Takengen|Lintas Gayo – Memerihkan HUT RI di Aceh Tengah, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun lalu setelah peringatan detik-detik proklamasi diadakan beberapa kegiatan baik karnaval dari pelajar dan mahasiswa di Aceh Tengah maupun perhelatan tahunan Pacuan Kuda.
Perbedaan ini berakaitan dengan musibah gempa yang melanda Aceh Tengah 2 Juli lalu, ribuan rumah maupun inprastruktur rusak serta puluhan korban nyawa dan lima orang lagi belum diketemukan.
Tidak etis kiranya banyak saudara kita yang berduka, sedangkan kita memeriahkan pesta dengan massa yang cukup ramai, ungkap Bupati Aceh Tengah Ir. Nasaruddin,MM seusai peringatan detik-detik Proklamasi ke 68 RI di lapangan Musara Alun Takengen Sabtu, (17/8).
Pemerintah Aceh Tengah juga menunda pelaksanaan Pacuan Kuda dalam rangka memeriahkan HUT RI di lapangan Blang Bebangka Kecamatan Pegasing Ace Tengah.”Pengambilam keputusan ini dengan melakukan musyawarah dengan memanggil tokoh masyarakat, adat dan ulama dari 12 kecamatan yang terkena dampak gempa. Jadi jangan salah tafsir, seolah-olah kita tak punya uang. Namun lebih kepada pertimbangan untuk menjaga perasaan warga tertimpa gempa,” “Batalnya event pacuan kuda bukan disebabkan soal uang.
Berapalah biayanya? Namun suasana belum cocok. Bayangkan saja ditengah saudara kita terkena gempa, tidak mungkin pesta pacu kuda digelar,” jelas Nasaruddin, Bupati Aceh Tengah saat memberi keterangan pers menjawab wartawan.Menurut bupati, nuansa tidak mendukung menyebabkan ada perubahan rencana tentang jadwal, “Ditengah 50 ribu orang berduka paska gempa tidak mungkin kita melangsungkan tradisi tersebut.
Sekali lagi jangan salah pengertian, pacuan kuda ini tetap digelar, hanya saja waktunya kita geser. Jadi penundaan bukan tidak ada dana, tapi situasi saat ini tak cocok, karena dalam suasana duka,” ungkap tegas Nasruddin. (LG010)
Nyan baro jeut keu pemimpin, hana egois, na geuteupeu derita gob. Hormat pak bupati..
Menyo ureng hana egois jet ta hormat tapi menye ureng egois i jak pap ma ih keu deh