Oleh : Azmi *)
Setiap makhluk hidup memerlukan pemeliharaan cinta, kerinduan, dan simbol-simbol nilai yang mampu meneguhkan mereka menjadi insan yang benar-benar kokoh dalam tradisi budaya dan agama. Lebaran, dengan mudik atau sungkem pada tradisi tertentu dikampung halaman adalah sebuah katarsis jiwa yang penting dalam kehidupan yang terkadang pedih ini. Karena ia memberikan kesegaran, inspirasi dan motivasi baru untuk kembali menjalani rutinitas hidup, dimana jaminan keamanan, jaminan kesehatan, dan jaminan masa depan acapkali masih absurd dalam bayangan banyak anak bangsa.
Lebaran adalah salah satu dari sekian banyak katarsis yang bisa menyembuhkan problematika sosial tersebut. Jika ditinjau dari diskripsi umum, Lebaran merupakan nama lain dari hari raya umat islam, baik hari raya Idul Fitri maupun Hari raya Idul Adha yang dirayakan setiap tahun setelah sebelumnya mereka melaksanakan puasa di bulan suci Ramadhan atau bulan-bulan lainnya. Lebaran biasa dilaksanakan ketika hari raya Idul Fitri tiba, orang-orang islam umumnya saling bersalam-salaman dan bermaaf-maafan dengan tetangga, saudara dan sanak keluarganya setelah menunaikan Sholat Ied.
Banyak hal positif bernilai ibadah yang bisa didapat dari prosesi lebaran jika sungguh-sungguh diniati dengan keikhlasan dan kejujuran, namun disadari atau tidak, tidak sedikit juga hal negatif yang bisa terjadi saat musim lebaran. Ada beberapa hal yang bisa saya paparkan berkaitan dengan fenomena negatif yang sering terjadi dalam masyarakat kita saat lebaran tiba, yang seolah-olah telah menjadi suatu kewajaran, hal tersebut adalah:
Meningkatnya Gengsi Personal dan Budaya Konsumerisme
Meningkatnya budaya konsumerisme dan prilaku belanja boros saat musim lebaran secara ekonomi menyebabkan tingginya permintaan sehingga harga barang biasanya melambung tinggi. Namun meskipun begitu, di negara yang bernama Republik Indonesia ini budaya belanja berlebih-lebihan tersebut tidak perlu menjadi suatu keheranan yang mendalam bagi kita. Karena hal ini sudah semacam menjadi tabi’at umum masyarakat sehingga biasanya berujung pada pembelotan niat yang awalnya ibadah akhirnya menjadi ingin pamer kemewahan terhadap orang-orang dikampung, meskipun tidak secara langsung menunjukkan hal itu, namun cara-cara kita berprilaku, bertutur kata, bertindak terhadap sanak saudara yang berada di kampung acapkali dihiasi dengan rasa unjuk kesuksesan diri dan merasa bahwa kita yang lebih pantas dihormati diantara yang lainnya.
Disisi lain, bagi sebagian pedagang, momentum ini terkadang menumbuhkan formulasi serakah efektif karena menjadikan kesempatan ini sebagai momen untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dengan menaikkan harga setinggi-tingginya, sehingga secara tidak langsung bisa jadi telah menzholimi hak orang lain khususnya fakir miskin.
Menumbuhkan Kecemburuan Sosial
Lebaran bisa mengundang kecemburuan sosial dan iri hati para keluarga dikampung. Pulangnya pemudik yang berlebaran dikampung dengan memamerkan kemewahan misalnya membawa mobil yang bagus, baju dan sepatu yang baru, alat-alat elektronik yang canggih, bisa menimbulkan guncangan budaya “cultural shock”, dimana orang-orang kampung atau desa meniru dan mengikuti gaya hidup orang kota yang pulang kampung, misalnya berhutang atau menjual harta benda seperti tanah untuk membeli motor, mobil dan sebagainya sebagai asesoris kemewahan. Bisa juga orang-orang dikampung terutama anak-anak muda, khususnya laki-laki dan perempuan merantau dalam rangka mengikuti jejak para pemudik. Untuk mendapatkan harta dan kemewahan, mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan harta, supaya tahun berikutnya mereka juga bisa mudik dan menampilkan kekayaan dan kemewahan seperti saudara-saudaranya yang mudik tahun lalu.
Menyebabkan Peningkatan Urbanisasi
Mudik lebaran juga bisa menyebabkan meningkatnya urbanisasi yaitu perpindahan masyarakat dari desa ke kota. Dalam sejarah mudik lebaran, sudah terbukti bahwa usai mudik lebaran, semakin banyak orang kampung yang melakukan urbanisasi, meninggalkan kampung halamannya untuk mencari kehidupan di kota. Sebenarnya peristiwa urbanisasi dan migrasi adalah sesuatu yang lumrah dalam kehidupan modern, dan merupakan hak asasi setiap orang yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dan undang-undang untuk melakukan sesuai yang diinginkannya. Namun Urbanisasi di Indonesia sangatlah tidak sehat karena meliputi pekerjaan-pekerjaan yang non-skill yang semestinya hal tersebut bisa ditampung dan diberdayakan di daerah. Karena itu, sejak zaman Orde Baru dikatakan bahwa kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan Makasar adalah kampung besar yang prilaku penduduknya (sebagai warga kosmopolitan tidak berbeda jauh dengan keadaban dari kampung halaman dalam soal kebersihan, kedisiplinan berlalu lintas, dan berbagai life style lainnya).
Menciptakan Kesemerautan Transportasi
Mudik selalu menyebabkan kemacetan nasional dan kesemerautan massal sehingga berdampak pada banyaknya kematian yang disebabkan buruknya sarana transportasi dan manajemen perhubungan yang berakibat terjadinya kecelakaan. Menurut Menteri Perhubungan EE Mangindaan, di kantor Kementerian Perhubungan selasa (28-8-2012). Dari data Kementerian Perhubungan, setelah liburan panjang lebaran tahun 2012, ditemukan 5232 kasus kecelakaan, angka kecelakaan tersebut diambil dari data semua angkutan umum selama beroperasi menjelang lebaran dan pasca lebaran. Dari semua kasus kecelakaan itu, Kementerian Perhubungan telah menjumlah angka kematian sebanyak 908 orang, angka tersebut merupakan kalkulasi dari semua angkutan umum selama liburan libur panjang lebaran.
Tidak siapnya pemerintah dalam memanajemen Transportasi dimusim lebaran terlihat dari banyaknya para sopir dan kendaraan yang dipergunakan saat lebaran, tidak ada standar wajib yang harus dipenuhi oleh para pemudik dan perusahaan transportasi yang menyediakan armada. Harusnya jauh-jauh hari sudah ada peraturan yang dipergunakan oleh pihak pemerintah dalam melayani para pemudik. Kemudian disisi lain, seharusnya jalan raya sudah diperbaiki jauh-jauh hari sebelum tradisi mudik diselenggarakan. Kemudian pengawasan pemakain jalan raya juga harusnya dilakukan secara rahasia setiap waktu bagi kendaraan yang melebihi daya angkut.
Meningkatkan Efek Buruk Kesehatan
Dari sisi kesehatan di hari yang Fitri biasanya bukan hanya suka cita yang didapat, tetapi juga menyisakan duka dan penyakit. Data menunjukkan bahwa banyak terjadi kematian pasca lebaran, hal ini disebabkan karena banyaknya mengkonsumsi makanan secara berlebihan tanpa kontrol yang baik selama lebaran.
Terjadinya Gejala Sosial Lain
Menurut pengamatan saya, ada beberapa gejala sosial aneh yang terjadi saat lebaran tiba yaitu berlalunya rangkaian ibadah dan proses pelatihan diri saat ramadhan maka berlalu jugalah radar kesalehan, etika kebaikan, harmonisasi kelembutan dan orkestra kebenaran dalam tindakan. Karena umumnya fakta menunjukkan bahwa pasca lebaran, festival kerusakan moral dan tontonan kemaksiatan seperti menemukan momentumnya melalui marak diselenggarakannya hiburan-hiburan khususnya di tempat-tempat wisata yang ramai diisi dengan perbuatan-perbuatan yang notabenenya bertentangan dengan nilai luhur ramadhan, seperti seolah-olah merayakan dengan sukacita kepergian ramadhan. Dan seolah-olah terjadi semacam balas dendam etikal pasca perjuangan berat saat ramadhan.
Selain itu, terkadang banyak dari orang islam yang tidak berpuasa namun diliputi kesombongan dengan merasa seolah-olah dialah yang paling berhak merayakan idul fitri, ramadhan baginya hanya sebatas uforia dan retorika bukan pada esensi pelatihan menuju perubahan yang lebih baik. Padahal orang yang mencapai derajat taqwa esensinya adalah mereka yang mendapatkan pelajaran, pelatihan yang kemudian menghasilkan prinsip optimalisasi perintah dan minimalisasi larangan, dengan menghapus semua kepalsuan yang sebelumnya mungkin merajalela, yang kemudian menumbuhkan sifat sederhana, kelembutan, kerendahan hati, saling menghormati, saling memaafkan, peduli, dan kasih sayang antar sesama.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang mendapatkan manfaat dan kebaikan dari prosesi lebaran tahun ini dan digolongkan kedalam sebaik-baik golongan yang mencapai derajat ketaqwaan disisi Allah SWT….!
Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Yogyakarta *)