu terakhir ini, kita sering disuguhkan dengan pemberitaan mengenai persoalan komunikasi politik Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Jokowi-Ahok dalam menyelesaikan masalah yang menyangkut kepentingan publik khususnya dalam persoalan blusukan Gubernur Jokowi dan masalah Pasar Tanah Abang. Persoalan mengenai komunikasi blak-blakan dan apa adanya ala Jokowi-Ahok ini di tanggapi negatif oleh beberapa kalangan di Jakarta dengan melakukan protes dan demonstrasi. Namun Jokowi-Ahok selalu menanggapi persoalan tersebut secara tegas, berani dan cerdas dengan menawarkan solusi-solusi rasional kepada masyarakat.

Mengenai masalah PKL di Pasar Tanah Abang misalnya, persoalan yang sudah sejak lama tidak bisa dituntaskan oleh gubernur-gubernur sebelumnya, dikarenakan adanya ketakutan gubernur-gubernur sebelumnya terhadap isu yang menyatakan bahwa ada kekuatan-kekuatan besar yang bermain disana sehingga tidak pernah muncul keberanian para gubernur untuk bisa berkomunikasi secara jujur dan terang-terangan untuk menata pasar Tanah Abang ketempat yang semestinya. Hal ini menjadi pekerjaan rumah istimewa bagi Jokowi-Ahok beberapa waktu kedepan, rencananya PKL akan ditertibkan seusai lebaran 2013, dengan segala cara dan konsekwensi yang mungkin dihadapi. Namun demikian, hingga saat ini sejauh pengamatan saya bahwa indikasi keberhasilan strategi komunikasi Jokowi-Ahok dalam persoalan ini sepertinya mendapatkan sinyalemen positif, terbukti dengan banyaknya PKL Pasar Tanah Abang yang sudah mulai mendaftarkan diri sebagai pedagang permanen di tempat yang telah disediakan oleh Pemda DKI yaitu di Blok G. Semoga hingga lebaran akan terus lebih banyak lagi yang akan mendaftarkan diri.

Begitulah komunikasi politik Jokowi-Ahok dibangun, komunikasi mereka terang-terangan dan hitam putih bukan abu-abu. secara teoritis memang politik selalu difahami abu-abu dan samar-samar. Namun Jokowi-Ahok membuktikan bahwa politik tidak harus abu-abu. karena mereka berdua berprinsip membangun dan membenahi sistem secara jujur, rasional dan penuh perhitungan, sehingga mereka senantiasa selalu dipercaya dan didukung masyarakat. Hal ini telah dibuktikan dalam banyak kasus yang harus diselesaikan akhir-akhir ini, seperti kasus Jakarta Monorel (MRT), Pasar Tanah abang, penertiban perumahan kumuh di Waduk Pluit yang sekarang sudah berhasil di remajakan dengan sukses, Kartu Jakarta Sehat dan kartu Jakarta Pintar. Itu semua dilakukan dengan prinsip kejujuran dan komunikasi apa adanya kepada masyarakat. Tidak seperti banyak kepala daerah di Indonesia yang membangun komunikasi politik secara eksklusif dengan masyarakatnya (ada gap yang begitu jauh antara masyarakat dengan pemimpinnya) sehingga masyarakat merasa tidak pernah diberikan ruang dan kesempatan untuk bisa berkonstribusi secara maksimal dalam memajukan daerahnya.

Dalam sebuah seminar kebangsaan di Bandung Jokowi pernah menyatakan bahwa inilah saatnya kepala daerah di seluruh Indonesia harus menanggalkan simbol-simbol eksklusifisme komunikasi mereka kepada masyarakat agar kepercayaan bisa tumbuh terhadap kepemimpinannya sehingga apapun program-program cerdas yang dicanangkan oleh pemerintah tersebut akan didukung oleh masyarakat, jika suatu program mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat maka potensi keberhasilannya akan jauh lebih mudah dicapai.

Bagi Jokowi-Ahok, Prinsip kepemimpinan itu sederhana saja yaitu serap aspirasi dan ide-ide kreatif masyarakat, dikaji secara mendalam, kemudian dibuatkan sistem dan kemudian di dilaksanakan serta dievaluasi di masyarakat. Banyak pemimpin-pemimpin daerah di Indonesia yang masih menganut framing konservatif yaitu merasa pinter sendiri dengan tidak mengikut sertakan peran masyarakat dalam pembangunan daerahnya, tidak terjadi integrasi logika pemimpin dengan rakyatnya sehingga tau-tau dibuat program-program yang tidak sesuai dangan apa yang dibutuhkan masyarakat. Disisi lain masyarakat terkaget-kaget dan bertanya-tanya karena tidak faham dengan program tersebut, akhirnya kurang efektif.

Begitulah karakter komunikasi politik Jokowi-Ahok dibangun yaitu dengan kejujuran, keberanian dan rasionalitas tinggi sehingga harapan akan kemajuan masyarakat Jakarta dan masyarakat Indonesia bisa segera mendekati kebenaran dan semoga model kepemimpinan yang jujur dan blak-blakan ala Jokowi-Ahok ini menjadi inspirasi cerdas bagi pemimpin-pemimpin daerah lain di seluruh nusantara, demi Indonesia yang gemilang dimasa yang akan datang.

Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Ā *)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.