SEJAK manusia berkembang, saat nabi Adam memiliki anak Habil dan Qhabil, sudah menunjukkan sejarah kekerasan di muka bumi. Sejarah “perebutan” siapa yang berhak memperistrikan keturunan nabi Adam lainnya, berbuah pada pembunuhan.
Emosional yang meledak akan merugikan semuanya. Setelah kejadian itu baru disesali dan ditangisi. Nasi telah menjadi bubur, tidak mungkin kembali ke beras. Sejarah kelam itu sejak awal perkembangan manusia sampai kini terus silih berganti motif dan ragamnya. Namun bila ditanya ke hati nurani siapapun yang melakukannya, akan menimbulkan penyesalan dan kesedihan.
Aceh dibalut konflik yang panjang. Darah bercucuran di bumi yang tak berdosa, banyak nyawa lepas dari raga dengan paksa. Banyak anak yatim, harta hancur-hancuran. Semua tatanan berantakan. Membangun kembali puing-puing konflik itu bukan hanya butuh waktu dan melelahkan, namun membutuhkan kesabaran dan kesefahaman semua pihak. Hidup damai dan nyaman itu lebih indah dan sangat disukai Allah.
Adanya insiden di Bumi Gayo dalam medio Maret 2014 ini, membuat masyarakat yang hampir bisa menghilangkan trauma konflik, kini lembaran kelam itu seperti dibuka kembali. Tidur tidak nyenyak, pemikiran melayang entah kemana-mana.
Lembaran konflik Aceh yang sudah berusaha dihilangkan masyarakat, dengan membangun kembali tatanan hidupnya, janganlah diusik lagi. Biarkan masyarakat menikmati hidupnya dengan damai, mencari nafkah dan beribadah kepada Allah dengan tenang.
Manusia yang mendamaikan sesama manusia dimuka bumi ini, manusia yang memberikan kesejahteraan kepada mahluk lain, pahalanya luar biasa diberikan Allah. Hidup ini singkat, semuanya akan pasti mati.
Dengan munculnya insiden yang sudah terlanjur terjadi ini, pengalaman berharga harus dipetik. Mereka yang berbeda pandangan ini adalah sesama muslim, bersaudara. Beda pandangan dalam memilih dan mendukung itu adalah dinamika, namun jangan berbeda pandangan itu merenggang ukhuwah islamiyah. Aqidah islamlah yang mengeratkan persaudaraan sesama kita.
Insiden, konflik, bukanlah menyelesaikan masalah. Musyawarah bil makruf itu yang harus dikedepankan. Mencari solusi terbaik untuk Gayo, untuk kebersamaan adalah harapan semua. Harapan rakyat banyak yang mengais rejeki demi menghidupi keluarga.
Islam sudah mengajarkan sebuah tatanan damai dan nikmat bila dijalani dan diamalkan sesuai literature. Gayo itu bersaudara, beda pandangan bukanlah merengangkan ukhuwah, karena orang Gayo khususnya dan Aceh umumnya, adalah Islam. Mari kita tunjukkan bahwa islam itu adalah agama damai dan indah. (Redaksi LG)
” TRAUMA ”
aku trauma …
lingkunganku trauma …
alam sekitarku trauma …
seluruh kehidupan trauma …
jangan bangkitkan masa lalu kembali trauma …
bila terjadi huru-hara kehidupan insan tambah trauma …
itulah yang kurasakan patamorgana sepanjang jalan dialam nyata trauma …
yang ku inginkan adalah ” kedamaian ” bukan ” huru-hara ”
( rintihan hati anak manusia )